- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 631 Reaksi pertama Selena bukanlah marah. Mengapa dia merasa tidak ada orang yang normal di sekitar Harvey? Ada apa dengan wanita yang agak mirip dengannya ini? Di sisi lain, Harvey yang terlihat begitu marah hingga urat-urat di dahinya muncul, menyuruh Arnold berhenti.
Arnold menghajarnya hingga mandi keringat, namun raut wajahnya tetap rendah hati, “Tuan Harvey, saya benar-benar minta maaf. Saya sudah meminta seseorang untuk memeriksa riwayat obrolan dan panggilannya, tapi tidak ada yang mencurigakan. Mengenai rekaman video aslinya, saya sudah menemukannya,” jelasnya.
Harvey pun menghampiri wanita yang terengah-engah di lantai itu, “Katakan, apa yang kamu bicarakan dengan William?” tanyanya.
“Kami nggak membicarakan apa-apa,” Vanya menyeringai, “Kesalahan terbesar dalam hidupku adalah bertemu denganmu,” ujarnya.
Harvey terdiam.
Ini pertama kalinya dia merasa bahwa pemikiran tentang cinta begitu menakutkan.
Harvey kira wanita ini akan mengatakan yang sebenarnya sebagai tanda terima kasih atas bantuannya, tapi ternyata wanita ini sama sekali tidak tahu terima | dan malah mengeluh.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtPikiran wanita ini yang penuh dengan Harvey membuat Arnold kesal.
Melihat kegigihan Vanya, Harvey tidak membuang-buang waktu lagi dan membawa Selena pergi setelah memutar video.
Dugaannya, sekalipun orang itu terlibat dalam masalah ini, kemungkinan orang itu hanya berhubungan dengan Vanya secara sementara dan tidak terlibat lebih dalam.
Awalnya, tujuannya agar tidak melewatkan petunjuk apa pun, tetapi sekarang tampaknya wanita ini sudah tidak berguna, tidak ada informasi yang bisa didapat darinya.
Harvey tidak lagi meliriknya.
Dia mengulurkan tangannya ke arah Selena, “Sell, ayo kita pergi,” ujarnya.
1/3 Selena melihat Harvey, lalu melihat wanita yang hampir gila di lantai dengan gigi yang terkatup erat. Pada akhirnya, dia tidak bertanya apa-apa.
“lya.” Tangan yang saling tergenggam, baik di depan umum maupun di belakang layar, Harvey selalu menyukai posisi ini.
Selena merasa aman saat digandengnya.
Tindakan keduanya membuat Vanya kesal, hingga berteriak seperti binatang buas yang gila, “Harvey, aku benci kamu. Kalau kamu nggak mencintaiku, kenapa kamu memberiku harapan? Kenapa kamu membawaku keluar dari pegunungan!” Harvey tidak mau membuang waktu satu detik pun untuk wanita sepertinya.
Namun, langkah Harvey terhenti.
Sementara itu, suara makian Vanya juga berhenti. Dia mengira Harvey akan menoleh dan melihatnya.
Tidak disangka, Harvey tetap tidak melihatnya, dan malah mengambil beberapa tisu di atas meja dengan jari-jari panjangnya.
Semua orang di ruangan itu menatapnya lekat-lekat, bertanya-tanya mengapa tiba-tiba dia melakukan tindakan ini.
Segera setelah itu, Harvey tiba-tiba jongkok dan membersihkan noda darah yang tidak sengaja terciprat di pinggiran sepatu Selena dengan tisu.
Membersihkannya dengan begitu saksama dan serius.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmArnold dan yang lainnya tercengang. Bukannya pria ini dikenal sebagai sosok yang dingin dan tidak berperasaan? Mengapa dia terlihat seperti seorang pria yang sangat mencintai istrinya? Bahkan Vanya lupa berteriak, hanya menatapnya dengan diam.
Pria di hadapannya ini jauh berbeda dengan yang ada dalam ingatannya.
Ternyata dia juga memiliki sisi yang begitu lembut, bahkan begitu rendah hati membersihkan sepatu seorang wanita.
Mengapa wanita itu bukan dirinya?! Dengan berayun seperti orang gila, Vanya menghampiri Harvey. “Kenapa bukan aku? Aku begitu mencintaimu, tapi kenapa kamu nggak menganggapku?” ujarnya.
Kali ini Selena menghadang di depan Harvey, menghalangi pandangan Vanya.
“Cukup.” Vanya kembali menyerang Selena, “Apa yang kamu banggakan? Sudah lihat wajahku, kan? Sebelum munculnya kehadiranmu, dia terus menganggapku sebagai pengganti, kemudian dengan kejamnya dia meninggalkanku.
Nasibku sekarang adalah nasibmu nantinya,” jelasnya.
Sekalipun Selena tidak ingat apa-apa, dia merasa perkataan ini sangat tepat.
“Nona Vanya, kamu salah paham, aku bukannya ingin memamerkan sesuatu, aku cuma ingin memberitahumu satu hal cintailah dirimu sendiri sebelum kamu mencintai orang lain.” Usai mengatakannya, Selena berbalik dan pergi sambil menggandeng Harvey.
Teriakan seorang wanita pun terdengar di belakang.