- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 547 Selena mendongakkan kepala, dirinya menangkap seorang pemuda jangkung menghampiri dengan pincang.
Wajahnya benar-benar mirip dengan Lian.
Namun, ada perbedaan di antara wajah mereka yang mirip. Satu wajah tampak sangat ceria, sedangkan satu lainnya tampak suram dan sinis.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSaat menyadari tatapan Selena terhadapnya, pemuda itu segera mengangguk. “Mohon maaf, Nona Selena, Ibu saya tidak tahu situasinya dan merepotkan kalian,” jelasnya hati-hati.
Chandra sudah cerita semua hal kepadanya sekaligus mengetahui detail permasalahannya. Karena enggan melihat ibunya sedih, dia sengaja menyembunyikannya.
Selena menatapnya dan bertanya, “Kamu pasti Abraham Galendra, ‘kan? Aku pernah mendengar tentangmu dari Lian.” Pemuda tampan, dengan mata berwarna merah, wajah lesu, dan kaki yang terluka itu, terseck-seok saat berjalan mendekat.
Ketika Selena masih kebingungan, pemuda itu langsung berlutut di hadapan Selena.
Dia menundukkan kepala penuh penyesalan. “Saya tahu kronologinya. Semua ini memang salah saya karena sudah merepotkan Kakak, juga melukai Nona Selena. Kalau saya bisa menghindar, tragedi ini tidak akan pernah terjadi.” Selena merasa lega dan Chandra yang sedang amnesia membantu dirinya bangkit.
“Kamu sedang terluka, jangan melakukan apa-apa i < memperburuk kondisimu. Mereka sudah merencanakan semua dengan matang. Meski tanpa kamtf,"'orang tuamu akan tetap jadi sasaran. Kamu nggak usah menyalahkan dirimu sendiri karena ini utangku pada Lian.” Abraham menatap perut -Selena. Meski bukan seorang wanita, dia tahu betapa berharganya anak kembar itu bagi seorang ibu.
Hal tersebut tidak akan bisa diselesaikan semudah mengucap permintaan maaf saja.
Selena kembali menatap Nadine seraya membalas, “Bu, saya sungguh minta maaf atas kejadian yang menimpa Lian dan turut berduka atas kepergian Lian. Saya mengerti perasaan Bu Nadine, tapi situasinya sudah begini, kita yang masih diberi kesempatan selamat harus hidup dengan baik supaya nggak membuatnya kecewa. Meski Bu Nadine terus-menerus mempermasalahkan hal ini, Lian tetap nggak akan bisa dihidupkan kembali. Justru yang terkasih di sekitar kita akan menderita dan musuh akan merasa bahagia. Bagaimana menurut Bu Nadine?” Nadine meneteskan air mata dan Selena langsung mengulurkan tangan untuk mengusap air matanya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Saya utang nyawa pada Lian, jadi akan menggantikan tugasnya untuk merawat kalian. Kalau tidak +15 BONUS keberatan, bisakah anggap saya sebagai anak angkat?” Nadine segera melambaikan tangannya. “Nggak bisa, saya nggak punya hak untuk jadi ibu angkatmu...” “Bu tolong terima permintaan saya. Kak Lian sudah bersedia mengorbankan nyawa untuk melindungi sava, sudah sepantasnya baul saya untuk merawat keluarganya. Dengan begitu, dia bisa tenang di alam sana.” Akhirnya, Nadine menerima permintaanya, Usai menenangkan orang itu, Selena segera kembali ke Tuang inap karena kondisi tubuhnya masih lemah.
Harvey melihat Selena tengah makan di ranjang. Meski fisiknya tampak sangat lemah, ada aural ketabahan yang terpancar darinya.
Selena yang merasakan tatapan Harvey sontak balik menatapnya dan berkata, “Pulanglah dan istirahat, aku akan istirahat di rumah sakit.” Awalnya, Harvey kira, Selena akan emosi ketika menyadarinya. Tak disangka, dia menjadi sangat tenang seperti ini.
“Seli, kamu nggak sedih?” “Aku cuma terima kenyataan, bersedih pun nggak berguna dan nggak bisa mengubah apa yang sudah terjadi.
Lantas, buat apa buang-buang waktu karena bersedih? Harvey, sudah dibilang aku nggak akan kepikiran untuk mati lagi.” Dia tiba-tiba merapikan baju Harvey yang kusut dengan ekspresi yang lembut, tetapi berkata dengan sengit.
“Aku juga ingin kamu hidup dengan baik dan merawat tubuhmu agar bisa menjadi pisau tertajam milikku.
Selena tersenyum sinis padanya sebelum melanjutkan, “Harvey, ini utangmu padaku.”