- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 569 Selena berusaha sekuat tenaga untuk melawan, tetapi usahanya sia-sia, pria ini terlalu mengenal dirinya.
Layaknya ular yang diserang titik lemahnya, Selena sama sekali tidak bisa bergerak. Hatinya menjerit, merasa sangat tidak rela.
Dia telah berjuang begitu keras untuk sampai ke titik ini, hampir saja dia bisa masuk ke Blake-X, hampir saja dia bisa melepaskan diri dari Harvey dan mendapatkan kebebasan.
“Nggak! Aku nggak mau ingatanku hilang!” “Harvey, jangan bikin aku benci kamu, ya!” “Di mana obat penawarnya? Pasti ada obat penawarnya, “kan?” Selena menarik kerah pakaian Harvey erat-erat, tetapi pria yang wajahnya penuh darah itu malah tersenyum layaknya seorang psikopat. “Seli, aku nggak pernah mikir buat mundur. Nggak ada obat penawarnya di dunia ini.” Selena jatuh terduduk di tanah, kepalanya tertunduk, menatap telapak tangannya yang penuh Iluka.
Hanya dia sendiri yang tahu betapa pahit perjalanannya untuk sampai ke titik ini, Meskipun harus melalui banyak rasa sakit dan sempat beberapa kali hampir mati, dia tetap bertahan.
Kenangan pahit yang dialaminya di masa lalu itu terus mendukungnya untuk bertahan hidup dan berhasil membawanya sampai ke titik ini.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSekarang, dia sudah menjadi lebih kuat, tidak lagi lemah, dan tidak lagi merasa takut.
Dia telah membebaskan diri dari belenggu masa lalunyaEdtapi Harvey justre ingin membuatnya kembali seperti dulu.
Selena ingin memukul pria dihadapannya itu dengan keras, tetapi tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit.
Dia memegangi kepalanya sambil berguling-guling di atas tanah, mencoba melawan rasa sakit yang tak tertahankan itu.
Melihatnya, amarah Harvey memuncak, nada suaranya terdengar sangat panik, “Kenapa bisa jadi kayak gini?” Chandra menjelaskan, “Ini mungkin ada kaitannya sama kondisi tubuh Nyonya. Setiap orang punya reaksi yang berbeda sama obat itu. Kebanyakan dari peserta uji coba benar-benar pengen melupakan masa lalu, nggak seperti Nyonya yang sangat menolak, makanya Nyonya merasa sakit kepala. Anda nggak usah khawatir, efek sampingnya cuma berlangsung beberapa menit saja.” Harvey berjongkok dan memeluk Selena dengan erat, mencoba menenangkannya. berulang kali.
Selena merasa kepalanya sudah hampir pecah. Dia berkata dengan suara gemetar, “Harvey, tolong jangan biarin ingatanku hilang. Memang aku punya terlalu banyak kenangan sedih, tapi kenangan bahagiaku jauh lebih banyak. Itu satu-satunya hal yang ayah tinggalkan untukku, aku nggak mau kehilangan semuanya.” “Seli, bersamaku, kita bakal memiliki kenangan yang lebih indah di masa depan.” Selena kembali meraih kerah baju Harvey dan meremasnya dengan erat, giginya bergemelatuk menahan rasa sakit. “Harvey, tolong lebih manusiawi lagi!” Dia merasa semua saraf menarik kulit kepalanya secara bersamaan. Rasa sakit yang menusuk-nusuk itu bahkan membuatnya tidak bisa bernapas dengan lega.
Secara perlahan, fragmen kenangan mulai bermunculan di dalam benaknya, seperti adegan dalam film pendek Dia teringat ketika Olga mengucapkan selamat tinggal dengan mata berkaca-kaca, ketenangan Arya disaat-saat terakhimya, senyuman di wajah Lian meskipun tubuhnya dipenuhi oleh darah, mobil yang kehilangan kendali dan menabrak pembatas jalan, melihat Maisha meninggal dunia, pergelangan tangannya yang patah, keputusasaan yang dia rasakan saat terbaring di atas meja operasi...
Semuanya.
Rasa sakit di kepalanya itu berhasil membuatnya berhalusinasi, dia berusaha sekuat tenaga untuk meraih orang-orang yang ada di dalam fragmen kenangannya itu, ingin kembali ke waktu itu sekali lagi.
Namun, adegan-adegan itu bergerak sangat cepat, menyebabkan hati Selena terasa sangat sakit dan emosinya makin tidak terkendali.
Di musim dingin yang bersalju itu, dia dan Harvey bercerai. Di saat yang bersamaan, itu juga pertama kalinya dia merasakan rasa sakit karena kehilangan anak pertama mereka.
Dalam keadaan mabuk, pria itu memeluknya sambil mengatakan bahwa dia ingin memiliki anak dengannya. Pria itu juga berjanji akan memanjakannya dengan membuatkan kebun mawar untuknya.
Pada saat itu, Arya masih sangat muda, sifatnya sangat lembut, dan menjadi ayah yang paling penyayang.
+15 BONUS Sedangkan dirinya adalah seorang siswi yang sangat menonjol, berdiri dengan penuh percaya diri dan bangga di atas panggung.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDia juga melihat lagi pria tampan itu, mengenakan kemeja putih dan berdiri di lapangan olahraga.
Meskipun saat masih kecil dia sering mengganggu ayahnya dan bertanya kapan ibunya pulang, sebagian besar waktunya menunjukkan dia anak yang ceria.
Dia terlihat bersinar dengan cerah Kenangan-kenangan itu terus berputar, hingga terhenti pada satu adegan di mana dia menemukan seorang remaja yang berlumuran darah di ujung gang.
Dia menyelamatkan remaja itu, bahkan saat pergi, dia masih memberikannya sebuah senyuman..
Selena baru saja menyadari bahwa pemuda dalam kenangan yang hampir terlupakan adalah Harvey! Ternyata mereka berdua sudah pernah bertemu saat itu.
Kemudian, adegan itu berpindah ke masa kecilnya, ketika dia pertama kali ditindas oleh anak-anak lain. dan Arya berusaha melindunginya. Momen-momen ketika berpisah dengan Maisha juga terlintas di benaknya.
Selena melihat sosok dirinya yang berusia 22 tahun makin kecil dan menjauh darinya, hingga pada akhirnya, sosok itu tersenyum dan melambaikan tangan kepada dirinya di tempat yang hampir tidak terlihat, seolah-olah sedang mengucapkan selamat tinggal.
Selena menangis tersedu-sedu, dan seperti orang gila, dia berlari menuju sosok dirinya yang lain. Jangan pergi, jangan pergi!”