- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 522 Meskipun keluarga Bennett adalah keluarga besar yang terkenal di dunia, Sean tetap memiliki keterbatasan dalam mengurus sesuatu di negeri orang lain, tidak semudah Harvey.
Harvey menggunakan semua sumber daya yang dimilikinya dan segera memerintahkan orang untuk memulai autopsi.
Sean tetap diam di posisinya. Matanya tidak fokus, seolah sedang memikirkan sesuatu yang pelik.
Selena membawa segelas limun dan meletakkannya di depan Sean sambil berbicara dengan lembut.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Sean, hasilnya akan segera keluar. Jangan khawatir, pasti nggak seburuk yang kita bayangkan. Nih.
minum dulu.” Baru saat itulah Sean tersadar. “Bisa kamu ceritain lebih rinci pas kamu lihat mayat itu?” tanyanya dengan suara serak.
Selena pun menceritakan dengan detail bagaimana dia berhasil naik ke kapal. Ketika dia menceritakan bagian dirinya berada di air kotor bersama mayat dan melihat segerombolan ikan keluar dari mata mayat tersebut, semua orang merasa ngeri.
Wajah Harvey dan Sean berubah pada saat bersamaan.
Harvey tahu bahwa Selena berhasil melarikan diri, tetapi dia tidak tahu bahwa prosesnya ternyata begitu sulit.
Sean hampir menangis. Jari-jari rampingnya mencengkeram lututnya dengan erat hingga kain celana panjangnya kusut. [x] “Tuan, jangan sedih dulu. Hasilnya belum keluar, kamu juga lagi sakit, jangan mikir macam-macam dulu va.” Sean menggelengkan kepalanya. “Selena, aku punya firasat buruk kalau kerangka ini benar milik Wulan.” Selena teringat akan ayahnya. Dia juga sedang mengalami rasa sakit kehilangah orang terkasih, oleh sebab itu dia memahami Sean dan berusaha keras untuk menenangkannya. Namun, sebelum Selena sempat berucap, Sean sudah lebih dulu menyela perkataannya.
“Sekitar setengah tahun yang lalu, aku dan beberapa saudara laki-lakiku sering bermimpi tentang Wulan. Dalam mimpi itu, dia terus menangis di dalam air dan memohon kami datang buat menyelamatkannya. Awalnya, kami kira itu cuma sekadar mimpi, tapi lama-lama kami jadi takut kalau dia benar-benar mengalami sesuatu yang buruk. Sejak itu, kami berusaha mencari dia di mana-mana.” “Setengah tahun ini kami nggak nemu sedikit pun jejak Wulan. Pria bajingan itu juga hilang, tapi mimpi itu nggak pernah berhenti menghantui kami. Wulan selalu kelihatan memegangi dadanya, berdiri di air dengan tubuh basah kuyup, dan menangis kejer. Kamu bilang penyebab kematian mayat itu karena +15 BONUS tembakan, kan?” Selena merinding mendengarnya, dia mengangguk dengan kaku. “Aku nggak yakin kalau penyebab kematiannya karena tembakan, tapi waktu itu, kulihat Iuka di dadanya masih tampak jelas, aku bisa pastikan kalau dia ditembak sebelum meninggal. Sepertinya dia sudah meninggal sejak satu minggu sampai setengah bulan sebelumnya.
Sean mengepalkan tangannya erat-erat. Dia sebenarnya sudah tahu apa yang terjadi.
Walaupun Wulan sangat manja, tetapi pada dasarnya dia adalah anak yang baik. Meskipun dia kabur tanpa berpikir, tidak mungkin dia tidak menghubungi keluarganya begitu lama, bahkan untuk sekadar memberi kabar bahwa dia baik-baik saja, ‘kan? Selama beberapa hari itu, keluarga Wulan tidak bisa makan dan tidur dengan tenang. Mereka terus mencari tahu keberadaannya di mana-mana. Jika dia masih hidup, dia pasti akan tahu.
Di rumah masih ada orang tua, kenapa dia bisa tega bikin mereka khawatir? Sudah jelas dia berada dalam bahaya saat tidak ada seorang pun yang mendengar tentang kabar keselamatannya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmHarvey tidak tertarik dengan urusan keluarga orang lain. Dia menarik Selena untuk duduk. “Sudah larut malam, pulang yuk. Aku antar kamu.” “Nggak mau, hasilnya bentar lagi keluar.” Di dalam hati, Selena berdoa untuk Sean. Dia sungguh berharap mayat itu bukan adik perempuan Sean.
“Ahh.” Selena tiba-tiba merasakan sakit dan tanpa sadar mengeluarkan suara desahan pelan.
“Ada apa?” “Nggak apa-apa, perutku cuma sakit sebentar tadi.” “Lihat, anak-anak kita saja sudah protes. Kamu harusnya istirahat.” Selena pun tahu bahwa sebagai wanita hamil, dia tidak boleh stres. Janinnya yang berusia hampir lima bulan sudah sering bergerak.
Bayi kembarnya itu biasanya bergerak dengan lembut dan tidak terlalu kasar, seperti merasa kasihan padanya.
Namun, tendangan barusan cukup keras. Maka dari itu, Selena segera duduk dan mengambil air hangat.
yang disodorkan oleh Harvey, kemudian minum beberapa teguk.
Saat dia menoleh, dia mendapati Harvey tengah menatap perutnya dengan saksama.
“Kamu lihat apa?” Ada a kilatan ketidaknyamanan di wajah Harvey, tanpa sadar suaranya menjadi lebih lembut. “Aku ... apa