- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 583 Selena sontak terkejut, dia memalingkan wajahnya ke arah Harvey. “Kamu ngomong apa, sih?” Harvey masih menatap ke kejauhan dengan ekspresi datar. “Semua orang pasti akan mati, kalau suatu saat nanti aku kecelakaan...” “Nggak ada yang tahu kedepannya gimana, jangan ngomong kayak gitu, ah!” Selena merasa tertekan. dia tidak ingin mendengar kata-kata tentang kecelakaan. Tanpa sadar, tangannya meraba perut kecilnya.
Tanpa sepatah kata pun, Harvey membawa Selena ke pusat perbelanjaan terdekat. Mereka berdua seperti pasangan pada umumnya, berkeliling, makan, dan menonton film bersama.
Semua ini adalah hal-hal yang dulu sangat ingin Selena lakukan.
Meskipun dia sudah lupa, tapi ada perasaan puas di dalam hatinya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtPada malam itu, salju kembali turun dari langit. Sambil membawa kantong belanja. Harvey menggandeng tangan Selena keluar dari pusat perbelanjaan.
Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, mereka baru selesai menonton film. Karena suhu sangat dingin, tidak banyak orang yang berada di luar.
Di sekitar mereka, banyak hiasan yang terpasang di pepohonan. Hiasan tersebut berkilauan bersama dengan salju yang turun, menciptakan suasana yang sangat romantis.
“Dingin, ya?” tanya Harvey.
“Nggak apa-apa. Toh, mobilnya ada di seberang jalan, nggak jauh.” Melihat uap napas keluar dari mulut Selena, Harvey dengan sigap melepaskan mantel besar miliknya dan memakaikannya pada wanita yang ada di sebelahnya itfgryo pergi.” Tapi kamu...
“Aku nggak kedinginan, kok.” Harvey menggandeng tangan Selena lebih erat, seolah-olah takut wanita itu pergi meninggalkannya jika genggamannya sampai terlepas.
Melihat tangan mungilnya terbungkus oleh tangan besar yang hangat, tiba-tiba Selena merasa hatinya bergejolak.
east momen ini sepak Tama “1266-4060/208Bennen teiden, dan Harvey pun dengan sabar menunggunya.
+ 15 BONUS Zuzeden beca Mu, tergantung beberapa kain merah yang berkibar saat tertiup angin. Menjelang NAIL, BATHOR, TOko momasana spanduk Tohon Jodoh untuk menarik pelanggan.
Zerras berusia seratis tahun ini awalnya dilestarikan, tetapi entah sejak kapan difungsikan meamakan acara- acara promosi yang sedang berlansung. Dengan berbelanja mencapai 17 jutal tpat, zehngsan 353 mendapatkan satu buah jimat jodoh dengan menunjukkan bukti pembelian Weskizun mereka tahu ini hanya trik pemasaran, masih banyak pasangan muda yang ikut serta dalam arena haus mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar, jumlah jimat jodoh yang ada di pohon JE SEDUT JOAK, DAMYyak.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmAwalnya Selena berniat untuk pergi setelah mengambil foto dari pohon itu, tetapi tiba-tiba dia melihat ane subah menukar struk belanja mereka dengan beberapa jimat jodoh.
armi mereka sudah menghabiskan banyak uang, jadi Harvey memiliki total 10 jimat di tangannya.
Padahal eas-eas ini cuma promosi toko saja,” keluh Selena dengan penuh keheranan. Wajah Harvey eas-eus terlihat materialistis, tidak mungkin pria itu percaya pada hal-hal seperti ini, ‘kan? Harvey menggenggam limat itu dengan erat, sementara tangan lainnya memegang sebuah pulpen. Satu zer satu da menulis nama mereka berdua di atas jimat itu dengan hati-hati.
Katka sepuluh jimat itu sudah selesai ditulis, dia baru mengangkat kepalanya dan menatap Selena Denzan lembi Seli dulu aku nggak percaya sama mitos. Tapi sekarang, selama aku bisa bareng-bareng terus samal kamu, aku bakal percaya sama apapun, termasuk dewa dan Tuhan.” “Kamu ini gimana, sih, yang satu dewa, yang satu Tuhan, nggak nyambung Thepak apa-apa yang penting aku bisa bersamamu.” Cahaya lampu bintang yang bergantung di pohon menyoroti wajah Harvey dengan lembut, membuatnya terlihat begitu hangat. Selena melihat dirinya sendiri di mata pria itu, seolah-olah sedang berada di antara ribuat bintang di langit malam.
Jantungnya berdebar tak terkendali.
“Kita punya 10 kesempatan, ayo kita lempar bareng.” +15 BONUS Selena memegang lima jimat, bersiap untuk melemparkannya ke arah pohon. Awalnya, dia merasa tidak ada bedanya dengan bermain lempar bola di pasar malam seperti anak kecil, tetapi ketika melihat wajah serius Harvey, dia juga menjadi ikut serius.
Pada ujung jimat itu sudah diberi tali. Mereka hanya perlu melemparkan jimat itu agar menggantung di cabang pohon, seharusnya tidak terlalu sulit.
Selena melemparkannya dengan sungguh-sungguh. Tali itu hampir tergantung pada cabang pohon terdekat.