- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 797 Anak laki-laki yang merasakan ketakutan si gadis kecil pun segera mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk gadis itu seraya berucap, “Adik, jangan takut.” Tangannya menutupi telinga gadis kecil itu sambil mencoba sebisa mungkin untuk menenangkan emosi si gadis kecil yang ketakutan itu, karena pada dasarnya gadis kecil itu tidak memiliki keberanian seperti dirinya.
Selama terpikirkan bahwa ayahnya mungkin akan mati seperti kucing yang ada di depannya, air matanya mengalir begitu saja.
Si gadis kecil itu takut, benar-benar ketakutan.
Di dunia ini hanya ada Ayah dan Kakak saja. Jika Ayah tiada, lalu mereka harus bagaimana? Angin laut menari-nari dengan bebas di permukaan laut, suara ombak menghantam karang seolah-olah terdengar di telinga.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtEntah apa alasannya, sejak kecil kedua bersaudara itu tidak menyukai laut, mereka memiliki ketakutan naluriah terhadap laut.
Ketika mendengar makin banyak orang berlari mendekat, gadis kecil itu menggigit bibirnya dengan keras, tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun.
Tidak jauh dari sini terdapat sebuah kapal kargo besar yang berlabuh. Saat suara tembakan bercampur suara ombak datang, pria yang tadinya berbaring di bapgh pun langsung berdiri dan cepat-cepat menuju pagar untuk melihat keadaan sekitar.
Selena juga mendengar suara itu. Meskipun dia merasa suara itu tidak terlalu dekat dengan mereka, dia merasakan sedikit ketegangan di dalam hatinya.
“Ada apa?” dengan serius menjawab dengan dingin, “Tenang, nggak ada hubungannya dengan kita, mngkin ada sesuatu yang terjadi di tepi pantai. Pulau kecil ini nggak termasuk dalam wilayah negara mana pun, kadang-kadang terjadi kekacauan. Selama kita nggak turun kapal, kita aman.” Meskipun menjelaskan demikian, Selena tidak merasa hal ini hanya sesederhana itu.
Perbaikan kapal yang mendadak dan penundaan waktu keberangkatan adalah pertanda buruk.
Tempat ini sangat berantakan, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika tetap lebih lama di sini.
“Kamu tanya bagaimana masalah kapal? Paling cepat kita bisa berangkat kapan?” +15 BONUS Baiklah, Nona, kamu kembalilah ke kamar dulu, jangan keluar. Kalau ada kejadian yang nggak terduga, aku akan langsung membawamu pergi.” Pada saat terakhir, tiba-tiba dia teringat sesuatu dan berbalik untuk melihat Selena, “Selamanya kamu bisa percaya padaku.” Usai berbicara, dengan cepat meninggalkan pandangan Selena.
Selena kembali ke kamarnya untuk melindungi dirinya sendiri.
Tidak lama kemudian, pun kembali, “Tenang saja, Nona. Aku sudah menyelidiki dengan jelas. Baru- baru ini terjadi penembakan yang kacau di pantai, suara tembakan berasal dari sana. Tapi pelaku sudah melarikan diri, mereka bukan mau menyerang kita.” Selena pun merasa lega Syukurlah.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Aku sudah berbicara dengan kapten kapal, mereka akan segera kembali. Ada juga beberapa awak kapal yang kekar dan sehat, kamu nggak akan dalam bahaya.” Selena mengusap pelipisnya, “Aku terlalu banyak berpikir, kamu istirahatlah dulu, hari juga sudah larut.” “Baik.” Malam makin larut, Selena menunggu di atas tempat tidur dan tidak mendengar suara apa pun setelah beberapa saat, kemudian dia menutup matanya untuk beristirahat.
Dua titik kecil yang bersembunyi di bawah tebing gunung, angin laut memukul wajah mereka, gadis kecil menangis sambil berkata, “Kakak... Kakiku, sakit...
Ternyata mereka terlalu lama berjongkok hingga menyebabkan kedua kaki mereka kesemutan.
Namun, anak sekecil ini tidak mengerti begitu banyak hal, dia hanya merasa kakinya sangat sakit dan tidak berani bergerak sembarangan.
Mereka menunggu lama sekali, tetapi pria itu tak kunjung kembali.
Anak laki-laki itu memberikan isyarat diam kepadanya, kemudian segera berdiri untuk melihat keadaan.
Tidak disangka pada saat ini, kakinya yang kaku tidak bisa berdiri tegak, tubuhnya mendidik tergelincir ke arah pantal.
“Hiks, Kakak!"”