- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Di tangan Harvey, pergelangan kaki Selena yang ramping itu bagai sayap kupu-kupu yang rapuh, yang
dapat dihancurkan dengan mudah.
Sambil membungkuk, Harvey pun perlahan mendekatinya.
Wajah kecil wanita yang ketakutan itu terpancar dari mata Harvey, dan penolakan dari wanita itu
membuat Harvey marah.
Dengan deg-degan, Selena berteriak dengan ketakutan sekaligus marah, “Jangan sentuh aku dengan
tanganmu yang pernah menyentuh orang lain, singkirkan tanganmu yang kotor itu!”
Segera setelah itu, Harvey membungkam mulutnya, menghentikannya berbicara.
Sementara Selena menggeleng dengan gigih sembari melotot dan berusaha melepaskan diri.
Akan tetapi, tangan pria itu melewati lehernya, menopang belakang kepalanya dengan kuat, lalu
memaksanya untuk mengangkat lehernya dan ciuman yang menghukum ini terpaksa diterimanya.
Napas yang dingin dan kasar terus menerus masuk ke dalam mulut Selena. Namun mengingat bahwa
bibir pria itu mungkin pernah mencium Agatha, Selena merasa sangat jijik.
Entah dari mana kekuatan yang didapatkan, dia mendorong Harvey, lalu terbaring dan muntah di sisi
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇttempat tidur.
Setelah Selena muntah dan berbalik, wajah tampan Harvey tampak muram.
Dengan sepasang mata yang menatap Harvey lekat-lekat, Selena berkata kata demi kata, “Sudah
kubilang, jangan sentuh aku, aku jijik!”
Harvey pun merasa kesal.
Begitu Selena muntah, suasana yang tadinya memanas sepenuhnya padam, dan saat tiba-tiba ada
panggilan masuk, Harvey mengayunkan lengan bajunya dan pergi.
Tak lama, pembantu bernama Benita bergegas membersihkannya, dan dia merasa sedikit iba saat
melihat Selena terlihat kelelahan, “Nyonya.”
“Benita, sudah lama kita nggak bertemu,” sapa Selena dengan lemah.
“Iya … sejak Tuan Muda kembali ke rumah lama, Nyonya dan saya tidak bertemu selama hampir lebih
dari setahun. Nyonya, apa yang sebenarnya terjadi pada Anda dan Tuan Muda? Bukankah dulu Tuan
Muda sangat baik pada Anda? Saya tidak pernah melihat Tuan Muda begitu sayang pada seseorang.”
Selena berbaring lemah di tempat tidur, menatap bintang-bintang di langit-langit yang dipesan khusus
oleh Harvey untuknya, sehingga saat lampu dimatikan di malam hari akan tampak seperti bintang yang
berkelap-kelip.
Dulu, Harvey akan peka terhadap perkataan apa pun yang diucapkannya. Namun sekarang, sekalipun
dia mati di depan Harvey, Harvey akan berpikir bahwa dia sedang berakting.
“Aku juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kami … ,” gumam Selena.
Benita menghela napas, “Nyonya, meskipun Tuan Muda menyayangi pelakor itu, saya bisa lihat bahwa
Tuan Muda masih mencintai Anda. Selama lebih dari setahun ini, sekalipun Tuan Muda pulang larut
malam, dia akan tidur di rumah, tidak tidur di rumah pelakor itu,” jelasnya.
Selena kaget. Media beberapa kali memberitakan bahwa Harvey pergi pada malam hari dan pulang
keesokan paginya, tetapi dia tidak menginap di Perumahan Kenali?
Dengan segera, Selena mencibir dirinya sendiri. Mereka berdua sudah punya anak, memangnya
penting menginap atau tidak?
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Nyonya, konflik antara suami dan istri itu tidak pernah berlangsung lama … berhentilah berkelahi
dengan Tuan Muda. Untuk apa Anda dan Tuan Muda berseteru semalaman? Saya … ”
Tidak ada orang lain yang tahu tentang konflik di antara mereka. Harvey memiliki dendam yang
mendalam terhadapnya, sementara cinta Selena pada Harvey perlahan berubah menjadi kebencian.
Sekalipun tidak ada Agatha, mereka berdua juga tidak mungkin terus bersama.
Demi menanggapi niat baik Benita, Selena menguatkan dirinya dan bangkit dari tempat tidur, “Benita,
aku mau mandi dulu,” ucapnya.
“Baik, Nyonya.”
Di kamar mandi, Selena mencuci semua bagian yang disentuh Harvey berulang kali, bahkan mencuci
rambut yang sudah beberapa hari tidak dicucinya dengan hati-hati.
Melihat rambut rontok di lantai, Selena duduk memeluk lutut sambil melamun di sudut kamar mandi
untuk waktu yang lama.
Saat mendengar suara Benita dari luar, dia mengambil rambut-rambut itu, membungkusnya dengan
tisu, lalu membuangnya ke tempat sampah.
Dia tidak ingin Harvey mengetahui penyakitnya.