- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Hari–hari setelah perceraian tidak sesedih yang dibayangkan Selena. Olga menemaninya beristirahat
di rumah selama beberapa hari, menyiapkan berbagai makanan untuk memenuhi nutrisi tubuhnya
Wajah Selena yang lebih berisi menunjukkan tubuhnya sudah mulai pulih.
Efek dari kemoterapi semakin sedikit. Meskipun tidak bisa kembali ke kondisi awal, tapi setidaknya
Selena tidak mudah pingsan.
Luka di lengan Selena juga sudah mulai menutup dan membekas. Rambutnya juga sudah tidak terlalu
rontok, semuanya tampak berjalan ke arah yang lebih baik.
Dalam hati Olga dia juga merasa sangat senang. Olga sudah beberapa hari tidur dengan Selena, dia
sudah tidak lagi meringkuk di tempat tidur bayi. Olga percaya Selena bisa bangkit lagi.
Melihat Selena perlahan pulih, Olga menyarankan, “Ketua kelas mengadakan reuni nih. Kita ‘kan tidak
melakukan apa–apa, bagaimana kalau kita ikut reuni saja?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtAku
Selena awalnya ingin menolak, tapi Olga langsung memotong.
“Sebagian besar teman sekelas kita punya karier yang bagus. Apa kamu ga ingin mencari dokter yang
lebih baik? Mungkin teman sekelas kita punya koneksi di bidang tersebut?”
“Lagipula kamu selalu bilang waktumu tidak banyak lagi, jadi seharusnya kamu menghabiskan
waktumu di luar, bukannya di rumah saja.”
Melihat ekspresi canggung Selena, Olga segera mengerti apa yang dia pikirkan. Di masa lalu, Selena
bukan hanya berasal dari keluarga kaya, tapi juga murid yang disukai oleh para guru dan
memiliki masa depan cerah.
Dibandingkan dengan teman sekelasnya, Selena benar–benar tidak berdaya sekarang. Keluarga
Bennett sudah bangkrut, dia juga belum sempat menyelesaikan studinya.
“Kamu malu, ya? Aku saja tidak malu berhenti kuliah kedokteran dan jadi sales, jadi apa yang kamu
takutkan? Setidaknya kamu masih kaya raya. Ah, aku lupa, pria brengsek itu juga memberimu saham
perusahaan ‘kan?”
Ada banyak klausul dalam perjanjian perceraian. Dari segi keuangan, Harvey dianggap cukup
dermawan Meskipun tidak sampai setengah dari kekayaan Harvey, tapi yang diberikan Harvey tidak
akan bisa dihabiskan Selena. Setiap tahun dividen saham Grup Irwin mencapai triliunan.
Belum lagi real estat lainnya. Entah apakah untuk menebus kesalahan atau untuk sepenuhnya
berpisah dari Selena, setidaknya dalam hal ini, Harvey bukanlah bajingan.
Selena benar–benar tidak tahan dengan permintaan Olga, jadi dia menyetujuinya.
Melihat berita tentang pertunangan CEO Perusahaan Irwin berseliweran di Internet membuat
Selena merasa perkataan Olga tidak ada salahnya. Tidak peduli berapa lama lagi waktu yang tersisa,
Selena tidak bisa diam saja di rumah.
“Oke.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Nah, begitu dong! Dulu banyak mahasiswa yang menyukaimu. Siapa tahu ada laki-laki yang masih
menyimpan rasa padamu, kamu harus mengambil kesempatan itu, jangan buang waktu selagi masih
muda.”
Selena tiba–tiba teringat seseorang, lalu bertanya, “Apakah Felix datang ke acara reuni?”
“Tentu saja. Tapi Felix… walaupun dia baik, tapi penampilannya berantakan. Kamu tidak
masalah?”
Selena menggelengkan kepalanya. “Bukan begitu, aku dengar–dengar dia mewarisi kekayaan
ayahnya setelah lulus dan sangat berhasil di bidang pemakaman. Karena kita teman sekelas,
seharusnya tidak masalah kalau memintanya untuk mencarikan tempat, ‘kan?”
Selena berbicara dengan sangat tenang, tapi maknanya sangat berbeda di telinga Olga. Dia merasa
kesal dan berkata, “Cuih, jangan ucapkan kata–kata sial seperti itu.
Selena memegang tangan Olga dengan lembut dan menjelaskan, “Olga, kenyataannya memang
seperti ini. Kamu harus berusaha menerima bahwa suatu saat manusia pasti akan meninggal.“