- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 293
116 REN
Selena menghentikan tangisnya sejenak, dengan mata berkaca–kaca dia menatap mata jernih Isaac,
Di dalam mata isaac terpantul jelas wajah Selena. Wajah tampan tanpa jejak kekanak–kanakan, tetapi
jarang terlihat dewasa dan serius,
Khawatir?
Arya sudah berhasil diatasi oleh Isaac. Selama Selena masih hidup, urusan balas dendam cepat atau
lambat akan Selena balas.
Sekelebat muncul wajah Harvey di dalam benaknya, Selena pun dengan cepat menyingkirkan wajah
itu.
“Nggak khawatir, hanya saja sebelum pergi, aku mau melihat ayahku. Leluasa, nggak?”
“Bisa, aku akan mengaturnya.”
Selena lanjut merawat luka Isaac, dia melilitkan kain perban di sekitar punggung kuat Isaac.
Selena terkejut mendapati banyak luka di tubuh Isaac, “Isaac, kok bisa tubuhmu banyak luka?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtIsaac terkekeh pelan, “Kak Selena, aku sepertinya belum pernah cerita padamu tentang keluargaku,
ya? Mau dengar?”
“Ya.”
Selena membawa sebaskom air panas, lalu dengan lembut membersihkan noda darah di tubuh Isaac.
“Ibuku mati muda, tapi aku nggak pernah bilang kalau ibuku dibunuh oleh ayahku. Ayahku melakukan
KDRT parah.”
Tangan Selena yang sedang memeras handuk terhenti sejenak, lalu menoleh ke arah Isaac.
Di bawah cahaya lampu dinding kuning yang redup, wajah pemuda itu tampak lebih dewasa, seperti
halnya tubuhnya, juga bukan seperti yang ada dalam ingatan.
Isaac sedikit mengangkat kepalanya dan memperlihatkan Jakunnya yang naik. Dia terkekeh pelan
dengan suara yang agak serak.
“Ayahku sepanjang hidupnya suka uang dan bir. Setiap kali bisnisnya nggak berjalan lancar, dia pulang
dalam mabuk dan akan memukuli ibuku. Luka–luka di tubuhku sebaglan besar karena dia. Demi aku,
Ibu tetap menanggung kesulitan hidup sampai malam salju itu, ayahku rugi dalam bentuk saham, dia
menempelkan setrika ke tubuhku.”
“Kak Selena, apa kamu pernah dengar suara setrika panas menyentuh kulit seperti besi solder?
Seperti jeroan yang dipanggang di atas api arang.”
“Ibuku ingin menghalangi, tapi cuma bisa menghalangi setengah, sedangkan setengahnya kena di
+15 BONUS
badannya. Malam itu, ibuku pertama kalinya melawan. Saat melawan, dia didorong hingga jatuh ke
lantai bawah dan meninggal.”
Tatapan Selena tertuju pada luka bekas terbakar yang jelas di pinggang Isaac. Dia tidak bisa
membayangkan betapa sakitnya luka itu.
“Saat polisi membawaku untuk catatan kasus, aku mengikuti apa yang ayahku ajarkan, dia
menyuruhku berkata kalau ibuku jatuh sendiri.”
Isaac mendadak menoleh ke arah Selena, “Apa aku anak yang jahat? Aku berbohong, aku
membiarkan pria berengsek itu pergi.”
Dua tetes air mata mengalir dari sudut mata Isaac, “Karena aku nggak mau setelah kehilangan Ibu,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmjuga kehilangan Ayah.” @
Selena melemparkan handuk ke dalam air, kemudian mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk
Isaac.
“Isaac…’
Isaac melanjutkan, “Jadi aku sudah lama pergi ke luar negeri demi menghindarinya. Sejak kecil hingga
dewasa, cuma kamu yang peduli apakah aku sudah makan atau belum, akan mengajakku pulang
untuk merayakan Tahun Baru. Bagiku, kamu adalah malaikat penyelamatku.”
Selena memikirkan sifat pendiam Isaac saat masih kecil. Sebelum Isaac pergi, mereka saling tukar
kontak. Awal–awal dalam beberapa tahun, Selena masih memperhatikan Isaac.
Setelah itu, bagaimana mereka bisa putus kontak?
Oh, setelah Selena berkencan dengan Harvey, Harvey tidak suka jika dia terlalu dekat dengan lawan
jenis.
Namun, Selena tidak tahu bahwa Isaac pernah mengalami penderitaan semacam ini.
“Nggak usah takut, Isaac, semuanya sudah berlalu.”
Tangan yang menggantung di udara perlahan–lahan memegang pinggang Selena. Isaac mengangguk
pelan, tetapi tangan yang memeluk pinggang Selena malah makin erat. 2
“Ya, semuanya sudah berlalu.”