- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 542 Di lantai tiga bawah tanah.
Pintu lift terbuka, seketika disergap udara dingin.
Harvey melepas jaket dan memakaikannya di atas tubuh Selena. Di sini tidak sehangat di atas.
Selena baru pertama kali pergi ke tempat seperti ini. Rasanya berbeda dari yang tersaji di film dan acara televisi.
Lampu di lorong sangat terang, tetapi cahaya putih menyilaukan yang memantul di dinding itu membuat suasana makin suram.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDi depan pintu ruang mayat, seorang pria tua berdiri seraya menunggu kedatangan Selena usai mendapat perintah dari atasan.
“Tuan Harvey, Nyonya, meskipun jenazahnya sudah dihias, tapi namanya juga jenazah, pasti nggak terlalu bagus untuk dilihat. Kalian harus siap secara mental.” Selena dengan suara tercekat berkata, “Buka pintunya.” Pintu terbuka, Selena melihat jenazah yang ditutupi kain putih.
Harvey menjelaskan, “Aku masih menutupi beritanya untuk saat ini. Keluarganya belum diberi tahu.” Selena berjalan menuju jenazah itu langkah demi langkah. Dia tak sadarkan diri selama tiga hari ini. Bagi Selena, kejadian malam itu terasa masih segar di ingatannya. Dia mengingat rasa sakit yang merasuk tubuhnya, ingat betapa kencangnya suara angin, betapa air laut terasa sangat dingin menusuk tulang.
Perlahan-lahan, Selena mengulurkan tangannya yang gear dan berangsur-angsur menarik kain putih itu.
Wajah Lian mulai terlihat. Meski tubuhnya tidak membusuk karena ada di lingkungan yang sangat dingin, tetap ada bercak-bercak keunguan di tubuhnya.
Padahal belum lama ini, Lian masih penuh kegembiraan dengan senyum cerah yang terukir di wajahnya bak mentari.
Sekarang, dia terbaring dengan wajah pucat tak bernyawa di tempat yang dingin ini.
Air mata berderai tak terkendali.
“Maaf. Kak Lian, aku minta maaf.” Selena jatuh berlutut di lantal. Jemarinya menarik kain putih itu erat-erat.
Selena teringat saat pertama kali bertemu Lian, wanita itu sedang merapikan cabang-cabang bunga di Vila Mawar dengan penuh perhatian.
Ketika tertangkap basah, Lian menyembunyikan bunga di belakang punggungnya penuh dengan rasa gugup seperti anak kecil yang sadar melakukan kesalahan. Wajahnya merah merona seraya menjelaskan dengan terbata-bata, “Nona Selena, saya nggak mencuri bunga. Saya cuma merasa sayang kalau bunganya terbuang sia-sia. Saya...” Meski tangannya tertusuk duri, Lian tak merasakan sama sekali.
“Nggak apa-apa, Nona Selena. Orang seperti kami berbeda dari Nona yang lemah lembut. Saya sudah terbiasa masak, membeli bahan makanan, dan membersihkan rumah sejak kecil. Luka kecil seperti ini bukan masalah.” “Jelas-jelas saya yang umurnya lebih tua, tapi kenapa Nona yang selalu kelihatan murung? Nona sangat cantik, lebih cantik lagi kalau Nona tersenyum.* “Asal Nona nggak keberatan, saya akan jadi keluarga Nona dan merawat Nona dengan baik.” “Anak-anak, kalian harus menurut dalam perut. Setelah keluar nanti, Bibi pasti buatkan kalian makanan enak.” *Selena, idolaku sebentar lagi pulang dari luar negeri!” “Dia orang terbaik yang pernah kukenal. Aku sangat suka padanya. Kalau bukan dia, aku nggak akan menikah dengan siapa-siapa.” “Lewis menyatakan cinta padaku. Selena, kamu tahu berapa lama aku menunggu hari ini? Seakan-akan seluruh dunia ada di genggamanku, deh!” “Setelah kamu melahirkan, pasti akan kubawa Lewis menemuimu. Kamu nanti akan tahu betapa baiknya dia.” “A-aku sudah berjanji, aku pasti akan... m-melindungimu dengan baik, s-selamanya, Selena.” Mereka tidak bersama begitu lama, hanya sekitar setengah tahun, tetapi Selena sudah terbiasa dengan perhatian yang dia curahkan kepadanya. Dia menganggap Lian seperti keluarga sendiri.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmBahkan, Selena sampai berpikir ingin menyiapkan mahar yang besar untuknya. Dia ingin bertahan hidup hingga tiba di hari pernikahan Lian.
Menyaksikan Lian menikahi pujaan hatinya dan memenuhi impian masa remajanya. Itu pasti hal yang sangat indah.
Sayang sekali, gadis yang terobsesi dengan sang pujaan hati itu belum sempat menjejakkan kaki di hari pernikahannya. Justru nyawanya diambil oleh orang yang dicintainya itu.
Selena pun tidak bisa membayangkan betapa putus asa dan pilunya Lian pada saat itu! VISAGARA Lewis tidak hanya merenggut nyawa Llan, tetapi juga menginjak-injak cinta yang telah dia berikan selama bertahun-tahun.
Bagaimana mungkin ada orang yang begitu tega menembak orang sebaik dial Air mata penyesalan, amarah, dan rasa tidak rela mengalir deras.
Harvey memeluknya lembut. “Menangislah,” ujarnya.
Di ruangan dengan cahaya yang redup, Selena berlutut di lantal dalam pelukan Harvey.
Selena meraih erat baju di dada pria itu, bersama Isak tangis dan ratapan dengan suara serak penuh kesedihan.