- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 359 “Sederhana saja, buat menguji coba obat.” Harvey merasa agak tidak tenang dan secara refleks ingin mengambil rokok. Namun, saat menyadari Selena bersamanya, tangannya berhenti dan malu-malu menggaruk hidung sebelum lanjut bicara.
“Setiap negara, termasuk WHO, melarang keras beberapa penelitian tertentu yang bertentangan dengan etika kemanusiaan. Beberapa ilmuwan ekstrem yang ditolak pun berkumpul bersama.” “Mereka seperti berada di surga. Bebas meneliti apa pun tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan pada orang lain. Tujuan mereka adalah agar penelitian mereka berhasil.” Selena menyela. “Meski hasil penelitiannya akan berdampak buruk bagi manusia, mereka tetap nggak peduli?” “Benar. Karena nggak ada yang bisa dijadikan objek uji coba, mereka langsung mengujinya pada manusia.
Mereka dijadikan kelinci percobaan, sedangkan para ilmuwan ekstrem itu hanya diam mengamati tanpa rasa bersalah sambil mencatat data, lalu melakukan perbaikan. Nyawa manusia hanya seperti tikus percobaan dan data statistik bagi mereka.” Harvey mengerutkan bibirnya. “Tak bisa dimungkiri bahwa ilmuwan itu telah berkontribusi atas pengembangan berbagai macam obat. Tapi selebihnya mereka cuma orang-orang gila yang nggak segan berbuat apa pun demi mencapai tujuan tanpa memedulikan hidup dan mati kelinci percobaannya.” Selena makin terkejut. Dia akhirnya mengerti mengapa Isaac mudah mendapatkan tentara bayaran yang andal.
“Seli, dia sejak awal nggak berniat menyelamatkan ayahmu. Baginya ayahmu cuma bidak catur yang digunakan buat mengendalikanmu. Setelah pembersihan besar-besaran semalam, para pecundang itu kemungkinan pindah ke sarang baru untuk sembunyi sementara. Terutama Isaac, dia nggak bakal berani keluar sembarangan.” Harvey meletakkan tangannya di bahu Selena dan meyaEgkan. “Cuma aku yang bisa kamu percaya. Cuma aku yang memedulikanmu tanpa maksud tersembunyi. Kasih tahu di mana ayahmu, aku pasti bakal membantumu.” 3/ Selena bimbang, kepalanya dihujani berbagai pikiran. Dia tidak mengerti mengapa segala sesuatunya. menjadi rumit.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtPemuda yang baik itu ternyata iblis yang haus darah.
Di sisi lain, pria yang tampak sangat mencintainya ini juga punya rencana sendiri.
Siapa yang harus Selena percaya? Siapa lagi yang masih bisa dia percaya? Harvey menyadari arti tatapan Selena, tetapi dia tidak mempermasalahkannya.
+15 BONUS “Nggak apa kalau nggak mau bilang. Pokoknya, ingat Isaac bukan orang baik. Kamu baru lihat sisi manusianya saja, tapi belum lihat sosok iblis dalam dirinya. Pada dasarnya, orang-orang yang terlibat sama Poison Bug adalah orang-orang gila.” “Seli, bukannya dia sebelumnya bersikap lembut padamu? Coba tebak, setelah sadar dia gagal, apa menurutmu dia bakal coba cara lain buat memaksamu tunduk?” Harvey benar. Baik Isaac, maupun Lanny, mereka berdua memang gila.
Selena tidak perlu cari masalah dengan mereka.
“Mereka pasti bakal menahan diri dalam waktu-waktu ini. Demi keamanan, kamu butuh perlindungan dariku.
Aku nggak maksa, tapi kamu juga harus janji, kamu nggak melarangku untuk melindungimu. Boleh, “kan?” Dibanding sikap sebelumnya, sikap Harvey bisa dikatakan melunak. Dia melangkah mundur pelan-pelan.
Selena memikirkan situasinya saat ini. Di belakangnya terdapat jurang yang dalam dan dia tidak punya seorang pun sebagai sandaran.
Dahulu dia bisa melompat kapan saja, tetapi sekarang terlalu banyak masalah dalam pikirannya.
Ada banyak hal yang tidak rela Selena tinggalkan.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSelena perlahan menengadahkan kepala, matanya bertemu dengan Harvey.
Warna mata Harvey yang gelap seakan dipenuhi wajahnya. Sepertinya Selena tidak punya pilihan selain pria ini.
Di antara dua pilihan yang sama buruk, dia hanya bisa memilih Harvey yang keburukannya lebih ringan.
Setidaknya untuk sementara, Harvey tidak akan melukainya. Dia juga punya kemampuan untuk membantunya mengembalikan Arya.
“Harvey, apa aku bisa percaya padamu?” tanya Selena dengan lirih.
Harvey menahan kegembiraan yang hampir meluap dan mengangguk berulang kali. “Seli, aku bersedia mengorbankan nyawa jika itu yang kamu mau.”