- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 835 Sepanjang pagi tidak kembali. Luna sering menanyakannya, namun Selena selalu mencari alasan untuk mengecohnya.
Setelah pergi semalaman pun, Sandy selalu menutup-nutupi saat Selena bertanya.
Selena menjadi agak khawatir. Sekuat apa pun efek obatnya, tidak mungkin memerlukan waktu satu atau dua hari untuk kembali pulih, bukan?! Keesokan paginya, Selena langsung menghadang Sandy saat hendak pergi.
“Sandy, sebenarnya kenapa?” Sikapnya jelas menunjukkan bahwa Selena tidak akan membiarkannya pergi tanpa penjelasan yang jelas.
Sandy menghela napas dan menjawab, “Kak sakit.” “Sakit?” kata Selena yang tidak pernah mengira Harvey akan sakit, padahal biasanya kesehatannya cukup bagus.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Aku nggak menyembunyikannya darimu lagi deh. Efek obat malam itu terlalu kuat, dia takut hal itu akan berdampak pada kalian, jadi dia pindah kamar dan berendam di air es sepanjang malam. Kamu tahu kan perbedaan suhu yang besar antara pagi dan sore hari? Mandi dengan air dingin saja sudah cukup dingin, tapi dia masih menambahkan es, dan ...
Selena kaget, “Dia tidak mencari wanita untuk meredakannya?” batinnya.
“Dan apa?” “Dokter sudah memberitahu bahwa solusi terbaik adalah dengan mencari seorang wanita, tapi dia enggan dan memaksa dokter untuk memberinya dosis obat penenang yang berlebihan, ditambah lagi dengan kondisi yang kedinginan sepanjang malam, siapa yang bisa menahannya, toh tubuhnya juga bukan terbuat dari baja?” Usai mendengarnya, perasaan Selena menjadi campur aduk.
1/3 “Dia, apa sekarang dla baik-baik saja?” “Sejujurnya, nggak. Kemarin malam dia demam sepanjang malam. Kak khawatir kalau kalian akan mencemaskannya dan akan tertular, jadi dia menyuruhku mengirimkan makanan untuk kalian.” “Apa aku boleh menemuinya?” tanya Selena dengan pelan seraya menggigit bibirnya.
“Mending jangan. Kak sudah sering mengingatkan supaya Nona nggak keluar, kurang lebih tinggal sepuluh hari lagi. Penyakitnya nggak terlalu serius kok.” “Baiklah, terima kasih.” “Jangan berkata begitu. Kak sudah menyelamatkan nyawaku, dia sengaja memintaku untuk menjaga kalian baik-baik. Ini sudah kewajibanku, Kalau begitu, aku pamit dulu.” Setelah pintu tertutup, Selena menjadi sedikit muram.
Sulit untuk diungkapkan perasaan seperti apa ini. Yang jelas, ini adalah masalah Gio, dia dan bukanlah sepasang kekasih, mana mungkin dia bisa membantunya? Malam itu, menolaknya adalah hal yang wajar, sementara dia yang enggan mencari wanita untuk meredakannya adalah pilihannya sendiri.
Keduanya tentu tidak saling berhutang.
Akan tetapi, mengingat betapa menjaganya dan anaknya dengan baik selama beberapa hari ini, serta dia yang berendam semalaman di dalam air es, Selena menjadi sedikit kepikiran.
Setidaknya dia ingin tahu bagaimana keadaan sekarang.
Sepanjang pagi Selena terlihat lesu. Dia yang biasanya bisa membaca buku sepanjang pagi, kini selama setengah jam saja belum selesai membaca selembar. “Ibu,” Luna menatapnya dengan cemas, “Paman di mana?” tanyanya.
Sambil mengelus kepala anaknya, Selena menjawab, “Nggak lama lagi Paman 2/3 +16 BONUS pulang.” Dia mulai menyadari ada yang tidak beres dengan perkembangan situasinya.
Kalau menyukainya, hubungan sederhana antara majikan dan pelayan tidak mungkin bisa dipertahankan.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmBegitu keadaan Kota Arama menjadi stabil, dia harus mengucapkan selamat tinggal pada Gio.
Tetapi anaknya bergantung pada orang itu lebih dari yang dibayangkan, dia pasti akan sangat sedih ketika benar-benar harus berpisah.
nanti “Aku kangen Paman.” “Paman masih ada sedikit urusan yang harus diurus, kamu menggambar yang baik, ya? Nanti kalau Paman pulang, kita tunjukkan gambarnya.” “Hmm,” jawab Luna mengangguk patuh.
Biasanya, Selena juga akan membimbingnya dalam menggambar, tetapi hari ini dia enggan.
Dia memikirkan kapan akan kembali.
Sesudah selesai menggambar, Luna memberikan gambar itu pada Selena. Dia menggambar matahari, awan, dan burung kecil, sementara di atas halaman rumput hijau, ada seorang pria dan wanita yang sedang menggandeng seorang anak perempuan dan laki-laki.
Ini jelas sekali bahwa wanita itu adalah dirinya, sedangkan pria itu adalah Gio. Dalam gambar tersebut, ini jelas menggambarkan sebagai sosok ayah.