- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 665 Kata-kata itu mengartikan dia sudah sepenuhnya memaafkan semua perbuatan Ellia dulu. Saat itu, Ellia memang sedang sakit. Meskipun sedang sangat menderita, Ellia tetap melahirkannya.
Harvey awalnya berpikir tidak akan berhubungan lagi dengan Ellia untuk selamanya.
Namun dia tidak menduga bahwa Ellia bisa keluar dari trauma masa lalu itu. Ditambah dengan apa yang sudah dia lalui bersama Selena, Harvey hanya ingin menghargai keluarganya dengan baik.
Ellia duduk di depan, sementara Harvey dan Selena duduk berdampingan di belakang.
Selena tersenyum sambil menatapnya dan bertanya, “Kenapa kamu ada di sini?” “Datang menjemputmu. Kamu belum sempat makan, ‘kan? Sampai di rumah aku akan masak untukmu.” Melihat pria yang begitu mencintainya, Selena tersenyum manis dan menjawabnya, “Oke.” Dia mulai percaya pada ucapan Ellia bahwa Harvey dan Naufan adalah orang yang berbeda. Bagaimana mungkin pria seperti Harvey tega menyakiti dirinya, “kan?” Bodyguard mengulurkan air dan obat melalui jendela, Harvey dengan wajah penuh perhatian bertanya, Apa yang membuatmu tidak nyaman?” *Jangan khawatir. Lambungku sakit karena tadi makan terlalu banyak es. Setelah makan obat pasti nggak apa-apa.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSelena sebenarnya ingin menikmati makan malam yang lezat, tetapi malah diganggu oleh Naufan dan Jesika.
Karena ini, sampai sekarang lambungnya masih terasa sakit.
Selena tidak menjelaskan lebih lanjut dan segera makan obat.
Melihat Harvey yang tenggelam dalam pikiran, Selena Boron lengannya dengan ringan dan berkata, “Aku sudah bilang nggak apa-apa. Kenapa begitu khawatir? Aku sudah janji pada Ibu untuk melakukan pemeriksaan endoskopi lambung setelah perayaan ulang tahun Kakek.” “Kamu sungguh nggak apa-apa?” tanya Harvey untuk memastikan lagi.
“Apa aku terlihat seperti sedang sakit parah?” Harvey ingat akhir-akhir ini Selena sudah beberapa kali bilang lambungnya terasa sakit. Namun, sakit lambung memang sering kambuh, bahkan setiap hati pun adalah hal yang normal.
Mengingat hasil pemeriksaan kesehatan Selena sebelumnya tidak ada masalah besar, Harvey merasa lega. Kemudian, dia meminta orang untuk membawakan sekotak kue sebelum mobil mereka melaju pergi.
“Isi perutmu dulu. Kita akan tiba di rumah dengan cepat.” “Oke,” jawab Selena tanpa sungkan.
Saat ini jalanan tidak macet. Selena dengan santai menikmati pemandangan kota di kedua sisi jalan.
Dibandingkan dengan Kota Arama, dia lebih suka kota ini.
Udaranya begitu sejuk dan ada banyak pepohonan dan tanaman yang indah.
“Suka?” “Ya. Suasananya sungguh berbeda dengan Kota Arama. Ada banyak bunga di pinggir jalan.” “Jalan Marina lebih indah, kita pulang melalui Jalan Marina saja.” “Baik, Tuan Harvey.” Sang sopir segera mengganti rute. Selena membuka jendela mobil, merasakan angin laut yang bersilir- silir. Suasana hatinya menjadi jauh lebih baik.
Sopir bersiap untuk mengurangi kecepatan karena jalanan di depan menurun.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmNamun ketika sopir menginjak rem, ekspresinya seketika berubah dan tangan yang memegang kemudi menjadi tegang. Untungnya, dia telah menjalani pelatihan khusus, jadi tetap dalam keadaan tenang.
“Tuan Harvey, ada berita buruk, remnya rusak.” Selena yang sedang menggigit kue langsung tertegun dan bertanya, “Kamu bilang apa?” “Remnya sama sekali nggak berfungsi. Sebentar lagi akan masuk ke jalanan yang menurun dan panjang, kecepatan mobil akan meningkat. Nyonya Besar, Nyonya Muda dan Tuan Harvey pastikan untuk berpegangan pada gagang mobil.” Harvey yang terlihat serius mencoba menenangkan Selena dan Ellia, “Ibu, Seli, jangan takut. Aku akan segera menghubungi orang untuk menangani hal ini.” Harvey segera menelepon polisi, meminta mereka segera menutup jalan, menjauhkan kendaraan lain dan mempersiapkan penghalang untuk menghentikan mobil mereka.
Sementara itu, semua mobil pengawal di belakang berbaris di jalur be lain mendahului mereka.
untuk menghalangi kendaraan Selama kendaraan dari arah berlawanan mengikuti rute yang ditentukan, maka tidak akan ada masalah.
Meskipun Harvey sudah mengatur semuanya, Selena masih merasa jantungnya berdetak kencang.
Pemandangan hujan di malam hari melintas di benaknya.
Melihat wajah Selena yang pucat, Harvey memeluknya dengan erat sambil berkata, “Jangan takut, ada aku, nggak akan terjadi apa-apa.”