- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 374 Saat mendengar nama Poison Bug, wajah Selena langsung menjadi serius. “Paman Calvin, aku nggak mau berbohong padamu, orang-orang yang menculikku sebelumnya berhubungan dengan Poison Bug. Mereka bukan orang baik.” “Aku tahu, dulu aku sangat membenci mereka. Mereka anggap nyawa manusia sekelas rumput liar, tapi mereka juga bisa membangkitkan orang mati. Demi Maisha, aku nggak punya pilihan lain.” Selena tidak tahu apakah kali ini orang itu mengincar Maisha karena dia, tetapi orang dipenuhi niat jahat dan mungkin saja telah menggali lubang lain untuk menjebak Calvin.
“Jika kamu mencari mereka, sama saja seperti berurusan dengan iblis.” “Selena, apakah kamu ingin melihat Maisha pergi dengan mata terbuka?” Seminggu yang lalu, Selena tak acuh dengan hidup dan matinya Maisha. Karena tadi malam dia dipeluk oleh Maisha, Selena tidak bisa melihatnya mati dengan cara yang tidak jelas.
Saat datang, Alex juga memberi tahu hasil penyelidikan padanya. Tidak ada orang luar yang bolak-balik mengunjungi kamar perawatan, hanya Agatha seorang.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtMungkinkah Agatha benar-benar melakukan tindakan keji seperti itu kepada ibu angkatnya? Apa motifnya? Secara keseluruhan, ini semua hanya tebakannya saja dan tidak ada bukti nyata.
Melihat Selena terdiam, Calvin menepuk bahunya. “Selena, aku sudah membuat keputusan,” ujarnya memecah hening.
Selena melihat punggung Calvin yang lunglai saat dia “Bl perasaan tak berdaya itu sekali lagi menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dia enggan bertindak seperti ini, tetapi dirinya tidak memiliki kekuatan dan pengaruh. Dia juga tidak tahu apa pun tentang Poison Bug.
Dia ingin membantu Maisha, tetapi keahliannya tidak cocok. Apa yang harus dia lakukan? Mencari bantuan dari Harvey? Ada Lanny di depan dan Agatha di belakang.
Dua kandidat yang masuk daftar hitam Selena ini punya hubungan dekat dengan Harvey, sehingga Selena tidak percaya padanya.
Selena bangkit berdiri, membuat tas tangannya terjatuh ke lantai. Ritsleting yang tidak tertutup rapat menyebabkan sebuah kartu nama tergelincir keluar.
Dia membungkuk untuk mengambilnya, tetapi matanya terpaku sejenak pada kata “Sean”.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm+15 BONUS Dia adalah CEO Grup Multinasional Global, jadi dia pasti tahu tentang Poison Bug. Bisakah meminta bantuannya? Namun, dia sama sekali tidak mengenalnya. Apakah pantas meminta dia melakukan hal seperti itu? Selena dilanda kebimbangan. Saat dia mendongak, dia mendapati sekelompok orang di kejauhan menangis pilu. Tampaknya, mereka baru mengantar kepergian anggota keluarga mereka.
Selena menggertakkan giginya dan menekan nomor yang tertera di kartu nama.
Dia sudah siap jika teleponnya tidak tersambung karena orang yang begitu sibuk memang sulit dihubungi lewat telepon kerja.
Tidak disangka setelah tiga kali berdering, terdengar suara pria menyapa dengan sopan, “Halo.” Benar-benar tersambung! Jantung Selena berdebar kencang. Dia merasa sedikit bingung dan membalas, “Halo, Tuan Sean. Namaku Selena. Maaf mengganggumu.” Sean mendengar suara Selena, sehingga suaranya ikut lebih ceria. “Nona Selena mengalami masalah?” “Memang ada masalah. Kurang tahu apakah bisa bertemu dengan Tuan Sean untuk berbicara lebih detail?” “Merupakan suatu kehormatan bagiku.” Mereka menentukan lokasi, lalu Sean menutup telepon.
Jari Sean mengetuk pelan data Selena di hadapannya. Asistennya, Billie, berkata, “Tuan Sean masih ada pertanyaan? Nona Selena ini tidak pernah ke luar negeri, kemiripannya kemungkinan besar hanya kebetulan, dan tidak ada hubungannya dengan keluarga Bennett.” Sean menghela napas, méngusap pelipisnya. “Baiklah, aku yang terlalu banyak berpikir. Fotonya dengan nenekku saat masih muda benar-benar seperti dibentuk dari cetakan yang sama.” “Ada banyak orang yang mirip di dunia ini, tidak mengherankan.” Sean menutup map, merapikan pakaiannya, dan berdiri. “Siapkan mobil. Meskipun kami tidak punya hubungan darah, aku tetap ingin menemuinya,” tegasnya.