- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 310
Sambil bicara, Alex mengikat tubuh Isaac dan membawanya ke tepi kapal. Detik berikutnya, tubuh
Isaac pun dilemparkan ke bawah.
Bagi mereka, melakukan tindakan seperti ini sangatlah mudah. Seulas senyuman penuh kemenangan
pun tersungging di bibir mereka.
Selena sontak merasa ketakutan. Dia tidak mengacuhkan ancaman Harvey dan segera berlari ke luar.
“Nyonya, silakan di dalam dulu, di luar sedang hujan deras. Kalau Nyonya sampai sakit, Nyonya akan
merepotkan diri sendiri dan juga Tuan Harvey.”
“Tuan Harvey sudah berusaha dengan susah payah demi menemukan Nyonya. Kalau dia sampai telat
selangkah saja, Nyonya pasti sudah dibawa pergi. Inilah akhir menyedihkan yang harus Tuan Harvey
terima,” kata Chandra dengan dingin, ekspresinya terlihat serius.
Selena tidak memberikan tanggapan apa pun, dia memanjat pagar secepat mungkin.
Chandra tahu betapa gawatnya situasi ini, jadi dia langsung menyuruh orang untuk menghentikan
Selena. Sayangnya, Selena memanjat dengan sangat cepat.
Harvey pun ikut berjalan keluar. Dia menatap Selena dengan tajam, wajahnya terlihat pucat pasi.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Turun,
Selena!”
“Jangan bertindak bodoh, Kak Selena!”
Selena berdiri di tepi kapal. Ombak laut yang ganas terlihat di belakangnya seolah–olah ombak itu
sudah siap untuk menelan tubuh Selena.
Ekspresi Selena terlihat sangat sedih, wajahnya juga basah entah karena air mata atau tetesan air
hujan.
Sambil menatap Harvey, Selena berseru dengan lantang, “Kamu cuma manusia, punya hak apa kamu
menentukan nasib orang lain, hah? lya, aku memang melanggar janjiku untuk tinggal bersamamu di
Kota Arama! Kalau kamu mau menyalahkan orang, salahkan saja aku! Kenapa kamu malah membalas
dendam pada orang lain?”
Harvey tahu Selena sedang tidak sekadar mengancamnya. Wanita itu akan benar–benar melompat ke
laut!
Selama dua tahun ini, Selena benar–benar mengalami banyak guncangan. Kondisi mentalnya sama
sekali tidak stabil. Harvey tidak berani terus memprovokasi Selena.
“Aku bukannya balas dendam padanya. Sini, kamu turun dulu. Kita bicara baik–baik.
“Aku juga mau bicara baik–baik denganmu, Harvey, tapi apa gunanya? Kamu itu tipe orang yang selalu
memutuskan segala sesuatuhya seenak jidatmu tanpa mendengarkan pendapat orang lain!” sahut
Selena sambil tersenyum dengan sinis.
“Kenapa kamu harus seegois ini? Kamu itu sudah bertunangan dengan Agatha! Kamu sudah memulai
kehidupanmu yang baru, jadi kenapa kamu masih terus mengusik hidupku?”
“Itu semua karena aku mencintaimu, Seli…”
“Hah! Cinta?”
Selena langsung mendengkus dengan jijik. “Memangnya kamu di mana waktu aku diculik dan nyaris
mati dibunuh? Orang bilang belakangan ini hidupmu menyedihkan, tapi apa pernah kamu memikirkan
bagaimana hidupku selama dua tahun ini?”
“Aku sudah seperti orang yang nggak punya jati diri, berulang kali aku ditindas! Selalu saja ada yang
berbuat jahat kepadaku supaya hidupku makin sengsara!”
Rambut Selena tampak berantakan ditiup angin, tubuhnya yang ramping terlihat begitu rapuh dalam
kegelapan malam.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm*Itu yang kamu sebut dengan cinta? Kamu membuatku menjadi seperti burung dalam sangkar yang
nggak punya jalan keluar apa pun! Kamu sendiri yang membuatku terjebak dalam kegelapan! Aku
nggak mau cintamu, yang kudambakan adalah sebersit cahaya!”
Tapi, ternyata ada orang yang bersedia membebaskanku dan memberikanku sebersit cahaya! Dia
menyemangatiku untuk terus bertahan hidup dan melihat dunia yang ternyata sangat luas ini! Dia
bilang di luar sana ada laut yang airnya sangat biru sampai–sampai ikan–ikan yang berenang di
dasarnya bisa
kelihatan!”
Air mata mengalir turun dari sudut mata Selena dan mengalir hingga ke mulutnya. Selena bisa
merasakan betapa pahitnya air matanya itu.
Selena pun menjulurkan tangannya dan menggoyang–goyangkannya sambil berkata, “Aku benar–
benar mau melihat laut itu. Aku sudah membayangkan akan melihat terumbu karang yang
membentang jauh dan juga ubur–ubur yang bercahaya. Tapi, sekarang kesempatanku itu sudah tiada.
Aku tahu yang adal setelah ini hanyalah sangkar yang gelap dan suram.
Selena pun tersenyum menatap ekspresi Harvey yang sedikit berubah.
“Tuh, ‘kan! Aku tahu kamu memang ingin mengurungku supaya nggak ada yang bisa menyentuhku!”