- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 841 Harvey masih agak batuk. Dia mengantar Selena sampai ke pintu dan memberi tahu beberapa instruksi sebelum pergi.
Kondisi tubuh Selena lebih lemah dari orang biasa, sementara penyakitnya belum sembuh sehingga dia akan mudah menularkan virus kepada Luna dan Selena di lingkungan yang tidak berventilasi.
Harvey berencana kembali setelah tubuhnya benar-benar sembuh demi keamanan mereka berdua.
Selain itu, Selena menerimanya dengan terpaksa, jadi pada saat ini, sebaiknya dia menjauh dari Selena agar tidak membebaninya.
Setelah itu, dia memberikan pisau kepada Selena dan memintanya untuk tidak keluar kamar sembarangan demi keamanannya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSelena kembali ke kamarnya. Dia melihat Sandy dan Luna sedang bermain dengan gembira.
Luna menempelkan banyak stiker bintang dan bulan di wajah Sandy, memakaikan kalung di lehernya, anting di telinganya, dan bahkan menempelkan kuku palsu di sepuluh jarinya.
Sandy menggenggam tongkat sihir dan bertransformasi. “Abrakadabra... ” Sebelum Sandy selesai berputar, dia melihat Selena berdiri di dekat pintu yang sedang tersenyum kaku. “Ahem, cepat banget Nona kembali.” Selena juga tidak tahu dari mana mendapatkan mainan ini. Entah kenapa dia merasa Sandy terlihat lebih senang daripada Luna? “Ya, aku nggak merepotkanmu, ‘kan?” “Tidak, tidak, Luna/sangat baik. Sekarang sudah larut malam, saya akan pergi sekarang.” “sayang, bilang sampai jumpa ke Paman Sandy.” Luna melambaikan tangan. “Sampai jumpa.” Seolah teringat sesuatu, Luna mendekat beberapa langkah dan menangkap tangan Sandy.
“Mana Paman Gio?” Selena menjelaskan, “Dia akan kembali setelah sembuh. Paman Sandy juga harus pulang untuk istirahat.” “Oh.” Mata anak kecil itu terlihat agak kecewa. Tadinya dia berpikir Kalau Paman juga akan kembali bersama ibunya.
Luna tidak tahu apa yang terjadi antara ibunya dan Paman Gio, kenapa Paman tidak pulang selama beberapa hari ini, dan malah digantikan oleh Paman Sandy. Apa dia tidak akan pernah bertemu dengan Paman lagi? Pikiran itu muncul di benaknya seperti biji yang tumbuh menjadi pohon yang besar seiring dengan berjalannya waktu.
Setelah dua hari berlalu, Harvey masih belum kembali.
Selena merasa kalau suasana hati Luna dalam beberapa hari ini terlihat sangat murung. Entah itu karena dia terlalu lama tinggal di kapal.
“Sayang, kita akan tiba di pantai dalam beberapa hari, jadi tahan bentar lagi, ya?” Luna menganggukkan kepalanya karena tidak ingin membuat Selena khawatir.
Akhirnya pada malam ini, Luna menemukan kesempatan. Setelah Sandy mengantarkan kue dan buah kepada mereka, Selena menutup pintu.
Selama beberapa hari ini, Selena telah melakukan beberapa olahraga aerobik, sementara Luna tidur siang seperti biasa.
Luna tidur di ruang terpisah di luar agar Selena tidak mengganggu tidur putrinya, sementara dia berlatih yoga di dalam dengan musik, Saat Selena masuk ke kamar utama, Lena yang berada di atas tempat tidur tiba-tiba membuka matanya.
Luna berpikir dengan sangat sederhana. Selama dia pergi dengan Paman Sandy, dia akan bertemu dengan Paman Gio, ‘kan? Dia membawa kursi kecil dengan hati-hati dan naik ke atasnya untuk membuka pintu, lalu dia menarik pintu itu dengan hati-hati.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmHampir tidak ada suara yang terdengar selama dia melakukan itu.
Saat dia masuk ke lorong, dia tidak menemukan sosok Sandy.
Dia berpikir biasanya Paman Sandy selalu jalan ke arah kiri. Selama dia berlari dengan cepat, seharusnya dia bisa mengejar Paman Sandy.
Luna berlari lebih cepat dengan pikiran seperti itu.
Selena sudah selesai berolahraga. Setelah kerja kerasnya selama ini, dia bisa melihat perut bagian bawahnya sudah punya garis pinggang.
Setelah energinya pulih, dia akan meningkatkan intensitas olahraganya sedikit demi sedikit.
Dia mengelap keringatnya, mandi, dan bersiap-siap membangunkan Luna untuk makan buah.
Saat melihat ranjang Luna kosong, dia belum menyadari masalahnya.
“Sayang, kamu di kamar mandi?” Selena berjalan ke kamar mandi kecil di sebelah, tetapi Luna tidak ada di dalamnya.
Saat melihat kursi di samping pintu, sebuah pemikiran melintas di benaknya.