- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 385 Calvin kembali menghubungi Poison Bug. Dla kira, Poison Bug akan menolaknya setelah insiden dengan Agatha.
Namun, ternyata mereka setuju untuk bertemu sesuai waktu yang telah disepakati.
Calvin tidak bisa memahami pemikiran Poison Bug. Jika yang satu berani bicara, yang lain berani menepati janjinya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtUsai menyepakati strategi, Harvey harus kembali menyusunnya. Saat dia pergi, dia melihat Antono tampak tertegun dan tidak fokus.
Setelah meninggalkan kediaman keluarga Wilson, Harvey segera memberi perintah, “Selidiki apa saja yang dilakukan Antono akhir-akhir ini dan dengan siapa dia bertemu.” Chandra mengerti maksudnya. “Apa Tuan Harvey mencurigai Kakek Antono?” “Kalau nggak ada yang melindungi Poison Bug, kita nggak akan kesulitan melacak mereka sampai sekarang.
Nggak banyak orang di Kota Arama yang bisa melakukan hal itu. Terlebih lagi, sikap Antono tadi mencurigakan banget.” Chandra mengernyitkan keningnya sebelum kembali bertanya, “Mengingat status Kakek Antono, seharusnya nggak mungkin dia terlibat dengan orang-orang semacam itu, ‘kan?” “Kamu tahu kenapa semua penipu yang menjual produk perawatan kesehatan mengincar para lansia? Apakah karena mereka bodoh? Nggak juga, karena pengalaman mengajarkan kalau orang tua justru lebih berhati-hati.
Alasan kenapa penipu seringkali berhasil, ya, karena lansia punya kelemahan tertentu.
“Apa kelemahannya?” “Takut mati. Makin hebat seseorang, dia akan makin takut dengan kematian. Kontak antara Poison Bug dan pejabat tinggi di berbagai negara dimulai dari obat-obatan. Obat yang mereka berikan jauh lebih baik ketimbang yang ada di pasaran.” [x] “Jadi, menurutmu Kakek Antono juga begitu,” simpul Chandra.
“Kondisi kaki Kakek sudah memburuk sejak beberapa tahun lalu, tapi kondisinya sekarang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Bukan nggak mungkin diam-diam dirinya bertransaksi dengan Poison Bug, jadi dia nggak percaya pas tahu kecelakaan Agatha terkait dengan Poison Bug.” Harvey mendengus dingin. “Mungkin dalam benaknya, dia menganggap Poison Bug sebagai mitra bisnis biasa, bahkan berpikir Poison Bug hanya bisa hidup dengan bergantung padanya. Dia nggak tahu kalau Poison Bug telah berkembang pesat selama bertahun-tahun.” Chandra terdiam sejenak, kemudian menghela napas. “Pada akhirnya, kakek tua itu sudah lansia dan pikun.” +15 BONUS “Tentu saja ini hanya dugaanku aja. Coba periksa lebih lanjut.” “Baiklah,” balas Chandra, menyetujui permintaan Harvey.
Dugaan Harvey Irwin biasanya sangat dekat dengan kenyataan atau hampir selalu benar.
*Tuan Harvey, menemani Calvin sekaligus bertemu dengan Poison Bug sangat berbahaya. Kita harus bersiap- siap. Apa perlu kupanggilkan orang sekarang?” “Nggak perlu. Kalau Poison Bug terang-terangan berani mengajak bertemu, berarti mereka nggak ada di markas mereka. Kalau kita bawa terlalu banyak orang, malah bisa membuat mereka curiga. Lakukan saja seperti yang mereka katakan.” Ketika Harvey kembali menuju kediaman Irwin, dia melihat Jena sedang bercengkerama dengan Shearly di ruang tamu.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmJena buru-buru berdiri begitu melihat Harvey kembali. “Tuan Harvey.” “Bagaimana dengannya?” “Nona Selena lagi memandikan Tuan Muda Harvest di lanta sama Nona Selena,” terang Jena.
atas. Tuan Muda Harvest lengket banget Tanpa perlu diberi tahu, Harvey sudah bisa menebaknya. Dia buru-buru pergi ke atas, mendorong pintu kamar utama, dan mendengar tawa ceria Harvest.
Selena jarang sekali tertawa sebahagia ini. Dia buka suara, “Anak nakal, jangan siram aku! Bajumu basah semua! Oke, kalau kamu siram aku lagi, aku akan siram kamu juga!” Mereka bermain dengan sangat gembira, sehingga Selena tidak sempat menyembunyikan senyuman di sudut bibirnya ketika dia melihat seorang pria berdiri di depan pintu.
Namun, ketika melihat Harvey, sorot mata Harvest langsung berbinar dan memanggilnya dengan manis,” Ayah!” Senyum bocah itu layaknya obat yang bisa menyembuhkan segalanya. Kemudian, Harvey pun berjalan menghampirinya.
Dia mengusap kepalanya dengan lembut. “Anak baik,” pujinya.
Selena melirik Harvey sekilas. Kini, wajah yang biasanya dipenuhi kesuraman dan keangkuhan itu bagai disinari hangatnya mentari pagi.
Ternyata, dia sangat menyayangi anak ini.
Senyumnya tampak menyilaukan di mata Selena. Mungkin dirinya sudah lupa, dulu dia dikaruniai seorang anak yang belum pernah melihat sinar matahari sekalipun sebelum meninggal.