- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 366 Selena menemani Maisha di kamar VIP rumah sakit. Malam sudah larut dan Maisha memanggilnya untuk tidur bersama.
Rasanya sungguh aneh, Selena sudah menunggu lebih dari 10 tahun, tetapi baru kali ini bisa tidur dengan ibunya. Suasana rukun seperti sekarang terjadi setelah dia mengungkap identitasnya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtMaisha menggenggam tangan Selena dan berkata dengan lembut, “Selena, entah siapa pun putri kandungku, aku tetap merasa bersalah padamu. Beberapa hari terakhir, aku mengingat banyak hal saat terbaring di ranjang.
Dulu sikapku terhadapmu dan Arya beneran kejam. Mungkin penyakit ini adalah hukuman untukku. Aku sudah siap mati karena selama ini aku sudah diperlakukan dengan kasih sayang. aku nggak menyesal sama sekali.” Pada saat ini, Selena melihat senyum bahagia tersungging pada wajah Maisha di bawah sinar lampu.” Selena, meski kamu membenciku dan nggak menganggapku sebagai ibu. Aku bakal tetap menganggapmu sebagai putriku. Ibu nggak hadir waktu kamu menikah, bahkan waktu kamu menderita karena bercerai. Aku nggak bisa membantumu, aku beneran bersalah, tapi selama ini aku sudah menyimpan uang.” “Waktu ayahmu mengalami masalah waktu itu, aku yang mengurusnya. Uang itu sudah dipindahin sama Paman Calvin ke kartu ATM.” Maisha mengambil kartu ATM dari bawah bantal, lalu meletakkannya pada telapak tangan Selena. “Ini uang yang ibu siapin sebagai maskawinmu. Nggak banyak, tapi ini adalah itikad baikku.” Semua kekecewaan dan penantian yang mengganjal hati Selena selama ini lenyap begitu saja.
“Aku nggak kekurangan uang dan juga nggak butuh uang, kok. Kamu punya itikad baik kayak gini aja sudah membuatku bersyukur.” [x] “Ambillah, seenggaknya kalau kamu mengambilnya, aku bisa agak lega. Selena, bisakah kamu janji satu lagi padaku?” “Katakan saja.” Maisha merasa ragu dan mengatakannya dengan terbata-bata. “Panggil aku ibu lagi.” Selena terdiam sejenak, lalu memanggilnya, “Ibu.” “Kamu ... anak baik.” Maisha memeluknya. Selena masih canggung dan tak nyaman.
“Maaf, ya, selama ini aku mengabaikanmu. Ibu menyayangimu.” “Ini aja sudah cukup, kok.” Selena juga memeluknya.
+15 BONUS Malam ini mimpi Selena tak lagi gelap gulita. Dia berada di gang sempit tempat dia didorong waktu kecil, kali ini semua orang mengejeknya anak haram tanpa kehadiran seorang ibu.
Dia bangkit dengan tubuh penuh luka dan berkata pada semua orang. “Aku punya ibu! Ibuku sangat mencintaiku!” Sewaktu pagi tiba, senyum tersungging pada wajah Selena, bahkan perawat pun enggan untuk membangunkan mereka berdua.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmBegitu Selena terbangun, Maisha menatapnya dengan penuh kasih sayang sambil mengelus pipi Selena dengan lembut. “Putriku benar-benar cantik.” Selena merasa agak malu dan berkata, “Ibu, aku pasti bakal menemukan putri kandungmu.” “Mau kamu menemukannya atau nggak, kamu tetaplah putriku. Dulu aku memperlakukanmu dengan buruk dan kejam. Aku cuma pengin baikan denganmu pada saat-saat terakhirku.” Maisha mengecup dahi Selena dan menambahkan. “Selena, kamu harus selalu sehat, ya.” Selena berlinang air mata, dia tidak mengatakan pada Maisha tentang hidupnya yang tak lama lagi.
Meskipun Selena sudah hidup lebih lama dari diagnosis dokter, tumornya belum menghilang. Masih ada pengisap darah yang bersembunyi dalam tubuhnya.
Suatu hari saat pengisap darah itu mengisap habis tubuhnya, dia akan mati.
Supaya Maisha tidak merasa cemas, Selena tersenyum dan menjawab. “Ya.” Lalu, dia turun dari ranjang, membantu membasuh tubuh Maisha, dan menghiburnya dengan berkata kesehatan Maisha pasti akan membaik.
“Ibu, mau makan apa? Biar kubelikan. Nanti malam aku bakal masak sup ayam. Ibu belum pernah mencicipi masakanku, “kan?” “Masakanmu pasti enak banget.” Mata Maisha berbinar-binar. “Aku mau sepiring pangsit besar, deh. Sudah lama aku nggak makan. Orangnya masih jualan, ‘kan?” “Tentu masih jualan, mereka sudah jualan selama 20 tahun. Ibu, tunggu, ya. Biar kubeliin.” Selena mengucap beberapa kata, lalu pergi. Tak lama setelah kepergiannya, seorang tamu tak diundang datang.
Pintu terbuka dan bukan Calvin yang muncul seperti yang dipikirkan Maisha, melainkan Agatha.