- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 311
Sesuai dugaan Selena, memang itulah isi hati Harvey.
Harvey sudah muak dengan rasa sakit yang harus dia hadapi setiap kehilangan Selena, jadi dia ingin
membuat Selena terus berada di sisinya. Ini semua agar Harvey bisa melihat Selena kapan pun dan di
mana pun.
“Seli, aku sudah mencoba untuk melepaskanmu. Aku ingin membuatmu merasakan hidup yang bebas,
tapi akhimya jadi begini.”
“Aku sudah berusaha menahan diri,” kata Harvey sambil menekankan setiap patah katanya,
ekspresinya terlihat sangat tertekan.
Akan tetapi, ternyata percuma saja dia menahan diri. Bukannya membuat Selena keluar dari
kegelapan, Harvey malah membuat wanita itu makin sengsara.
Selama beberapa hari Selena menghilang, rasanya Harvey sudah seperti mayat hidup.
Setiap hari terasa seperti neraka yang menyiksa Harvey. Pada akhirnya, Harvey memutuskan bahwa
lebih baik Selena membencinya daripada dia harus hidup tanpa bisa melihat ataupun menyentuh
Selena.
Selena bisa melihat betapa tertekannya Harvey. “Kenapa sih kita jadi begini…
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtHubungan Selena dan Harvey ibarat belitan rantai yang tidak bisa diurai. Tidak peduli berapa lama
waktu berlalu, pokoknya mereka berdua hanya akan makin saling terikat tanpa bisa melepaskan diri.
Makin lama, belitan rantai itu akan makin menjerat mereka hingga mereka menghembuskan napas
terakhir.
“Aku nggak menginginkan semua ini, Harvey. Entah di awal ataupun di akhir, kuharap kita bisa saling
menghormati. Masalahnya, saat ini hubungan kita sudah menjadi topik pergunjingan publik…”
“Kamu nggak usah ambil pusing dengan apa yang mereka katakan di media sosial, Selena, Pokoknya.
kamu cukup tahu bahwa perasaanku kepadamu nggak akan berubah sampai kapan pun.”
*Kamu tahu nggak? Kalau ucapanmu itu kamu katakan enam bulan yang lalu, aku pasti akan merasa
sangat senang. Tapi, Harvey, sekarang cintamu hanyalah belenggu untukku,” sahut Selena sambil
tersenyum dengan getir.
“Oke, oke,” ujar Harvey mengalah sambil mengangkat kedua tangannya. “Sekarang, kamu turun dulu.
Kita bicarakan baik–baik maumu apa, oke? Aku janji akan mendengarkanmu. Kamu nggak mau aku
melukainya, ‘kan? Alex, buka talinya.”
Alex langsung menuruti perintah Harvey, dia segera membuka ikatan tall yang mengikat Isaac.
Isaac mengelap air hujan yang membasahi wajahnya, lalu langsung berlari menghampiri Selena.
#15 BONUS
“Lihat, Kak Selena, aku nggak apa–apal Turun dulu, ya? Semua bisa dibicarakan baik–baik!”
“Maaf, Isaac, aku nggak bisa melihat pulau yang kamu sebut–sebut itu. Terima kasih selama ini kamu
sudah memperhatikanku, semoga kamu selalu hidup bahagia.”
“Harvey, aku juga ingin hidup bahagia. Aku mau melihat langit yang biru dan juga mencium aroma
bunga yang diterbangkan oleh angin. Aku mau hidup seperti gadis blasa yang menikmati teh susunya
di sudut jalan sambil menonton film,” kata Selena sambil menangis tanpa isakan.
“Seli, aku janji akan mengantarmu ke pulau mana pun yang kamu mau, oke? Kamu mau teh susu,
‘kan? Rasa apa? Biar kusuruh orang untuk langsung membelikannya!”
“Sudah terlambat.”
Kali ini, Selena menatap Harvey dan semua orang yang berada di bawahnya. Ternyata selama ini
sudut pandang Harvey itu seperti ini, ya?
Memandang semua orang dari atas, tetap tidak bisa mengungkapkan kesepian yang dirasakan.
“Harvey, aku juga menahan diriku.”
Selama ini, Selena selalu memendam perasaan kecewa dan kesedihannya terhadap dunia.
Bagaimanapun juga, Selena ingin menjalani hidup dengan penuh semangat supaya dia bisa mencapai
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmakhir hidupnya dalam kebahagiaan.
Namun, dia harus tunduk pada takdir. Baik Harvey ataupun orang itu tidak membiarkannya menjalani
hidup yang dia inginkan.
Berulang kali Selena berusaha keluar dari kegelapan, tetapi berulang kali pula dia dijebloskan kembali
ke dalamnya. Selena merasa begitu tersiksa.
Selena tidak rela terus–terusan diperlakukan seperti ini, jadi dia berusaha merangkak hingga keluar
dari
kegelapan.
Dalam usahanya itu, kenyataan berulang kali menamparnya dengan keras.
Dunia ini memang gelap dan tidak adil. Selena Jadi merasa percuma saja dia berharap.
Selena pun menatap Harvey dengan tenang sambil berkata, “Satu–satunya cara yang terpikir olehku
untuk membuka belitan rantai ini adalah benar–benar mengakhiri hubungan kita. Kalau aku mati,
hubungan terkutuk di antara kita ini juga akan berakhir. Selamat tinggal, Harvey.”
“Jangan, Seli!”
Namun, tidak ada lagi yang membuat Selena bertahan. Dia memalingkan pandangannya dari Harvey
sambil menjatuhkan tubuhnya ke belakang.