- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 174
Keluarga Hill sudah menjadi dokter keluarga untuk keluarga Costan selama beberapa
generasi.
Dokter Patricia adalah cucu kandung dari Dokter Patrick, dia juga merupakan dokter paling
terampil dan handal di Keluarga Hill saat ini.
Dokter Patrick sangat menyukai Patricia dan sudah membawanya disisinya sejak kecil, dan
memperkenalkan ilmu kedokteran kepadanya.
Sejak dia berusia enam tujuh belas tahun, dia sudah ditunjuk untuk dokter khususnya
Asta.
Awalnya Patricia mengira kalau kepala keluarga Keluarga Costan adalah seorang lelaki
tua, tapi tidak disangka saat bertemu dengan Asta untuk pertama kalinya dia sudah
menyukai pria yang dingin itu.
Makanya...
Saat Dokter Patricia melihat Asta memeluk seorang wanita dengan erat, raut wajahnya
sangat jelek.
Samara mendorong dada Asta, tapi malah dipeluk lebih erat olehnya.
“Siapa yang tidak mau lepas?” Samara menghela nafas dengan pasrah, “Lihat saja
sendiri..siapa yang tidak mau lepas?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDokter Patricia tentu bisa melihat dengan jelas, hanya saja dia tidak mau mengakui kalau
Asta lah yang tidak mau melepas pelukannya terhadap wanita jelek itu.
“Asta pasti sakit berat dan menjadi linglung...” Patricia berkata sambil mengigit bibirnya,
“atau kamu menjeratnya, kalau tidak dia tidak mungkin berinisiatif memelukmu dengan
erat!”
Samara mengangkat kepalanya dan melirik Patricia, sudut bibirnya terangkat dan
menunjukkan senyuman sinis.
“Kamu datang untuk memeriksa Asta, atau khawatir dia akan menempel padaku?”
Samara tidak peduli pada perasaan Patricia terhadap Asta, tapi dia bukan seseorang yang
bisa dianiaya oleh siapa saja.
“Saya....”
Patricia yang suara hatinya dibeberkan merasa malu dan wajahnya memerah.
Samara terlalu malas untuk berbicara dengan wanita ini, dia hanya peduli dengan
kesehatan Asta sekarang.
“Beri dia seperlima dosis dari obat penenang, kalau tidak dia tidak akan melepaskannya
dengan mudah.”
Dokter Patricia juga ingin Asta segera menyingkir dari jeratan wanita jelek ini, jadi dia
menyuntik Asta dengan sedikit obat penenang.
Tidak lama setelah itu.
Pelukan Asta yang erat mulai berangsur–angsur melunak.
Dan tanpa pengekangan darinya, Samara melepaskan diri dari pelukannya dan keluar dari
kamar.
Meskipun dia tidak berada di kamar,tapi hatinya masih mengkhawatirkan kesehatannya.
Mata coklatnya berkedip, dan tangannya mengepal dengan erat.
Dia merasa khawatir pada Asta, juga karena hutang budinya pada Asta.
Dan saat Dokter Patricia selesai memeriksa Asta, Wilson dan Samara menghampiri dan
bertanya tentang keadaannya.
“Nona Patricia, tuan kami....”
“Gizi buruk, dehidrasi, kelelahan fisik yang parah, dan radang paru–paru yang disebabkan
oleh demam tinggi.” Dokter Patricia berkata dengan sungguh–sungguh, “Asta seharusnya
merasa sangat tidak nyaman selama berhari–hari, kenapa dia bisa bertahan dan baru
mencari dokter sekarang?”
“Dia….”
Wilson ingin menjawab tapi dia melirik Samara dan tidak mengatakan apa apa.
Dokter Patricia juga tidak berbasa basi, dan berkata : “Wilson, saya akan berada di sisi
Asta untuk menjaganya, kalau terjadi sesuatu saya akan memberitahumu.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“baik.” Wilson mengangguk, “Dokter Patricia, terima kasih.”
“Wilson, tidak perlu sesungkan itu padaku, menjaga Asta dengan baik adalah tugasku dan
Keluarga Hill.”
Perkataan ini...
Lebih terdengar seperti Nyonya keluarga Costan dibandingkan dengan dokter pribadi
Asta.
Dokter Patricia melirik Samara dan berkata : “Asta membutuhkan istirahat yang cukup,
orang lain sebaiknya tidak mengganggu.”
Samara cemberut, dia berbalik dan langsung menuruni anak tangga.
Wilson merasa kulit kepalanya mati rasa, dan segera mengejarnya : “Nona Samara, saya
berharap kamu tidak memasukkan perkataan Dokter Patricia kedalam hati.”
“Saya tahu.” Samara mengangguk dan berkata dengan tenang, “Tapi apa yang dia
katakan benar, saya menetap pun tidak bisa membantu apa–apa, dan lagipula saya bukan
siapa–siapanya Asta.”
Wilson menatap punggung Samara yang berlalu, dan tanpa sadar tertegun.
Tuan sedang tidak sadarkan diri, tapi dia sangat yakin kalau orang pertama yang ingin
dilihat oleh Tuannya setelah sadar adalah....Samara, dan bukan Dokter Patricia
Dibawah pengawasan Dokter Patricia, kesehatan Asta mulai membaik.
Dan saat Asta membuka matanya, tatapannya langsung mencari sosok Samara.
“Asta, kamu sudah bangun?” saat melihat Asta tersadar, Dokter Patricia
langsung menghampirinya dengan wajah tersenyum.