- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 630 Itu adalah Selena! Cinta sejati Harvey.
Sampai saat ini, Vanya baru mengetahui bahwa dulu bukannya Harvey tidak tertarik pada wanita, lalu. melainkan dia menunggu kemunculan Selena sejak sepuluh tahun yang Harvey tidak pernah menjelaskan pada Vanya karena dia memang tidak tertarik, dan dia merasa tidak perlu.
Vanya lah yang terlalu berkhayal, diam-diam berusaha membantu di tempat yang tidak terlihat oleh Harvey, bahkan setiap hari membayangkan berada di sisi Harvey di masa depan.
Sesudah ditolak, Vanya merasa sangat putus asa dan sedih, hingga melakukan begitu banyak hal yang ekstrem.
Kini dia merasa seperti orang malang yang hina. Saat melihat wanita di samping Harvey yang begitu anggun dan memesona, selain dari segi penampilan, kepribadiannya juga dia kalah.
Melihat kaki Selena yang utuh, Vanya menjadi semakin marah, mengapa Tuhan begitu kejam dan membuatnya mengenal Harvey.
“Sudah sadar?” Harvey yang duduk tegak di kursi menatapnya dengan santai, “Katakan, siapa yang menyuruhmu,” ujarnya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtNamun, pikiran Vanya terfokus pada Selena, matanya menatap lurus ke arah Selena, hingga membuat Selena menjadi agak merinding.
x] Adanya kemiripan wajah membuatnya berinisiatif untuk bertanya, “Kamu mengenalku?: Vanya tertawa terbahak-bahak, “Ternyata kamu, kamu sudah membuatku sangat menderita!” jawabnya.
Selena merinding mendengar tangisan sedih yang terngiang di setiap sudut ruangan.
Dengan kebingungan, dia menatap Harvey, “Harvey, apa dulu aku mengenalnya?” katanya.
Walaupun tidak ingat, naluri tubuhnya tetap bisa merasakan sesuatu yang familier saat bertemu beberapa orang.
Akan tetapi, orang ini jelas tidak dikenalnya, tidak familier sedikit pun.
“Nggak kenal kamu juga nggak perlu mengenalnya,” jawab Harvey dengan sangat dingin.
Bahkan menurut Harvey, mengetahui nama Vanya saja sudah hina untuk Selena.
Selena menggigit bibirnya. Kalau tidak kenal mengapa wanita itu menatapnya sampai seperti itu? Sementara itu, Arnold pun menendang pinggang wanita itu dan berkata, “Tuan Harvey tanya, cepat jawab! Kamu disuruh siapa?” Vanya menatap pria yang dulu begitu mencintainya, hamun sekarang marah besar padanya.
Semua pria memang pembohong, “Baiklah, aku akan menjawab. Kemarilah, aku akan memberitahumu siapa yang menyuruhku,” ujar wanita itu yang tampak marah.
Kemudian, Harvey perlahan membungkuk, sedangkan Vanya perlahan merangkak menghampirinya.
Seperti seekor ular yang terluka, wanita itu meninggalkan noda darah di karpet, membuat kaget orang- orang.
Anehnya, Selena tidak merasa kasihan dengan wanita ini sama sekali, seolah memang sudah seharusnya dia bertindak demikian.
Vanya merangkak dengan susah payah, tatapannya terhadap Harvey penuh cinta dan keengganan.
Walau Harvey sudah sengaja membungkuk, tetap saja sulit bagi wanita itu untuk mendekat.
Dia hanya bisa terus mendongak, namun darah menetes perlahan dari dagunya dan menodai karpet putih yang bersih.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTes, tes.
Tes, tes.
Tindakan ini hampir menguras seluruh tenaganya, seperti masa lalunya yang berantakan ini.
Walaupun wanita Itu menggunakan seluruh tenaganya, dia tetap tidak bisa berdiri di samping Harvey.
dia hanya bisa melakukan sesuatu seperti ini di ujung hidupnya.
Vanya mencium pipi kanan Harvey.
Akhirnya dia berhasil, ini adalah momen paling dekat yang pernah dia rasakan dengan Tuhan.
“Bruk!” Harvey hampir menendang jantungnya secara refleks. Wanita yang terluka dan terguncang itu sampai jatuh ke lantai akibat sebuah tendangan keras dan hampir mati.
Arnold bahkan lebih gila-gilaan menghajarnya, wajahnya yang berwibawa penuh dengan kebencian, “Dasar wanita murahan, padahal aku selalu menghormatimu, bahkan nggak merendahkanmu walaupun kamu cacat, begini perlakuanmu padaku?!” Situasi menjadi sangat kacau, sementara Harvey terus mengusap pipi kanannya yang dicium oleh Vanya.
Sambil tersenyum licik, wanita yang berada di lantai itu menatap Selena lekat-lekat. “Kamu lihat ‘kan akulah orang yang paling mencintainya!” ucapnya.