- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 50
Pada saat ini Samara tidak bermaksud mengungkapkan identitasnya kepada Samantha.
Apa gunanya mengungkapnya sekarang?
Samantha masih belum sampai puncaknya, dia ingin membawanya sampai ke puncak
dengan tangannya sendiri, lalu dengan kejam membantingnya hingga jatuh ke bawah.
Dengan mengenakan secarik topeng wajah yang penuh bintik-bintik ini, Samara dan
Samantha bertatapan secara empat mata.
Ketika melihat jelas wajah di depannya adalah secarik wajah yang biasa biasa bahkan
penuh dengan bintik-bintik, hati Samantha yang menggantung tinggi baru berhasil merasa
lega.
Wajah ini….. berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Samara.
Kakak kembarnya Samara yang sudah meninggal dunia malah lebih cantik beberapa kali
lipat dari dirinya.
Wanita jelek di depannya, dari ujung kepala sampai kaki tidak ada satu bagianpun yang
bisa dibandingkan dengan Samara.
Orang mati sudah mati.
Wanita jelek ini, mungkin hanya namanya saja yang sama dengan orang mati.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Wajah kecil Samantha kembali bersinar dengan senyuman yang manis, dengan inisiatif
mengulurkan tangannya menyalami Samara: “Nona Samara, apa kabar, saya bernama
Samantha Wijaya, secara kebetulan, kita sama sama bermarga Wijaya.”
Dalam hati Samantha memandang rendah terhadap Samara, tetapi dia ingin memberi
kesan yang baik di hadapan Asta, sehingga menampilkan sikapnya yang paling dermawan.
Terapi —–
Samara malah berlagak tuli, sama sekali tidak memandang Samantha yang mengulurkan
tangan kepadanya.
“Nona Samara, kamu ini…..”
Samara masih belum berbicara, Oliver telah gelisah sambil memonyongkan mulutnya:
“Bagaimana mau salam? Tangan Samara telah terluka.”
“Oliver, kamu——
“Kenapa dengan saya?” Oliver mendelikkan matanya: “Saya seorang anak kecil berusia 5
tahun juga dapat melihat kain kasa di tangannya, pandanganmu jelek makanya tidak
nampak?”
Samantha tahu setan kecil ini sulit diatasi.
Mendapat perlawanan keras dari putranya, Samantha tidak berani memberi pelajaran
kepada Oliver lagi, dengan gagap dia memandang kearah Asta
Dulu setiap kali Oliver melawannya. Asta pasti akan bersuara membela harga dirinya
sebagai ibu kandung mereka.
Oliver dan Olivia kedua bocah yang merepotkan ini, tidak menghargai dirinya, tetapi tidak
berani tidak menghargai Asta.
Pada saat Samantha mengira Asta akan bertindak seperti biasanya, memberi peringatan
kepada Oliver, dia malah mendengar Asta bersuara dengan ringan.
“Matamu tidak bagus, apakah perlu saya kenalkan dokter spesialis mata kepadamu?”
kata kata yang begitu santai, berhasil membuat raut wajah Samantha seketika berubah
menjadi
pucat.
“Asta….” Samantha masih belum ingin menyerah, masih berusaha mengadu: “Saya
mempunyai kata kata yang ingin kusampaikan secara pribadi, apakah kamu mempunyai
waktu senggang sekarang?”
Samara tidak tertarik mendengar percakapan antara Samantha dan Asta, dia berinisiatif
untuk pamit : “Saya hari ini masih perlu ke Unit Kejahatan Berat untuk melakukan autopsi,
saya pamit duluan.”
Samantha mengangguk dengan ringan, tetapi dalam hatinya ratusan kali memandang
rendah
Terhadap Samara.
Sudah wajahnya penuh dengan bintik-bintik.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmMasih melakukan autopsi mayat?
Mungkin seperti yang dikatakan Ik Mic.cl, Smara ini hanya lebili disukai oleh Oliver dan
Asta bindak bergeming terhadap Wanu unuk seperti dimnya, dia pasti tidak mungkin jatuh
hati kepada wanita jelek ini!
Setelah Saman meninggalkan tempat itu, Oliver an Olivia kedua bocah itu juga
mengikutinya.
Di dalam ruang makan hanya tinggal Asia dan Samantha berdua.
Asta meneguk kopinya yang belum habis diminum, pandangannya sama sekali tidak jatuh
di tubuh Samantha yang merias diri dengan sempurna.
Samantha duduk di tempat bekas Samara tadi, tubuhnya pelan pelan bergerak ke depan
seperti ingin semakin mendekat kepada Asta: “Asta, saya ingin diskusi sesuatu
denganmu……”
Asta tidak bersedia memberi komentar
Samantha tidak mendapatkan balasan darinya, terus melanjutkan bertanya: “Minggu depan
adalah ulang tahun ayah saya, apakah kamu bisa membawa Oliver dan Olivia menemani
saya pulang ke rumah keluarga Wijaya?
“Apakah kamu mau saya mengumumkan secara resmi bahwa kamu adalah ibu kandung
dari Oliver dan Olivia?”
“Asta, bukan itu maksud saya.” Samantha menggigit bibirnya dan berkata: “Sejak Oliver
dan Olivia dikirim pulang kepada keluarga Costan, ayahku tidak pernah bertemu mereka
lagi, dia bandar ingin bertemu mereka di acara ulang tahunnya yang ke GO.”