- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 368 Selena kembali ke gang yang tak jauh dari rumah keluarga Bennett saat masa kanak-kanak, gang ini merupakan jalan tua yang dipenuhi toko. Orang-orang terus berlalu-lalang membuat suasananya menjadi sangat ramai.
Dia masuk ke restoran pangsit. Selena terakhir datang kemari sebelum menikah. Pada jam ini sedang tidak banyak pelanggan sehingga pemilik restoran langsung menyambutnya dengan ramah saat melihat kedatangan Selena.
“Nona Selena sudah lama nggak kemari, ya.” “Benar. Bisnis Bos masih lancar seperti biasa?” “Semua berkat Anda. Pesan seperti biasa?” “Ya, dua bungkus.” “Baiklah, tunggu sebentar.” Setelah memesan, Selena segera pergi ke toko sebelah untuk membeli beberapa kue. Maisha sudah hampir sepuluh tahun tidak memakan kue, pasti dia sangat mengidamkannya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSaat dia terburu-buru membawa bingkisan kue untuk mengambil pesanan, Selena tidak sengaja menabrak seseorang.
“Maaf,” ucap Selena.
Saat mendongakkan kepala, dia terkejut melihat pria tampan yang tidak asing, lalu berseru, “Kamu.” Pria itu terkejut waktu melihat Selena. “Kamu Pria ini adalah orang yang diantar Selena ke rumah sakit. Pada waktu itu, Selena terburu-buru ke pemakaman sebelum dia tersadar. [x] “Apa kondisimu sudah membaik?” tanya Selena. Wajah pria itu masih terlihat pucat dan lesu, tubuhnya kurus.
Dia mengenakan setelan mewah dan penyakitnya tak dapat menutupi aura kemewahannya.
Dia tak menjawab, Selena yang melihat ekspresi terkejut pada wajahnya, segera memperkenalkan diri. ” Aku orang yang membawamu ke rumah sakit waktu kamu pingsan.” Pria itu langsung sadar dan berbisik, “Mirip banget.” 2 “Apa?” “Bukan apa-apa, kok. Makasih sudah menolongku waktu itu, apa Nona punya waktu luang? Sebagai tanda terima kasih karena sudah menolongku, aku mau mengajakmu makan siang.” Selena melambaikan tangannya “Nonak perlu cums mazalsk urusan lain, tapi menurutku kondisimu masih kurang sehat, deh. Coba kamu periksa ke dokter.” Selena berusaha pergi menghindari pria itu, tetapi pria itu malah mundur selangkah. “Mungkin bagi Nona hal sepele, tapi bagiku adalah utang nyawa. Kalau Nona sekarang sibuk juga nggak apa-apa, aku bisa menunggu. Ini kartu namaku, kalau butuh apa-apa, silakan menghubungiku.* Pria itu sebenarnya ingin bertukar kontak, tetapi takut dianggap sebagai buaya darat yang mengambil kesempatan untuk menggoda.
Selena menerima kartu namanya. “Baik, biar kuhubungi nanti. Sampai jumpa.
Selena pergi tergesa-gesa. Pria itu mengamati Selena dan sekali lagi terhanyut dalam pikirannya, mirip sekali.
Angin dingin berembus dan membuatnya batuk beberapa kali.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmAsistennya yang baru memarkirkan mobil segera menghampirinya. “Tuan, angin di luar cukup kencang. Mari, masuk ke mobil.” “Ya” Pria itu menoleh untuk melihat sekali lagi punggung Selena yang menjauh sebelum akhirnya pergi dengan enggan.
Selena melihat kartu nama pada tangannya sambil menunggu pangsit, CEO Bentala Internasional, Sean Bennett. a Meskipun sibuk menjadi ibu rumah tangga selama beberapa tahun terakhir, Selena tahu tentang Bentala Internasional. Perusahaan itu adalah perusahaan multinasional yang masuk dalam sepuluh besar peringkat dunia.
Tak disangka, orang yang dia selamatkan adalah Sean Bennett.
Sebelumnya, Harvey juga pernah menceritakan Sean yang sakit-sakitan, sampai pingsan di luar negeri.
“Nona Selena, ini pangsitnya.” Perkataan bos menyadarkannya dari lamunan.
Selena yang tersadar segera menjawab. “Ya, makasih.” Dia membawa makanan ke dalam mobil dengan tergesa-gesa dan tak lama kemudian, Alex mengernyitkan dahi.
“Nyonya, kita sedang diawasi.” Mungkinkah ada orang yang berniat mencelakai Selena pada siang bolong seperti ini? Selena melihat ke belakang melalui kaca spion, mobil Bentley Mulsanne.
Mana ada pembunuh bayaran yang mengendarai mobil mewah seperti itu? “Nyonya jangan takut, aku sudah siap.” Alex menghubungi pengawal melalui earphone bluetooth. “Ada mobil yang berani mengikuti kita, kalian urus itu dan jangan biarin siapa pun kabur.”