- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Suara Selena terdengar begitu tenang ketika dia menyebutkan orang itu, dia sepertinya sudah tidak
peduli lagi.
Namun, Lewis tahu betul bahwa tidak mungkin Selena tidak peduli lagi pada orang yang pernah
dicintainya dengan tulus itu. Selena hanya berusaha menyembunyikan luka di hatinya dan mencoba
mengobatinya sendiri ketika tidak ada orang di sekitarnya.
Tanpa bertanya lebih lanjut, Lewis pun kemudian mengubah topik pembicaraan. “Aku tahu kamu belum
melunasi biaya operasi ayahmu. Sebagai temanmu, aku akan meminjamkan uang terlebih dahulu
kepadamu, nanti kamu kembalikan lagi kepadaku.”
Lewis tahu bahwa tidak mudah bagi seorang gadis seperti Selena untuk mendapatkan uang. Lewis
sudah berulang kali ingin membantu Selena, tetapi selalu ditolak olehnya.
Selena masih menggelengkan kepalanya kali ini sambil berkata, “Tidak perlu, Kak.”
“Selena, kondisi ayahmu lebih penting. Apa kamu lebih suka dipermalukan oleh sampah itu daripada
menerima niat baikku? Aku tidak mengajukan syarat apa pun, aku hanya ingin membantumu. Kamu
tahu, meskipun keluargaku tidak sekaya Keluarga Irwin, tapi kami bukanlah keluarga biasa. Sejumlah
uang ini masih tidak terlalu banyak bagiku. Jangan sampai hatimu merasa terbebani jika menerima
bantuanku.”
Selena melihat ke arah Lewis sambil memegang secangkir air dengan kedua tangannya. Wajahnya
yang pucat itu membuat hati orang yang menatapnya merasa iba.
“Kak, aku tahu kamu adalah orang yang baik, tapi … aku sudah tidak punya masa depan.”
Baik budi maupun uang, Selena merasa tidak sanggup untuk membayar semua itu.
Melihat cairan di dalam botol infus yang hampir habis, Selena tanpa ragu langsung mencabut jarum
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtinfus. Karena tidak ada kapas untuk menghentikan pendarahan, darahnya pun menyembur keluar.
Namun, dia tidak peduli dengan hal itu. Dia berdiri sambil mengambil jaketnya dan berkata, “Kak, kamu
tidak perlu khawatir tentang masalah uang. Asalkan kami sudah mendapatkan akta cerai, Harvey akan
memberiku 20 miliar. Ayahku dioperasi kemarin, aku mau pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya.”
Selena memang keras kepala. Hal ini juga terlihat ketika dia tiba-tibameninggalkan studinya untuk
menikah. Padahal waktu itu dia dipuji sebagai seorang genius. Sungguh tidak ada orang yang
menduga dia bisa mengambil keputusan itu.
Bahkan, ketika setiap kali makan bersama Lewis, dosen pembimbingnya sendiri selalu menyayangkan
hal ini. Sayang sekali, entah siapa yang telah berhasil mengambil hatinya.
Tampaknya Selena tahu bahwa Lewis akan menawarkan diri untuk mengantarnya, sehingga Selena
pun langsung mengangkat ponselnya dan berkata, “Taksi yang kupesan sudah tiba.”
Dia benar-benar telah memutuskan harapan Lewis.
Selena menggulung jaketnya. Ketika jari tangannya memegang gagang pintu, di saat itu pula Lewis
berkata, “Selena, apakah kamu pernah menyesal melepaskan segalanya untuk menikah dengannya?”
Menyesal?
Harvey adalah orang yang telah menyebabkan Keluarga Bennett menjadi seperti ini. Sedangkan Arya
mengalami guncangan berat dalam hidupnya, ditambah lagi dengan kecelakaan yang membuat dia
terbaring di rumah sakit. Di sisi lain, Selena sendiri kehilangan anaknya yang imut.
Selena seharusnya merasa menyesal. Namun, saat memejamkan mata, Selena pun teringat kembali
pada peristiwa kecelakaan kapal pesiar itu. Pria yang mengangkat tubuhnya di tengah amukan badai,
tidak lain adalah pemuda berpakaian putih yang pernah dia temui di sekolah.
Selena berusaha keras menahan air matanya dan berkata, “Aku tidak menyesal.”
