- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 120
Siapa orang tua ini?
Samara mengerutkan kening dan menatap lelaki tua itu dengan bingung.
Sebelum Kakek datang menemui Samara, dia berpikir seorang wanita yang bisa
mempesona Asta hingga membuat Asta menjadikan rumah sakit ini rumahnya pastilah
seorang wanita yang cantik
Namun.....
Dan saat Kakek melihat wajah Samara yang dipenuhi dengan bintik–bintik, Kakek
tersentak.
“Kamu... kamu Samara?” Kakek bergumam, apakah dia salah orang.
“Iya, benar.” Samara berbalik menjawab: “Orang tua, lalu kamu siapa?”
Kakek akhirnya mengerti kenapa saat diruang baca, Alfa mengatakan kalau Samara jelek.
Dia mengira pada saat itu Alfa tidak tahu membedakan cantik dan jelek, lalu berkata asal–
asalan!
Sekarang setelah dia melihat orangnya langsung, kakek akhirnya menyadari kalau dia
salah memarahinya.
Kakek tidak mengerti apa yang membuat cucu sulungnya itu begitu terjerat pada Samara,
namun dia tetap menunjukkan ekspresi yang tenang : “Saya adalah kakeknya Asta, Borris
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtCostan.”
“Tuan Besar...Costan? Ada apa Anda mencariku?”
“Nona Samara, saya datang kemari untuk berterima kasih padamu karena sudah
menyelamatkan cicitku.” Borris mengeluarkan selembar kartu hitam dari sakunya dan
melemparkannya ke ranjang : “Didalam kartu ini ada 20 miliar, anggaplah sebagai tanda
terimakasih dari keluarga Costan.”
Samara berpikir, biasanya tidak akan mudah mendapatkan uang dari orang kaya.
Dan seperti yang dia perkirakan—––
Kakek berkata dengan nada merendahkan : “Sekarang saya sudah mewakili cucu
sulungku untuk berueruna kasih kepadamu, saya berharap Nona Samara akan
memikirkannya, jangan karena merasa kamu sudah menyelamatkan Olivia, jadi kamu
berbeda dari wanita lain…”
Borris nerana kalau Samara pasti merasa senang setelah menerima uang ini
US
Namun, Samara malah mendengus dan wajahnya terlihat penuh penghinaan.
“Orang tua, saya tidak mau uang ini.”
“Sudah tahu siapa saya masih memanggilku orang tua?” Borris mengernyitkan keningnya
dengan
erat : “Kamu tidak mau dua puluh miliar? Aduh anak ini, kamu ini sedang tawar menawar
denganku, atau ambisius ingin menjadi cucu menantuku?”
Samara tidak bisa menahan tawanya.
“Saya tidak tertarik menjadi cucu menantumu.” Samara mengangkat kepalanya dan
berkata : “Cucu sulungmu itu yang bersikeras mengangguku!
Saya juga sedang memusingkan hal ini, kalau Anda sebagai kakeknya bisa membujuknya
untuk tidak datang mengangguku lagi, saya juga akan sangat berterima kasih.”
“Cucu sulungku....bagaimana mungkin!”
“Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya langsung padanya, untuk apa bertanya
padaku.” Samara menghela nafas panjanga : “Lalu, saya menyelamatkan Olivia karena
ketulusan dalam hati saya.
Saya tidak memerlukan uang tanda terimakasih dari Keluarga Costan, tidak peduli
keadaan berbahaya seperti apa, asalkan Olivia membutuhkanku, saya pasti akan
menyelamatkannya.”
Mungkin karena dia pernah merasakan sakitnya kehilangan seorang putri....
Mungkin karena dia dan Olivia memang cocok tanpa memerlukan alasan...
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmn
...
Asalkan dia bisa melindungi Olivia, walaupun harus menukarkan nyawanya dengan nyawa
Olivia, dia pasti bersedia.
Borris sudah banyak bertemu dengan orang–orang selama hidupnya, namun tatapan mata
Samara yang begitu tulus membuatnya tersentuh.
Borris memang tersentuh dengan kasih sayang Samara terhadap Olivia, tetapi dia tetap
tidak setuju kalau Samara menjadi kandidat cucu menantunya.
Pada saat itu, “Tok tok tok—–––”
Suara pintu diketuk terdengar dari luar.
Setelah dua ketukan, tiga orang pria membuka pintu dan berjalan masuk.
Tiga orang itu adalah Timothy, Peter dan Jacob yang mengenakan seragam militernya.
Kamar pasien yang tadinya luas, menjadi sempit setelah kedatangan tiga pria tinggi besar
ini.
Timothy yang baru membuka mulut untuk menyapa “Bos—-–” terkejut setelah tatapan
matanya bertemu dengan tatapan mata Borris.
“ B.....” belum sempat mengeluarkan kata–katanya, Timothy segera merubah
panggilannya : “Bapak.”
Borris menatap tiga orang pria yang masuk ini dengan alis yang mengerut erat.
Cucunya belum lama dipancing pergi olehnya, dan sekarang sudah ada pemuda tampan
yang datang menjenguk Samara, dan tidak hanya satu melainkan tiga?