- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
ab 615 Harvey kemudian mengantarkan Selena yang masih syok pulang ke rumah. Selena teringat dengan apa yang terjadi di mal tadi dan tidak tahan untuk berkata, “Harvey, hari ini aku bertemu dengan Namun, Harvey terlihat sangat sibuk. Ponselnya sedari tadi berdering tanpa henti dan menyela ucapan Selena.
“Oke, aku akan segera datang,” ucap Harvey pada orang di seberang telepon.
Setelah mengangkat telepon Harvey pun akhirnya menoleh ke arah Selena dan bertanya, “Seli, apa yang barusan mau kamu katakan? Apa yang terjadi padamu di mal tadi?” Selena hanya bisa menghela napas dan berkata, “Itu tidak begitu penting. Pergi saja dan selesaikan pekerjaanmu dulu. Pulanglah lebih awal.” “Oke,” jawabnya.
Harvey kemudian mengusap rambut Selena dengan lembut sebelum akhirnya berbalik pergi.
Selena kembali teringat dengan pria aneh di mal tadi. Meskipun dia bukan orang jahat, apa yang ingin disampaikannya mungkin juga tidak begitu penting.
Selena hanya sedikit khawatir, masalah ini sudah semakin membesar, apa yang sekiranya akan terjadi setelah ini? Di sisi lain, Harvey-duduk di penumpang dengan wajah muram dan kesal.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtAlex dan Chandra sama-sama masih berada di dalam tahanan. Hal buruk terjadi lagi pada Selena. Bukankah bisa dibayangkan seberapa kalut dan kacau perasaannya saat ini? Dia terus memantau arah opini publik di internet. a “Tuan, dengan keadaan seperti ini, bukankah lebih baik kalau kita memperbaiki citra di hadapan publik?” tanya Nolan.
Harvey yang mendengarnya mengusap cincin di jari manisnya dan berkata, “Tidak perlu, kita belum punya bukti. Tidak akan ada orang yang percaya...
Begitu Harvey kembali diam, Nolan bisa melihat dari kaca spion bagaimana wajah dingin Harvey terlihat seperti hendak membunuh orang.
“Saya juga penasaran siapa sebenarnya dalang di balik semua ini. Kenapa mereka masih belum ketahuan juga,” ucap Nolan.
Dia merasa Harvey memang tidak mengatakannya, tetapi sepertinya bosnya itu mengetahui siapa sosok di balik semua ini dan menyimpannya di dalam hati.
“Itu adalah Vila Matahari,” ucap Nolan.
Harvey mendengus pelan.
Orang-orang suruhannya sudah menyelidiki dalang di balik pembunuhan Itu. Tidak disangka, orang itu adalah seorang teman lama.
Villa Matahari dibangun di tepi pantai dan merupakan peninggalan abad lalu dengan gaya arsitektur yang penuh dengan nuansa romantis ala Perancis.
Pada malam musim panas, vila ini adalah tempat yang sangat sempurna untuk digunakan menginap. Namun, saat musim dingin, suasananya terasa agak sepi dan aneh tanpa sinar matahari.
Begitu masuk ke halaman depan, Harvey melihat seorang wanita yang mengenakan mantel wol panjang sedang meminum secangkir kopi dengan anggun sambil membelakanginya.
23 Cangkir porselen putih dan kukunya yang berwarna merah cerah memberikan kontras yang cukup tajam.
Angin laut bertiup dengan kencang. Namun, wajah wanita itu terlihat tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan cuaca buruk ini.
Dia sepertinya mendengar langkah kaki sehingga akhirnya menoleh dan mendapati sesosok pria bertubuh jangkung sedang berjalan ke arahnya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmJas hitam yang dikenakan pria itu memperlihatkan postur tubuhnya yang tegap dan kuat, wajahnya pun tetap terlihat dingin seperti biasanya.
Harvey seolah datang bersama dengan angin dingin. Di sisi lain, Vanya yang terlihat berdandan dengan sangat cantik menyambutnya dan berkata, “Tuan Harvey, lama tidak bertemu.” Ucapan lama tidak bertemu itu seolah mengandung makna persahabatan.
Namun, Harvey tanpa basa-basi langsung bertanya, “Mana buktinya?” Vanya terkekh mendengarnya. “Kamu masih saja bersikap dingin seperti dulu. Duduklah dan minum secangkir kopi, kamu sudah datang jauh-jauh ke sini.” “Tidak perlu, aku sangat sibuk, Kamu hanya perlu memberikan buktinya padaku,” balas Harvey.
in babarana foto dari tas mewahnya, “Lihatlah,” ucapnya pada Harvey.
Foto itu terlihat tidak lengkap, ada beberapa yang sobek. Namun, jika disatukan, bisa dilihat samar- samar seorang pria jangkung yang mengenakan seragam petugas kebersihan sedang memegang leher Denisa dengan satu tangan, sedang kaki Denisa terlihat menggantung di udara.
Foto ini akan menjadi bukti yang sangat bagus untuk meluruskan semua kesalahpahaman yang adal “Apa hadiah besar ini cukup untuk negosiasi kita?” tanya Vanya sambil meletakkan cangkir kopinya dan menyangga dagunya dengan malas.
Harvey kemudian duduk, dia memperhatikan bagaimana foto itu diambil. Seseorang pasti merobeknya dengan sengaja sehingga membuatnya tidak terlihat dengan jelas. Wanita itu pasti sangat berhati-hati dalam bertindak.
“Katakan apa syaratmu,” ucap Harvey.