Terdengar suara “klekkk” saat pintu tertutup. Saat melihat sosok Selena yang berjalan semakin
menjauh, perasaan Lewis menjadi campur aduk.
Sesampainya di rumah sakit, Arya masih dalam pemeriksaan di ICU. Selena hanya bisa menatapnya
dari jauh. Dia menelan kembali semua pertanyaan yang ingin diajukannya.
Bagi Selena, Arya terkesan sebagai pria bijaksana yang rendah hati dan baik hati. Kedua orang tuanya
tidak pernah bertengkar hebat sebelum mereka bercerai.
Meskipun Maisha sudah meninggalkannya selama beberapa tahun, tetapi Arya tidak menikah lagi.
Selain bekerja, sisa waktunya digunakan untuk menemani Selena.
Harvey selalu membicarakan ayahnya. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang benar-benar dia benci
bukanlah Selena.
Dulu Selena pernah mendengar kalau Harvey punya seorang adik perempuan yang hilang sewaktu
kecil ketika mereka masih bersama. Hal ini yang membuat ibunya menjadi sangat sedih dan
terguncang jiwanya. Sampai-sampai ibunya itu harus tinggal di luar negeri sepanjang tahun.
“Apa hubungan antara adik perempuan Harvey yang menghilang dan Ayah?” pikir Selena.
Selena memutuskan untuk menelusurinya mulai dari orang-orang yang ada di sekitar ayahnya. Pagi-
pagi sekali dia sudah bergegas menuju ke rumah sopir keluarganya, yaitu Pak Hermawan. Setelah itu,
dia mengunjungi pengurus rumah tangga keluarganya, yaitu Pak Cipto.
Anehnya, orang-orang yang telah ikut bersama ayahnya sepanjang hidup mereka, selain ada yang
mengalami kecelakaan mobil yang janggal, ada juga yang pergi ke luar negeri dan tidak dapat
dihubungi lagi.
Sedangkan ayahnya yang merupakan satu-satunya orang yang mengetahui kebenaran masalah ini,
saat ini masih dalam keadaan koma. Selena menjadi seperti orang linglung yang tidak punya tujuan.
Dia terus terjaga dari malam hingga pagi hari.
Hal-hal yang telah terjadi sampai saat ini jelas tidak bisa disebut sebuah kebetulan. Jelas sekali ada
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmorang yang mendalanginya.
Selena juga tidak bodoh. Ketika tidak bisa mendapatkan informasi dari pihak Keluarga Bennett, Selena
pun segera berusaha mencari petunjuk dari sopir dan asisten Harvey, yaitu Alex dan Chandra.
Selena melihat jam tangannya, sekarang baru jam tujuh. Saat ini mereka pasti sedang dalam
perjalanan untuk menjemput Harvey. Selena pun langsung menelepon Chandra.
Untungnya, setelah beberapa kali berdering, ponsel itu pun diangkat oleh Chandra. Chandra tetap
menyapa dengan sopan seperti biasanya, “Halo, Nyonya.”
Selena sudah lama tidak mendengar sapaan seperti ini. Dia menahan rasa sedih di hatinya sambil
segera berkata, “Pak Chandra, aku ada janji dengan Harvey untuk mengurus perceraian, bisakah
kamu menjemputku dan pergi ke sana bersama?”
Chandra pun terdiam. Mereka sama seperti Harvey yang tidak suka dengan hal yang tidak terduga.
Selena buru-buru menambahkan, “Jangan salah paham, aku tidak punya maksud lain. Aku hanya takut
perceraian ini akan tertunda lagi jika terjadi hal yang tidak terduga pada hari ini. Biaya pengobatan
ayahku di rumah sakit belum dilunasi. Aku … ”
Selena memiliki hubungan yang cukup baik dengan Alex dan Chandra. Dia tidak pernah
memperlakukan keduanya dengan kasar. Oleh karena itu, ketika Selena tampak sedang dalam kondisi
tidak berdaya, Chandra pun menyetujuinya, “Nyonya ada di mana? Aku akan segera ke sana.”
Selena memberikan alamat yang paling dekat dengan mereka, yaitu jalan menuju Perumahan Kenali.
Perumahan Kenali adalah tempat tinggal Agatha.
Meskipun Selena enggan mengakuinya, Harvey telah berkali-kali difoto oleh awak media ketika
bermalam di sana. Harvey pasti tinggal di sana selama berbulan-bulan setelah berpisah dengan
Selena.