- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 552 Selena kebingungan ketika melihat nenek itu. Wajahnya dipenuhi kerutan dan matanya tampak kabur.
Namun, ekspresi yang ditunjukkannya saat ini begitu bersemangat dan mulutnya terus melafalkan komat -kamit tanpa henti.
“Nenek, apa yang Anda maksud adalah saya?” tanya Selena.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Ya! Benar!” Nenek yang bersemangat itu meraih tangan Selena. Punggung tangan Selena terasa sakit saat dielus berulang kall karena tangan nenek itu begitu kasar bagal kulit kayu kering.
Selena terkejut bukan main karena nenek ini bicara dengan sopan padanya. Jelas-jelas usia beliau jauh lebih tua darinya dan mereka berdua tak saling kenal. Lantas, mengapa dia begitu bersemangat? “Nenek, Anda mungkin salah mengenali orang.” “Mana mungkin saya salah mengenali seseorang? Nona, saya tidak menyangka masih bisa bertemu Anda.
Perawakan Anda tetap sama seperti tahun itu, tidak ada perubahan sama sekali.” Nenek itu kembali melihat Selena dengan saksama. “Tidak sama, kamu kelihatan lebih kurus dan wajahmu tampak agak pucat.” Nadine segera menyela, “Nek, kamu pasti salah orang. Selena belum pernah datang kemari sama sekali dan ini adalah kali pertamanya.” “Selena?” Lantas, nenek itu berputar mengelilinginya, terkadang juga menyentuh tubuhnya.
“Ada sesuatu yang nggak beres. Kamu lebih tinggi dan kurus dari Nona, penampilanmu juga sedikit berbeda, tapi untuk wajah benar-benar mirip dengan x Selena dan Harvey seketika saling bertukar tatap, mungkinkah nenek ini mengenali keluarga aslinya? “Nenek, duduklah dan ingat baik-baik. Tadi Nenek bilang aku mirip siapa?” “Nona Fanny,” jawab sang nenek dengan singkat.
Fanny? Selena sama sekali tak pernah mendengar nama itu seumur hidup, tetapi nenek ini mungkin tahu garis keturunan keluarga aslinya. Selena segera bertanya, “Nona Fanny itu siapa? Dia tinggal di mana? Apa hubunganmu dengannya?” “Nona Fanny adalah...” Baru saja sang nenek hendak bicara sesuatu, ingatannya hilang seketika. Lalu, dia menyerahkan selimut yang ada di tangannya. “Nadine, putrimu meninggal dalam kondisi sangat menyedihkan, semoga anakmu yang satu baik-baik saja.” “Nenek masih belum mengatakan siapa Nona Fanny tu Nenek pun berpaling melihatnya, lalu terkejut dan berkata, “Nona, Anda sudah kembali Selena hanya terdiam.
Harvey menepuk-nepuk bahunya. “Nenek mungkin sudah tua dan pikun. Kamu nggak usah buru-buru.” Nadine juga ikut berkata, “Benat, usia Nenek sudah 80 tahun lebih sekarang. Biasanya dia seorang lansia yang cukup sehat, tapi kadang-kadang pikunnya kambuh.” “Ibu, apa Nenek masih punya keluarga?” “Nggak ada, dia sudah kehilangan suaminya sejak lama dan nggak punya anak. Saat aku masih kecil, dia sudah tinggal di desa dan beberapa tahun terakhir ini nggak pernah pergi keluar desa,” “Apa Ibu tahu apa yang pemah Nenek alami?” tanya Selena lagi.
“Aku kurang paham juga apa yang memang dia alami. Rumornya pada 70 sampal 60 tahun yang lalu, saat perang berkecamuk tanpa henti. Pada tahun itu, banyak orang mati kelaparan yang membuat banyak orang bergegas merantau ke kota. Nenek juga pernah merantau ke kota untuk menjadi seorang pembantu di keluarga kaya.” Selena menemani nenek itu dan sedikit bercakap-cakap. Dia tahu, kondisinya tak terlalu sehat dan ingatannya juga sudah pikun.
Selena membawa kembali nenek itu menuju Kota Arama setelah berdiskusi dengan Harvey.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmBisa ditebak, Nona Fanny yang menjadi majikan Nenek sangatlah mirip dengannya. Berdasarkan usianya, meski orang itu masih hidup, dia pasti sudah menjadi nenek-nenek.
Selena tidak kembali ke vila pantai, melainkan ke apartemen besar lainnya.
Nenek hanya diam saja sepanjang perjalanan. Matanya dipenuhi rasa cemas dan penasaran.
Setelah 70 tahun terlewati, negara ini sudah berkembang pesat menjadi negara adikuasa dan tak ada. bayang- bayang dari masa lalu.
Ketika pertama kali masuk, udara hangat dari pemanas berembus. Nenek refleks membungkuk dan berdiri untuk memberi hormat. “Selamat datang, Nona,” sambutnya.
COIN BUNDLE: get more free bonus