- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 701
Saking nyerinya, Selena tidak sanggup berbicara lagi. Padahal, Ellia ingin duduk sambil menyaksikan
adegan itu, tetapi tidak disangka ibu dan anak ini malah menyerangnya terlebih dahulu.
Tampaknya mereka ingin menggunakan kesempatan ini dan mencari alasan agar Leo mengusir Selena
dan lainnya keluar.
“Naufan, kamu suka sekali mengatakan kata-kata itu. Apa kamu mau kata-kata itu diukir di batu
nisanmu saat kamu mati nanti?”
Naufan memandang Ellia dengan tatapan tidak senang dan berkata, “Tutup mulutmu. Ini bukan
urusanmu.”
Ellia berdiri di depan Selena, lalu membentak Naufan dengan marah, “Sialan! Beraninya kamu
menyuruhku diam!”
Naufan terkejut, begitu juga dengan Jesika. Semua orang yang hadir pun tak kalah terkejutnya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Leo berdeham beberapa kali dan memperlihatkan wajah tidak nyaman, “Menantuku, perhatikan sikapmu. Ibu
menantumu sangat pelit. Hati-hati dia akan balas dendam kepadamu malam ini.”
Perlu diketahui, sebelumnya Ellia juga pernah memarahi Jesika. Bagaimanapun juga, dia seorang nona muda
yang terbiasa dimanjakan, jadi dia tidak akan menggunakan kata-kata kotor saat mengumpat.
Setelah dua puluh tahun lebih, kini nyalinya makin besar! Dia bahkan berani mengeluarkan kata-kata
kasar.
“Naufan, aku penasaran apa guna matamu itu? Sekalipun kamu nggak punya mata, kamu pasti punya otak,
‘kan? Padahal menantuku duduk baik-baik di sini dan nggak mengganggu siapa pun, tapi dia sendiri malah
datang dan memprovokasinya. Apalagi, nggak ada seorang pun yang tahu apa yang mereka bicarakan. Hanya
karena ucapan sepihaknya, kamu memercayainya. Menantuku nggak gila
ataupun bodoh, mengapa kamu memfitnahnya seperti ini?”
Ucapan Ellia sontak membuat wajah Naufan kusut.
Naufan mengerutkan keningnya. Inikah wanita pujaannya? Sikap wanita ini makin parah dari sebelumnya!
“Memangnya William bisa mengatakan apa? Dia hanya khawatir kepada Selena. Ellia, aku tahu kamu
membenciku, tapi sekalipun kami kembali, nggak ada seorang pun yang akan merebut posisimu. Putramu akan
tetap menjadi tuan muda, jadi kalian nggak perlu membenci Jesika dan putraku.”
1/2
15 BONUS
Selena memegang ulu hatinya yang bertambah nyeri, wajahnya tampak pucat, lalu dia berdiri sambil menggigit
bibirnya, “Putramu? jadi, Harvey bukan putramu?”
Pertanyaan itu membuat Naufan terdiam. Dia baru menyadari ucapannya tidak tepat.
Di dalam hatinya, dia tidak pernah menganggap Ellia sebagai istrinya. Dia bahkan membenci
keberadaan Harvey.
Dia merasa Harvey bagaikan aib bagi istri tercintanya, yang membuatnya makin merasa bersalah
kepada Jesika.
Meskipun dia tidak mengakuinya, hubungan darah ayah dan anak itu tidak akan berubah.
Leo juga tidak tinggal diam. Dia mencoba bangkit dari kursi roda, tetapi pelayan rumah memaksanya
untuk duduk kembali, “Pak, hati-hati.” .
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Leo mengambil napas dalam-dalam, lalu berseru, “Diam semuanya!”
Sekalipun Jesika dan putranya memiliki niat jahat, hari ini adalah ulang tahunnya. Apalagi, setelah istrinya
meninggal dia telah kehilangan kerabatnya.
Dia sudah tua. Daya ingatnya juga tidak sehebat dulu lagi. Seiring berjalannya waktu, sisa hidupnya juga
makin berkurang.
Dia telah menghabiskan setengah hidupnya untuk berselisih dengan putranya. Kini, dia hanya berharap
bisa berhenti sejenak.
Anggap semua ini hanyalah permainan belaka. Tidak perlu membuat keributan dan rayakan pesta ulang
tahun ini dengan sederhana.
Tidak disangka, ibu dan anak ini malah berulah dan merusak pesta ulang tahunnya seperti ini.
William menangkap maksud Leo yang ingin menenangkan situasi, tetapi dia tidak mau. Dia langsung
berlutut dan berkata, “Kakek, ini semua salahku, jadi jangan salahkan Ibu. Meski kamu ingin memukul
atau menghukumku, aku akan menerimanya. Ibuku hanya terlalu mengkhawatirkanku.”
Makin dia terlihat lemah, itu akan membuat Selena dan Ellia makin terlihat kuat. Akhirnya, Selena bisa
memahami kehidupan seperti apa yang pernah dijalani Ellia sebelumnya.