- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 412 Agatha tiba-tiba kehilangan kedua orang tuanya dalam semalam. Meskipun merasa sangal sedih, dia tidak dapat menghadiri pemakaman mereka karena kondisi fisiknya.
Seluruh Kota Arama tampak diselimuti kabut hitam yang kelam.
Kakek sangat terpukul ketika mengetahui kematian putra dan menantunya. Dia segera dilarikan ke rumah sakit, sehingga pemakaman Calvin dilaksanakan dengan terburu-buru.
Pada hari yang kelabu itu. Selena melihat seorang wanita yang mengenakan baju hitam. Wanita berdiri lama di depan batu nisan sembari memegang payung hitam.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtWajah cantik itu terlihat suram, dia tak pernah menyangka bahwa Calvin akhirnya akan memilih bunuh diri bersama Maisha.
Semua hal yang sudah dia rencanakan selama bertahun-tahun berakhir dengan sia-sia.
Daripada berlutut dan memohon belas kasihan darinya, Calvin lebih memilih untuk mati.
Pada akhirnya, permintaan Erna tidak terkabul, cintanya tidak berbalas.
Selena berjalan mendekatinya dan berkata, “Inikah akhir yang kamu inginkan?” Erna menoleh ke belakang dan melihatnya. “Kamu.” Dia agak terkejut, tidak menyangka Selena akan muncul di sini.
“Aku sudah menunggumu di sini dari tadi. Ini surat yang ditinggalkan Paman Calvin untukmu.” Erna mengulurkan tangannya untuk mengambil surat itu, tetapi Selena tidak memberikannya dan malah melanjutkan perkataannya “Karena dulu kamu yang menukarku dengan Agatha, kamu pasti tahu slapa orang tua kandungku, ‘kan?” [x] Erna memicingkan matanya. “Kamu ingin mengancamku?” “Nggak, ini cuma barter. Kalau kamu memberitahuku tentang keberadaan orang tuaku, aku akan memberikan surat ini padamu. Apakah kamu nggak mau tahu bagaimana posisimu di hati Paman Calvin selama ini?” Erna menatap Selena dengan tajam, kemudian dia merendahkan suaranya dan berkata, “Jangan harap aku akan memberi tahu tentang asal-usulmu, tapi aku bisa berbaik hati untuk memberikan peringatan. Kalau kamu ingin hidup dengan baik, tinggallah di Kota Arama dengan baik. Kalau nggak, siap-siap saja terima akibatnya.” Setelah mengatakan hal itu, dia berbalik pergi tanpa meminta suratnya.
Selena mengejarnya. “Kamu yakin nggak mau surat ini?” +15 BONUS “Nggak sanggup,” kata Erna dingin, “Aku nggak sanggup membayar harga surat itu.” “Katakan padaku sejujurnya, apa harga yang sanggup kamu bayar untuk surat ini?” “Pokoknya, aku menyarankanmu untuk tetap patuh dan menjadi anak perempuan keluarga Bennett yang baik.
Kalau nggak, konsekuensinya bukanlah sesuatu yang bisa kamu tanggung.” Setelah selesai berbicara, Erna meninggalkan tempat itu tanpa menoleh ke belakang. Selena pun mengejarnya lagi dan menyerahkan surat tersebut kepadanya.
Erna tertegun sejenak. Kemudian, dia mengambil surat itu dan menganggukkan kepalanya kepada Selena, sebelum akhirnya menghilang di Jalan pegunungan yang sepi.
Sembari memegang payung. Selena memandang batu nisan Maisha dan meletakkan karangan bunga.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Ibu, jangan khawatir, aku pasti akan hidup dengan baik.” Dari nada bicara Erna, sepertinya situasi keluarga aslinya sangat rumit dan berbahaya.
Tepat pada saat itu, ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari pihak rumah sakit. Tanpa berlama- lama, dia pun menjawabnya.
“Halo.” *Selamat pagi, Nona Selena. Hasil uji kecocokan ginjal yang Anda lakukan di rumah sakit beberapa hari lalu sudah keluar.” Selena mengusap-usap dahinya. Karena terlalu banyak peristiwa yang terjadi selama dua hari terakhir ini, hampir saja dia melupakan hal itu.
“Apa hasilnya?” “Selamat, Nona Selena, uji kecocokan ginjalmu berhasil.” Selena awalnya merasa terkejut mendengar kabar itu. Namun, setelah menyadari situasinya, wajahnya seketika berubah menjadi cerah.
“Terima kasih, tolong bantu aku untuk merahasiakan hal ini.” Setelah menutup telepon dari rumah sakit, dia langsung menelepon Sean untuk memberi tahu kabar baik ini.
Saat itu, Sean sudah dalam perjalanan menuju bandara saat menerima telepon darinya.
“Tuan Sean, ada kabar baik untukmu. Pencocokan ginjal kita berhasil. Kamu di mana sekarang?” Sean terdiam sejenak, suaranya terdengar gemetar, “Ka-kamu bilang apa?” “Tuan Sean, bisakah aku membuat kesepakatan denganmu untuk ginjal ini?”