- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 110
Alfa memanggil Paman Michael untuk mengawasi Oliver dan Olivia, dan dia mengikuti
kakeknya naik ke ruang baca di lantai dua.
“Kakek....”
“Kakek apanya?” Kakek berkata dengan kesal : “Olivia bisa bersuara dan mulai berbicara,
hal sepenting ini kenapa tidak kamu beritahukan kepada kakek?”
Bagaimanapun Alfa adalah cucu kedua dari kakeknya.
Tapi, sejak Oliver dan Olivia hadir, posisinya di hati kakeknya sudah berpindah ke negeri
impian.
“Saya...saya lupa.”
“Lupa? Hal sepenting ini bisa kamu lupakan? Apa kamu bisa memfungsikan sedikit otak
udangmu itu?”
Kalau bukan karena Kakek tidak membawa tongkatnya, pantat Alfa pasti sudah dipukuli
sejak tadi…
Alfa mengaruk–garuk kepalanya, dadanya sesak seperti akan mati.
Otak udang?
Dia belum pernah bertemu dengan orang bodoh dengan wajah tampan sepertinya!
“Bagaimana Olivia bisa sembuh? Dokter spesialis mana yang kalian temukan?”
“Bukan, sejak bertemu dengan Samara, dia perlahan–lahan mulai membaik...”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Wajah Kakek tercengang : “Samara? Itu...gadis yang membuat Oliver panik dan mendesak
untuk pulang?”
“Iya.”
Tadi dia mengira hanya Oliver yang menyukai Samara.
“Ternyata, selain Oliver, bahkan Olivia pun begitu menyukainya.
Kalau begitu, Samara ini....memang merupakan calon menantu cicitnya yang terbaik.
“Samara itu orangnya seperti apa?”
Alfa berpikir sejenak: “Saya rasa tidak buruk, bahkan kakakku yang pemilih itu juga merasa
dia tidak buruk
Yang paling penting, kali ini dia terluka karena melindungi Olivia...”
Kakek menyapu jenkkotnya dengan Put wajah pues, orangnya baik, dan bisa melindungi
Olivia sangat bagus
“Lalu bagaimana dengan penampilannya?”
*Sangat biasa, bahkan bisa dibilang jelek– Alfa melontarkan kalimatnya begitu saja, tapi
saat dia teringat pada pendapat dua bocah dan kakaknya itu, dia segera mengubah
perkataannya : *Namun, kakakku, serta Oliver dan Oliva merasa dia sangat cantik.
Mendengar itu, Kakek melirik Alfa dengan tatapan menghina.
“Dasar otak udang benar–benar tidak punya selera
Si otak udang termenung: ––Wah wah wah, bagaimana dia bisa tidak punya selera.
Setelah menanyakan hal itu, kesan baik Kakek terhadap Samara bertambah, sepertinya
tidak ada salahnya kalau dia segera menerapkan gadis kecil itu untuk dirunangkan menjadi
menantu cicitnya.
“Alfa, karena Oliver begitu menyukai Samara, sebaiknya kita menemui orang tuanya
Samara,
abahas bagaimana kalau kedua anak ini kita tunangkan terlebih dahulu..
Perkataan kakek yang keluar dari mulutnya dengan nada yang bangga berhasil membuat
Alfa terheran.
“Kakek kamu ingin Samara menjadi menantu cicitmu?”
–Ada masalah: Kakek meliriknya sekilas.
“Samara ini sudah berusia 25 tahun.” Alfa mengedipkan matanya : “Apa kakek vakin:
–Chuk uhuk uhuk..
Mendengar ucapan Alfa, Kakek langsung tersedak dan batuk–batuk, setelah itu dia menatap
Alfa dengan galak : Memang otak udangmu ini tidak ada gunanya! Hal sepenting itu kenapa
tidak kamu beritahu terlebih dulu:
“Kakek_kamu kan tidak bertanya..
“Masih membantah!”
Alfa memegangi kepalanya, dia menggerutu dalam hatinya, kenapa selalu dia yang
tersakiti?
Lantas apakah statusnya sebagai Tuan Muda kedua...begitu tidak berharga. Dia baru saja
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmdianiaya oleh mahkluk kecil penguasa keluarga Costan, sekarang yang tua juga
menganiayanya!
Dalam mimpinya.
“Hatchiu—-– Samara bersin
Suara bersin itu juga langsung membangunkannya dari alam mimpi
Diatas ranjang, hanya ada dirinya. Asta tidak berada di sampingnya
Samara membuka selimutnya dan pergi ke kamar mandi, namun saat dia tiba didepan
pintu, dia menyadari ada seseorang didalam kamar mandi dan sedang menelpon didalam.
“Javier.....”
Mendengar ada yang menyebut nama putranya, Samara menempelkan telinganya pada
daun pintu.
Asta sedang menelpon Javier ya?
Bagaimana pria ini bisa memiliki nomor teleponnya Javier, dan untuk apa dia
menelponnya?
Eh?
Kenapa tidak ada suaranya?
Samara semakin menempel pada pintu.
Tapi—-
Siapa sangka pada saat itu, pintunya terbuka.
Previous Chapter