- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 232
Samara sangat terkejut, tidak menduga Asta bisa menebak dengan begitu tepat masalah
yang sedang dia hadapi.
Dia menunduk dan berpikir sejenak, lalu berkata: “Besok saya akan pergi ke Kota Lira,
mungkin ada 10 hari saya tidak berada di Kota Metro. Tidak ada yang menjaga Xavier, jadi
saya bermaksud menitipnya di sini.”
Kekuatan Keluarga Saputro berada di Kota Lira.
Dia sendiri juga tidak jelas kapan baru bisa pulang dan apakah bisa pulang dengan selamat,
dia mengatakan batas waktu 10 hari agar Asta tidak curiga.
Asta menghentikan gerakan mempermainkan tangannya, dengan serius menatapnya:
“Selain itu masih ada yang lain?”
“Tidak ada lagi.”
“Saya ada.”
“Ngg?”
Samara menatapnya dengan perasaan tidak mengerti.
Telapak tangan Asta tetap menggenggam erat tangan kecilnya, sekali lagi mendorongnya
sampai jatuh ke sofa, bayangan tubuhnya yang panjang menekan kuat kepadanya. Dalam
mata lelaki itu terlihat perasaannya yang campur aduk bahkan suaranya berubah menjadi
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
parau: “Jangan menggoda lelaki lain, jangan lupa memikirkan saya, saya biarkan dirimu
terlibat dengan masalah yang berbahaya.....”
Hatinya tercekat, dengan nafas tidak teratur Samara mengangkat wajah kecilnya dan
menatap Asta dengan curiga.
Ada waktu sedetik tadi yang menyebabkan dia merasa Asta dapat membaca pikirannya.
Bibirnya bergetar tetapi akhirnya tidak sepatah katapun yang keluar.
Mata Asta berubah menjadi semakin gelap, dia melancarkan tenggorokannya yang tegang
lalu dengan jari tangannya yang kasar menghapus bibir lembut Samara.
Wanita ini, masih saja enggan mengatakannya!
Sampai sekarang dia masih enggan untuk percaya kepadanya!
Tiba tiba saja, timbul keinginan Asta untuk menghukum dia yang begitu tega.
Asta menyesap dengan ketat bibirnya yang dingin, pandangan matanya yang dingin
bagaikan es menyapunya dengan garang hingga Samara gemetar dan menciut, Samara
baru saja berniat melarikan diri dari belenggu Asta tetapi bibirnya telah digigit Asta dengan
hasrat yang menggebu gebu.
Digigit.
Diisap pelan pelan.
Asta telah menggunakan cara penaklukan yang paling primitif, menindas dengan ganas
mulut kecilnya yang tidak pernah mau mengatakan rahasia hati.
Hatinya berdebar, berdebar dengan kencang seperti hendak meledak.
Samara tidak menyangka lelaki yang dingin seperti Asta, waktu hasratnya bangkit tidak ada
bedanya dengan binatang liar, sebelumnya dia telah membelitnya dengan ciuman ringan
selama lebih dari setengah jam, sekarang masih bisa memeluknya dan tidak henti hentinya
mencium bibirnya yang telah bengkak dan merah.
Yang paling buruk adalah.......
Dia menyadari dirinya sama sekali tidak menolak ciumannya, hatinya telah goyah oleh
perasaan cinta.
Sampai akhirnya dia juga tidak tahu apakah dia tidak bisa menolak, Atau....tidak ingin
menolak.
Segalanya telah menjadi kacau!
Keesokan harinya, pagi pagi.
Waktu Samara bangun tidur, perasaan pertamanya adalah mulut dan bibirnya bengkak dan
sakit.
Asta terhitung pria sejati, tidak menyentuhnya dalam situasi yang tidak diizinkan olehnya.
Tetapi yang mengenaskan adalah bibirnya telah berubah bentuk karena dicium oleh lelaki
tersebut.
Samara baru menggerakkan badannya, tiba tiba telah diraih oleh lengan panjang Asta ke
dalam pelukannya.
“Asta Costan.....”
“Jangan bergerak, biarkan saya memeluk sebentar lagi.” Suara Asta terdengar serak,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmdengan suara rendah mernperingatinya, “Kamu belajar tentang pengobatan pasti sangat
jelas, hasrat lelaki biasanya sangat tinggi waktu bangun tidur. Jika kamu masih
sembarangan bergerak, saya terpaksa mengingkari janji saya karena tidak tahan dan
langsung menginginkanmu.”
JOO
Hati Samara bergetar, lalu dengan suara pelan bertanya.
“Apakah kamu tidak usah pergi bekerja?”
“Dulu saya selalu memandang rendah para Raja yang tidak menghadiri rapat pagi karena
wanita cantik......” Asta menghirup bau rumput obat di tubuh Samara, dan menggigit ringan
daun telinganya, “Tetapi sekarang saya sudah bisa memahami........setelah bertemu
denganmu saya juga berpotensi jadi orang bodoh dan egois.”
Apakah ini adalah kata kata yang diucapkan oleh Kepala Keluarga Costan?
Wajah Samara memerah, dia cuma bisa pasrah seperti guling yang dipeluk dengan erat
oleh Asta.
Setelah selesai mandi.
Samara dan Asta bersama sama berjalan ke ruang makan untuk sarapan.
Asta sendiri yang mengambil semangkuk bubur untuk Samara, karena takut buburnya
terlalu panas dan melukai bibirnya yang sedang sakit karena ciumannya, dengan teliti dia
menghembus dulu sampai dingin baru mendorongnya ke depan Samara. Melihat ada sisa
bubur yang menempel di sudut mulutnya, Asta mengambilnya dengan tangan, dan
langsung dimasukkan ke dalam mulutnya.
Pak Michael yang melihat semua ini tentu saja mengerti apa yang telah terjadi, wanita ini
adalah calon pemilik rumah Keluarga Costan.