- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 57
Mata Jonas berkilau, kedua pipinya merona.
“Nona Samara, maaf sekali, tadi saya salah paham.” Matanya bersinar menatapnya: “Kamu
menyelamatkan nyawa kakekku, kebaikan ini saya akan selalu mengingatnya.”
Samara tidak setuju dan berkata: “Tidak perlu selalu mengingatnya.”
“Nona Samara, apakah kamu masih tersinggung dengan ucapanku tadi?”
“Hatiku tidak sesempit itu.” Samara mengangguk sopan pada Firman: “Tuan Firman, saya
diutus oleh Oscar datang untuk menyembuhkanmu, saya tidak memeriksa penyakit untuk
orang lain. Makanya saya harap Tuan Firman bisa merahasiakan tentang kejadian ini.”
Firman mengangguk.
Samara menyimpan jarum meteornya, dan menaruhnya dengan rapi ke dalam tas
selempangnya.
“Racun dalam tubuhmu masih belum bersih tuntas, saya akan melakukan akupunktur dua
kali lagi, racun dalam tubuh baru bisa bersih.”
“Selain penusukan, nanti minta tolong cucumu menemani saya mengambil obat di suatu
tempat, obat ini sangat murni, tidak usah repot-repot memasaknya lagi, diminum sesudah
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmakan.”
“Racuti di dalam tubuh Anda bersifat kronis, kemungkinan ditaruh oleh orang yang berada
disampingmu sedikit demi sedikit, tidak mudah diketahui tetapi jika akan berbahaya seiring
waktu berjalan.”
“Empat jenis racun, semoga Anda bisa mengambil kesempatan ini melihat jelas kedok
orang Orang disampingmu….**
Samara hanya berkata sampai disini saja.
Patologi racun sudah dijelaskannya.
Mengenai urusan keluarga Gandbi, dia tidak tertarik ikut campur.
Mala tua limman terpejam, seielah menghela nalas dalam beberapa hali baru berkata:
“Saya sudah sua ini, bagaimana mungkin tidak tahu maksud hati mereka yang tidak
kuduga adalah demi kekuasaan, mereka melakukan perbuatan kejam ini padaku.”
“Orang-orang bilang sya kejam, tapi dibandingkan dengan mereka, saya termasuk baik
hati.”
Urusan keluarga yang kau balau membuat firman sakit kepala
Samana tidak memberi komentar apapun
** Tuan Firman, kalau begitu izinkan saya membawa Jonas untuk mengambil obat, tiga hari
lagi saya akan datang untuk melakukan akupunktur.
Firman tersenyum kecil: “Samara…terima kasih.
Setelah memerintah orang kepercayaannya menemani Firman, Jonas turun ke bawah
bersama Samara.
Ketika mereka berjalan berdampingan, Jonas melirik Samara yang disampingnya.
“Tidak marah padaku lagi?”
Samara menghentikan langkahnya, berkata: “Marah—”
Jonas tidak menyangka Samara benar-benar akan mengatakan marah padanya, mata yang
tersembunyi dibelakang lensa tersirat rasa heran.
Pria sopan ini mungkin pertama kali dijahili, sama sekali tidak tahu harus berbuat apa,
Samara tidak dapat menahan diri, tawanya tersembur.
“Kamu—”
“Sudah kubilang hatiku tidak sesempit itu.”mala Samara tersirat candaan: “Kamu tidak tahu
tentang medis, melihat orang yang paling kamu sayangi muntah darah hitam, merasa panik
itu normal. Jika saya melihat kakekku seperti ini, kalau ada pisau ditanganku, mungkin saja
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsudah kutancapkan ke ulu hatimu.”
Jonas termenung sebentar lalu menatap Samara,
Perkataan dan perbuatan wanita ini selalu diluar dugaannya.
Jelas-jelas penampilan Samara biasa-biasa saja, bahkan tidak termasuk enak dipandang,
tetapi dari dirinya terpancar aura tenang yang membuatnya berbeda dengan orang lain.
Wanita ini—
Lebih menarik dibandingkan wanita-wanita sosialita yang berdandanan mirip satu sama lain
seperti di kloning!
Jonas dan Samana menuruni tangga, mendadak sesuatu terlempar ke arah Samara.
Ketika Jonas menyadari dan segera menariknya, wajali Sannara sempat tersiram oleh cairan
teh berwarna coklat muda dan daun tebi.
Orang yang menyiram Samara adalah Diana, istri Watson Gandhi.
Dia sama sekali tidak merasa bersalah karena siramannya terkena orang lain, sebaliknya
menggoyang pinggang dan berkata menyindir.
“Aduh…maaf sekali, tadi tanganku licin, teh yang diseduh semalam tersiram di wajahmu.”
Diana menutupi mulutnya tersenyum: “Bukankah kamu dokter hebat? Dengar-dengar teh
semalam bisa menyembuhkan bintik-bintik, tidak tahu apakah siraman tehku bisa
membersihkan bintik bintik-bintik-bintik kotor di wajahmu?”