- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 446 Selena mengernyitkan dahi, orang ini lagi-lagi mengganggunya. Apa yang sedang dilakukannya di sini? Dia mengulurkan tangan kirinya untuk mendorong tubuh Harvey yang membuat sesak, tetapi saat jemarinya menyentuh tubuh Harvey, dia merasakan cairan basah.
Cairan basah itu adalah darah.
Dia sekarang sangat sensitif terhadap aroma ini.
Selena menghidupkan lampu dan melihat kemeja putih Harvey yang berlumuran bercak merah.
Kenapa bisa jadi seperti ini dalam waktu singkat? Bahkan, Harvey belum sempat meninggalkan vila.
“Siapa yang bikin kamu begini?” Harvey mengabaikan pertanyaan itu, lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Selena.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Seli, aku melukaimu dengan tangan ini, jadi aku mau menyerahkan tangan ini buat kamu. Kumohon jangan marah lagi sama aku.” Tatapannya yang asing membuat Selena terdiam.
“Kamu sudah gila, ya?” Harvey tak menyangkal dan hanya menyentuh pipi Selena dengan jarinya yang berlumuran darah. “Ya. aku sudah gila. Seli, kamu boleh melakukan apa saja padaku, asal jangan tinggalin aku.” “Gimana kalau aku membunuhmu?” Darah mengalir perlahan dari ujung jari Harvey ke pipi Selena, dia tersenyum dengan lembut. “Aku nggak takut mati, aku cuma takut Kehilanganmu. Seli, jangan tinggalpepku.” Selena menatap darah yang mulai menetes ke atas kasur, lalu mengencangkan rahangnya. “Keluar.” Dia pernah mendengar Harvey bercerita tentang gangguan mental parah yang diderita ibunya. Sekalinya kambuh, ibunya akan melukai dirinya sendiri.
Selain tenggelam dalam kesedihan atas kematian adik perempuannya selama dua tahun belakangan, ibunya juga stres karena masalah rumah tangga. Kondisi mental Harvey saat ini sama dengan Lanny.
Gangguan mental seperti ini merupakan keturunan dan sekarang Harvey mulai menunjukkannya.
Melihat gumpalan darah yang mengerikan itu membuat Selena ketakutan Harvey akan melukainya juga.
Dia secara naluri melindungi janinnya yang belum terbentuk dan tak berani memprovokasi Harvey.
“Kalau ada yang mau kamu bicarakan, balut lukamu dulu. Lihat deh, darahmu mengotori kasur ini. Aku mau tidur.* 15 BON “Maal, Sell. Aku nggak bisa mengendalikan diri. Segera kubersihkan.” Dia mengusapkan tangannya ke kasur, alhasil kasur itu pun menjadi lebih kotor.
Hal itu sama seperti hubungannya dengan Selena, makin keras usahanya, makin jauh pula dia mendorong Selena.
Selena merasakan mual yang tak tertahankan, dla pun berlari ke kamar mandi dan muntah. Dia memutuskan untuk mengabaikan Harvey.
Dia sangat membenci darah dan takkan melupakan seumur hidup pendarahan hebat yang terjadi saat persalinan prematurnya.
Anaknya meninggal dalam genangan darah.
Harvey ingin menepuk punggung untuk menenangkannya, tetapi Selena yang melihat sekujur tubuh Harvey bersimbah darah malah makin muntah menjadi-jadi.
“Jauh-jauh dari aku, kamu bikin aku mual.” Harvey merasa prihatin.
Dia tak pernah tahu bahwa ternyata kehamilan Selena sesulit ini, muntah setiap saat.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmHarvey masih merasa kasihan kepada Selena. Setelah pikirannya menjadi sedikit jernih, dia berbalik dan pergi untuk membalut luka pada tangannya.
Selena tak sanggup berkata-kata ketika melihat darah memenuhi kamarnya. Orang ini sudah gila, ya? Dia pindah ke kamar lain, lalu membuka jendela dan menghirup aroma bunga yang segar. Kegelisahan pada hatinya berangsur-angsur mereda Setelah kejadian itu, Harvey menghilang entah ke mana, Selena sudah benar-benar malas untuk memikirkannya.
Dia tak tahu sama sekali seberapa kalut hati Harvey.
Harvey terus memikirkan betapa indahnya kalau janin itu adalah anaknya sendiri. Meski begitu, Harvey berjanji, mulai saat ini, dia akan mengganti segala sesuatu yang tidak pernah Selena dapatkan.
sebelumnya.
Namun, setiap dia memikirkan janin yang berada dalam perut Selena adalah anak orang lain, rasanya seperti ada monster di dalam dirinya yang ingin merangkak keluar.
Dia berusaha keras untuk mengendalikannya, tetapi monster itu terus mencabik-cabik tubuhnya sembari berteriak tak karuan.
Harvey benar-benar ingin menggunakan darah anak itu untuk persembahan kepada monster bernama dengki ini! Wajah tampannya perlahan-lahan berubah.