- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 234
Paras wanita di depannya biasa biasa saja tetapi pembawaannya sangat tenang dan tidak
mudah terprovokasi, seperti ada selapis aura yang sangat kuat menyelimuti, menyebabkan
orang tidak berani memandang ringan terhadapnya.
Kemudian, para penjaga keamanan meletakkan pentungan listrik.
Tidak lama kemudian.
Seorang pria berusia 50 tahunan memakai baju koko berwarna abu berjalan keluar, langkah
kakinya sangat tergesa gesa, begitu melihat Samara langsung bertanya: “Apakah kamu
adalah..... Tabib sakti Wijaya? Silahkan, Tuan rumah kami sudah lama menunggu Anda.”
“Iya.”
Bahkan dia bermarga Wijaya juga tahu?
Dalam hati Samara terkejut.
Benar saja seperti dugaannya, Daniel Saputro berhasil membobol Firewall yang dibangun
Javier dan sudah mengetahui identitas aslinya.
Daripada menunggu Daniel mencari sandera untuk memaksanya, lebih baik dia
menggunakan dirinya sendiri sebagai sandera, untuk mengurangi resiko Javier dan
Xavier terlibat kedalamya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Pria itu memperkenalkan diri bernama Pak Damar, dia adalah pengurus rumah tangga
Keluarga Saputro, dia berkata sambil menunjukkan jalan kepada Samara, memasuki
pekarangan rumah yang besar dan megah itu.
Bagian luar pekarangan terlihat agung, dan dekorasi di bagian dalam juga sama sama
megah dan menakjubkan, sembarangan pohon di dalam pekarangan itu merupakan barang
berharga yang bisa bernilai lebih dari 1 miliar, lukisan yang tergantung di dalam rumah
semuanya adalah karya seniman ternama tingkat internasional.
Samara yang berjalan diantaranya sampai termangu–mangu melihat semua hiasan megah
yang sengaja di pampang keluar.
Setelah berjalan cukup lama.
Sampai kakinya terasa pegal, barulah mereka sampai di rumah induk.
Sampai di ruang penyambutan tamu.
Pelayan telah menghidangkan teh dan cemilan yang diletakkan diatas meja, Pak
Damar membungkukkan badan dan berkata: “Saya akan memanggil Tuan Rumah kemari.”
Samara menganggukkan kepala sambil lanjut mengawasi sekelilingnya.
Dekorasi disini sangat mewah dan berkelas, dari sisi Feng shui seharusnya memberikan
kesan cerah dan terbuka, tetapi pekarangannya malah memberi kesan seperti sebuah
penjara yang aneh, suasana di dalamnya mernbuat orang tertekan dan merasa ngeri.
Dengan cepat
Terdengar suara langkah kaki berjalan mendekat.
Samara membayangkan Daniel yang didorong keluar dengan menggunakan kursi roda,
pikirannya masih berkutat tentang bagaimana mendapatkan Buah Darah Naga dari
tangannya dan bagaimana mengundurkan diri dengan aman.
Tetapi——
Waktu dia berpaling, menatap bayangan tubuh yang muncul di depannya, Samara baru
merasa terkejut.
Yang dilihatnya bukanlah pria paruh baya yang sakit sakitan dan badan membengkak,
tetapi dia melihat seorang wanita anggun berusia kira kira 27–28 tahunan.
Wanita itu memakai baju Qi pao ketat berwarna merah, yang mencetak postur tubuhnya
yang langsing, sebuah selendang bulu binatang berwarna putih melingkar di pundaknya.
Wajahnya yang selalu menunduk kelihatan polos dan minta dikasihani, seperti seekor rusa
yang terjebak, waktu melihatnya sepasang matanya menunjukkan rasa terkejut dan
gembira.
“Kamu adalah Tabib sakti Wijaya?” Desy Imran tertawa dengan anggun,” Apakah kamu tahu
saya telah lama mencarimu, sungguh sulit menemukanmu.”
Samara mengutuknya.
Apakah orang yang menghamburkan uang 1 triliun untuk mencarinya bukan Daniel
Saputro?
Yang mencari peretas hebat untuk membobol kode rahasia yang dipasang Javier juga bukan
Daniel Saputro?
Mengapa tiba tiba berubah….. menjadi wanita cantik di depannya ini?
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Kamu......”
“Apa kabar, saya bernama Desy Imran, kamu boleh langsung memanggil namaku saja.”
Desy langsung menjabat tangan Samara, tetapi begitu bersentuhan Samara hampir saja
menepis tangannya.
Tangan Desy sangat dingin, seperti sebongkah es.
“Tabib Wijaya, apakah rasa dingin di tanganku telah mempengaruhimu?” Desy berkata
sambil meminta maaf, “Saya telah memerintah Pak Damar untuk menyediakan teh panas
dan sup panas untuk menyambutmu, silahkan dimakan dulu, setelah itu kita baru
membahas tentang keadaan penyakit suami saya.”
Suami?
Rupanya wanita ini adalah istrinya Daniel Saputro?
Samara tidak mau terburu buru mengobati Daniel, malah sebaliknya dia ingin lebih
mengenal Keluarga Saputro, lebih mengenal setiap orang yang berada disini.
Sejak dia masuk ke pekarangan rumah ini, dia sudah merasakan adanya keanehan dimana
mana.
Samara dibawa masuk ke dalam sebuah ruang makan yang mewah, di meja disajikan
bermacam macam makanan ternama yang terkenal mahal.
Desy menjepit sepotong daging kepiting kepada Samara dan berkata sambil tertawa: “Tabib
Wijaya, saya tahu kamu tidak ingin orang mengetahui identitasmu, tetapi sudah beberapa
bulan saya terus menerus mencarimu, dan kamu tidak menanggapi sehingga saya baru
menggunakan cara ini. Untung kamu datang sendiri kemari, kalau tidak saya terpaksa
khusus ke kota Metro untuk mengundangmu kemari.”