- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 436 Harvey tidak tersinggung dengan ejekan Selena, dia malah merasa kasihan.
Dahulu Selena adalah perempuan yang sangat ceria. Sekarang sifatnya jadi begini gara-gara Harvey.
*Kalau kamu bahagia, aku juga bahagia,” Sebenarnya Selena berpikir perkataannya sudah kelewatan. Dia berharap Harvey akan membela Agatha, tetapi Harvey tetap tersenyum. Emosinya lebih tenang sekarang.
*Tentu saja aku bahagia. Tapi apa kamu ditakdirkan untuk selalu buat istrimu terluka? Mantan istrimu patah tangan, istri barumu patah kaki, Sama-sama nggak punya tangan dan kaki yang utuh.” Harvey hanya diam, Melihat wajahnya merah padam, Selena bernapas lebih lega.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Sudah, aku mau tidur, Kamu cepat pergi.” “Kalau gitu, aku pergi dulu.” Harvey perlahan keluar kamar. Sebelum pergi, dia minta pelayan memberikan makanan ringan untuk Selena, Awalnya, Selena tidak nafsu makan sama sekali. Namun, setelah teringat keberadaan nyawa lain dalam perutnya dan dengan teringat pengalaman sebelumnya, dia makin menghargai bayi dalam kandungannya.
Dia makan sambil memaksa rasa mualnya, tetapi sayandda dia meremehkan bayinya.
Mualnya kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Baru mulai makan, dia langsung muntah.
Lian membelai punggungnya dengan penuh kecemasan. “Nona Selena, bahaya kalau gini terus. Kalau setiap makan selalu muntah, Nona harus pergi ke dokter.” “Nggak perlu. Kamu jaga rahasia ini, jangan kasih tahu siapa pun, mengerti? Ini cuma reaksi normal.
Dulu aku juga mual-mual waktu hamil pertama.” Lian ragu-ragu untuk menyanggah, tetapi akhirnya hanya menurut. “Baiklah, saya ambilkan makanan lagi. Tapi Nona nggak boleh muntah terus, tubuh Nona nggak bakal kuat.” Selena mengangguk. Entah seberapa sakit tubuhnya, dia pasti akan bertahan demi bayinya.
Entah berapa kali dia harus makan dan memuntahkannya, dia akan selalu bertahan.
Selena hanya berharap kali ini bisa melihat bayi kecilnya terlahir di dunia, Dia sangat menanti-nanti, apa bayinya laki-laki atau perempuan? +15 BONUS Mau perempuan atau laki-laki, bayi itu tetap anaknya yang sangat dia sayangi sampai rela mengorbankan nyawa untuk melahirkannya.
Setiap kali Selena memikirkan bayinya, ekspresinya terlihat lebih lembut, memancarkan aura kasih sayang ibu yang samar-samar.
Beberapa terakhir dia selalu melakukan tes kehamilan setiap pagi dan setelah melihat dua garis itu hasilnya sudah jelas. Selena ingin ke rumah sakit untuk melakukan USG dan memeriksa kesehatan bayinya.
Harvey memang tidak mengurungnya, tetapi dia tidak bisa begitu saja pergi ke dokter kandungan.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSaat Selena sedang bingung, suatu kesempatan muncul.
Olga ambruk setelah beberapa hari lembur berturut-turut. Selena memanfaatkan kesempatan itu untuk membeli barang-barang dan menjenguk ke rumah sakit.
Ketika memasuki kamarnya, Olga mengeluhkan betapa bosnya sudah keterlaluan dalam memeras tenaganya.
Setelah mengomel tentang bosnya, dia membicarakan Harvey. Olga menerima undangan dari Agatha untuk menghadiri pernikahan mereka.
“Selena, apa menurutmu otak Agatha agak miring? Katanya dia belum bisa bangun dari ranjang, tapi tetap aja ngotot mau menikah.” Selena tersenyum sinis. “Pernikahan itu adalah mimpinya.” “Apa kamu nggak masalah Harvey menikah lagi?” Olga menatapnya dengan cemas, takut Selena terpukul karenanya.
Selena menjawab dengan nada dingin. “Bodoh, kamu sudah mengatainya hina, mana mungkin aku masih peduli padanya? Dia melukaiku separah ini, sudah gila kalau aku masih ingin kembali.” “Baguslah kalau kamu sadar. Aku khawatir kamu masih terjebak sama Harvey.” “Kalau diingat-ingat, beberapa tahun belakang ini aku merasa seperti orang dungu.”