- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 70
Harvey melepaskan kerah Hansen, lalu mundur beberapa langkah. Pikirannya terngiang–ngiang
dengan perkataan Selena.
“Harvey, aku bersalah.”
“Kesalahan terbesarku adalah bertemu denganmu.”
Selena sangat membenci dirinya, sehingga sampai menyerah untuk bertahan hidup.
Setelah melihat ekspresi ketakutan di wajah Harvey, Hansen pun akhirnya baru berbicara setelah
entah terdiam berapa lama, “Aku sudah membaca laporan tes darahnya, mengapa lebih rendah
daripada orang pada umumnya?”
*Secara umum, situasi ini sangat mungkin terjadi karena … ” Hansen menghentikan perkataannya.
Kemoterapi kanker akan menyebabkan penurunan secara ekstrem. Meskipun Harvey tidak
mengaturkan pemeriksaan fisik kepada Selena dalam dua tahun terakhir, tetapi sejak dulu Selena tidak
terlihat seperti orang yang akan terkena kanker.
Apalagi usianya masih sangat muda, penderita kanker biasanya berusia paruh baya, mayoritas
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtlansia.
Suasana hati Harvey saat ini sangat buruk. Sebelum adanya pemeriksaan, Hansen tidak berani
menjelaskan kemungkinan seperti itu, karena dapat menambah beban psikologis Harvey.
“Karena apa?” tanya Harvey.
“Tidak, apakah ada yang berbeda dari Nyonya akhir–akhir ini?” tanya Hansen.
“Dia menderita penyakit serius beberapa waktu lalu. Selain itu, ada luka di lengannya.”
“Nah, itu dia, beberapa infeksi virus atau bakteri juga dapat menyebabkan penurunan daya tahan
tubuh. Dia mungkin belum pulih dengan baik, kemudian tiba–tiba terkena air dingin, sehingga
menyebabkan kondisi itu kambuh lagi. Itulah sebabnya kondisi fisiknya turun drastis.”
Setiap kalimat dari Hansen seperti duri tajam yang menusuk hati Harvey dengan kejam.
Menyadari bahwa ekspresi Harvey menjadi semakin bingung, Hansen pun terus menambahkan, ‘
Kekebalan tubuh Nyonya sedang rendah saat ini, pastikanlah dirinya dijaga dengan baik. Dia tidak
boleh masuk angin dan tidak boleh sakit. Aku akan menambahkan lebih banyak dosis obatnya.
Demamnya harus diturunkan terlebih dahulu.”
H
Harvey menurunkan tangannya dengan perlahan, lalu berkata dengan nada rendah, “Oke.”
Di Perumahan Kenali.
1/2
Agatha tidak tahu bahwa Harvey akan membawa anaknya ke alai Selena, sehingga Agatha masth
tetap merasa senang. Anak ini semakin mirip dengan Harvey, tidak heran la Harvey annual
meurukainya
Semakin Harvey menyukai anak ini, semakin menguntungkan pula bagi Agatha Dengan begitu, dia
tidak perlu mengk atirkan posisinya, karena suatu hari nanti Harvey pasti akan
menikahinya secara te
Chandra berlari secepat kilat sambil menggendong Harvest menuju ke ruang pasien. Saat ini, demam
Selena masih belum mereda, situasinya menjadi sangat rumit dan membingungkan.
“Ayah, peluk… “Harvest mengulurkan tangan kecilnya ke arah Harvey
Harvey menggendongnya dan menunjuk ke arah wanita di tempat tidur yang pipinya memerah sambil
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmberkata, “Lihat, siapa dia?”
Dengan mata berbinat, Harvest berkata, “Ibu… mau… Ibu.”
Harvey dengan lembut menempatkannya di sisi Selena dan berkata, “Peluklah dia.”
Anak ini sangat pintar. Tanpa perlu diarahkan, dia memutar bokong kecilnya, kemudian masuk
ke dalam pelukan Selena.
Dia terus membenamkan kepalanya di lengan Selena.
Harvey pun mengulurkan tangan, lalu dengan lembut membelai jejak air mata di sudut mata
Selena sambil berbisik di telinganya, “Jangan menangis, anak kita sudah kembali.”
Selena telah mengalami mimpi buruk selama lebih dari setahun. Dalam mimpinya, selalu ada seorang
anak yang menangis. Anak itu dengan lantang bertanya, mengapa Selena tidak
menginginkan dirinya. Namun, dia belum pernah melihat wajah anak itu.
Kali ini mimpinya berlangsung dengan tenang, tidak ada anak kecil, hanya ada laut yang dalam di
mana dia tidak bisa melihat cahaya. Dia berjalan menuju laut selangkah demi selangkah.
Suasana hatinya tenang.
Nak, kamu sudah menunggu cukup lama, Ibu akan datang menemanimu.
“Ibu… “Tiba–tiba terdengar suara lembut anak kecil dari belakang.