- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 525 Reaksi pertama Selena setelah sadar adalah buru-buru mundur dengan tangan kiri menutupi perutnya.
Melihat reaksi waspada Selena yang begitu alami, hati Harvey terasa hancur berkeping-keping.
“Jangan gugup, aku cuma... mau menyentuh bayinya.” Jelas Selena tidak berpikir demikian. Layaknya induk ayam yang melindungi anaknya, dia berkata dengan kasar, “Keluar kamu!” “Baiklah. Nggak usah panik, ini aku mau langsung pergi kok.” “Ahh.” Selena sedikit mengernyit. Langkah kaki Harvey yang hendak pergi pun terhenti. Dia buru-buru maju beberapa langkah. “Ada apa? Bayi-bayi itu menendangmu lagi? Tadi aku juga lihat mereka heboh bergerak.” “Sakit.” Selena memegangi perutnya, membuat Harvey ketakutan.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Kamu jangan panik ya, aku panggil dokter dulu.” Untungnya, semua peralatan pemeriksaan tersedia lengkap sehingga tim medis bisa segera memeriksa Selena.
Selena mencengkeram tangan Harvey erat-erat, dahinya bermandikan keringat dingin yang bercucuran.
Dia teringat kembali pada hari di mana dia kehilangan bpyya karena prematur, kejadian itu sudah lebih dari setahun yang lalu. Tubuhnya gemetar tak terkendali, dia terus menerus memanggil-manggil nama Harvey.
“Harvey, kamu harus menyelamatkan bayi kita.” “Tenang. Seli. Nggak ada darah. Jadi seharusnya baik-baik saja.” Tidak peduli bagaimana Harvey berusaha menenangkannya, Selena masih luar biasa ketakutan.
Setelah pemeriksaan menyeluruh, Dokter Mona akhirnya bisa bernapas lega.
“Nyonya, jangan khawatir. Untuk saat ini, anak-anak baik-baik saja. Hasil tes denyut jantung menunjukkan mereka aktif. Kemungkinan besar, ini ada hubungannya dengan emosi Nyonya. Apal Nyonya lagi merasa ketakutan hari ini?” Harvey menopang Selena, mengelap keringat di dahi istrinya itu dengan handuk. Tubuh di pelukannya baru rileks setelah mendengar bahwa dia tidak apa-apa.
“Ya, kami lagi kena musibah, tapi bayi kami beneran baik-baik saja, “kan?” “Saat ini belum ada tanda-tandanya, tapi walaupun sudah melewati trimester pertama, sebenarnya seluruh masa kehamilan harus dijalani dengan sangat hati-hati dan waspada. Setiap gerakan dan emosi Nyonya berpengaruh besar pada bayi. Perubahan emosi yang drastis nggak baik buat perkembangan bayi.” Selena mengangguk dengan perasaan khawatir. “Baik, Dokter Mona. Terima kasih banyak dan maaf merepotkan Dokter sampai larut malam begini.
“Nggak masalah, ini sudah tugas saya. Nyonya langsung tidur ya setelah ini,” “Baik,” Selena merasa lega setelah mengetahui bahwa anaknya baik-baik saja. Harvey pun kemudian menggendongnya kembali ke kamar.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDia duduk di tepi tempat tidur dan menatap Selena dengan lembut. Takut, ya?” “Nggak ada yang perlu ditakuti.” Selena memalingkan kepalanya dengan canggung.
Namun, begitu dia memejamkan mata, dia teringat akan mimpi yang baru saja dia alami. Dia berdiri di tepi air dan mendengar suara wanita yang tak dikenalnya terus memanggilnya. “Adik, adik.” Saat menoleh ke belakang, ternyata yang memanggilnya adalah sebuah kerangka. Kerangka itu adalah mayat yang dikeluarkan dari bangkai kapal tadi siang.
Selena terbangun dengan kaget. Seluruh tubuhnya menggigil saat melihat Harvey.
Apakah Selena terlalu memikirkan hal ini, sampai-sampai terbawa mimpi? Melihat ekspresi keras kepala Selena, Harvey hanya bisa mendesah dengan putus asa.
Jangan takut, aku ada di luar pintu menjagamu. Tidurlah yang nyenyak, anggap ini demi anak-anak kita.
Dia tidak berani terlalu memancing emosi Selena. Setelah menenangkannya dengan beberapa kalimat, barulah dia pergi.
Dokter Mona berdiri di halaman, tampaknya sudah menunggu beberapa saat.
Ketika melihat Harvey keluar, dia berdiri dengan hormat di sampingnya. “Tuan Harvey, tadi saya nggak bisa bicara banyak karena ada Nyonya. Saya mau membicarakan sesuatu terkait dengan Nyonya.” “Ikut saya.”