- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 65
-Asta, saya paling benci jika ada yang menguji Sya.Pertahanan yang tersirat di mata
Samara semakin kental : Daripada membuang waktu menyelidikiku, lebih baik waktu itu
dihabiskan untuk Samantha.”
Orang yang membantu Samantha, bahkan jika orang itu adalah Asta, akan tetap menjadi
musuhnya.
Samara ingin bangkit dari pangkuan Asia, ingin segera lepas dari gaya yang memalukan
ini.
Dia begitu dekat dengannya.
Terpisah oleh busana yang dikenakan mereka, suhu panas membara dari tubuh pria itu
mengalir terang-terangan padanya, dia tidak sanggup mengacuhkannya.
Baru saja bergerak sedikit, pria berkata dengan suara parau.
“Jangan sembarang bergerak.
Gerakan ini, seperti lelalu menggerakkan apa yang seharusnya tidak digerakkan.
Samara tidak takut pada Asta, hanya saja pengalaman sentuhan asing ini membuatnya
merasa malu, segira naluri tidak berani memberontak lagi.
-Siapa yang bilang
ya sekutu Samantha?
Apa saya terlihat seperti wanita yang mudah ditipu?” bibir Samara cemberul. “Secara
terang terangan masuk ke kediaman Costan, kamu bukan ordingnya?
Bukankah kamu juga terang-terangan masuk?
“Sayu.”
humu tidak suka dia datang lalo kali Samanthu tidak diperbolehkan memasuki pintu
kediaman Costan langkahpun”
Vala
lenyinar penuh rahasia telapi Samuru m
an pria itu serius dengan ucapannya
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtrady dengan latapun
pentiini, Samara tidak mampu membantah wanannya sedikitpun
Samara, kamu boleh tidak percaya pada dunia ini, tetapi kamu buleh inencoba
memercayaiku
Dulu dia poti urung teduh yang iklak tahu cara mlindummi diri sendiri. dicelaluai umpal
terluka-luka.
Dilecehkan, diperalat, kehilangan kesucian, dibakar, kehilangan anak…dan semua ini
dilakukan oleh orang terdekat yang paling dipercayainya.
Percaya.
Kata yang sederhana, bagi Samata yang sekarang, mungkin merupakan hal yang seumur
hidup ini tidak akan bisa dilakukannya.
“Asta.”
“Ya.”
“Maaf, selain diri sendiri, saya tidak percaya pada siapapun.”
Mata tajam Asta menyipit, melihat jelas penderitaan dan kesedihan di dalam mata wanita
ini.
Dia tidak bercerita sedikitpun tentang masa lalunya, tetapi Asta dapat melihat kerapuhan
dibalik kekeras-kepalaan Samara.
Dia tidak menangis.
Tetapi Asta bisa merasakan hatinya yang berdarah.
“Maaf.
Asta melepaskan Samara dari pelukannya, lalu bangkit dari sofa.
Dia terlalu terbuju-buru.
Terlalu ingin dia berada disisinya, tetapi tidak pernah memikiran beban apa yang
ditanggungnya.
Mengenai Samara, Asia hanya bisa pelan-pelan melakukan perencanaan.
Asta pergi.
Samara memandang sosok pria itu berjalan menjauh, jemarinya mengepal ketai.
Sisi realistisnya memberitahunya jangan memercayai Asta.
Tetapie
Kata “Maaf yang diucapkan Asta sewaktu pergi, membuat hatinya berdebar keras.
Keluarga Gandhi
Samara memenuhi janji melakukan akupunktur untuk firman
Sesampai di kamar lirman, Samara menemukan di dalam kamar yang luas itu hanya ada
Firman dan Jonas
Walaupun Firman masih terbaring di ranjang, tetapi kondisinya membaik cukup banyak
dibanding sebelumnya.
“Tuan Mirman.”
“Samara, kamu adalah penolongku.” Wajah tua firman penuh senyuman: “Saya mempunyai
pemintaan yang agak keterlaluan, Jonas hanya lebih tua sedikit darimu, kamu jangan
memanggilku Tuan Firman atau Tuan Besar lagi.
Kamu ikut dia memanggilku kakek saja, ya?”
Permintaan ini tidak termasuk keterlaluan.
Samara tidak memiliki alasan untuk menolak, akhirnya mengangguk setuju.
“Kakek Firman
Firman tertawa girang “Bagus, bagus sekali.”
Samara menyapa lonas dengan menganggukkan kepala, lalu mulai memeriksa kondisi nadi
pria tua itu, dan menancapkan beberapa jarum pada beberapa titik di tubuhnya
Selama proses pemnyembuhan berlangsung, lalapan Jonas Tidak pernah lepas dari Samara,
maid yang tersembunyi dibalik lensa kanamala berpinggiran emas bersinar terang,
Perhatian Samara terfokus pada proses penusukan jarum
Perhatian Jonas terfokus pada seseorang.
Dan perhatian lirman terfokus pada kedua orang itu.
Firman sangat mengagumi kemampuan dan kepribadian Samara, tetapi dia takut cucunya
tidak suka dengan penampilan Samara.
Tetapi
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmMelihat cucunya menatap Samara sampai terlena seperti ini, jelas-jelas sudah terpikal
Bagus longs menyukainya
Selesai melakukan akupunktur, Samana menyimpan jarum ineira
“Kakek Firman, racun di dalam tubuhmu sudah hampir bersih tuntas. Tetapi obat yang
kuberikan harus tetap diminum, obat ini berguna untuk pemulihan kesehatanmu.”
“Baik.”
“Jika tidak ada hal lain lagi, saya pamit.”
Firman berdeham, mata tuanya menatap Jonas yang berada disampingnya: “Jonas,
mengapa bengong? Wakili kakek mentraktir Samara.”
Samara menggerakkan bibirnya bermaksud menolak.
Jonas sudah membuka suara berkata: “Nona Samara, jangan menolak niat baik kakek dan
saya. *
Samara menatap kakek-Cucu itu sebentar, tahu bahwa menolak permintaan ini sedikit
keterlaluan.
“Kalau begitu sudah merepotkan.”
Jonas tidak menahan Samara untuk makan di kediaman Gandhi, melainkan membawanya
ke sebuah restoran barat yang mewah milik keluarga Gandhi.
Ketika Janas dan Samara tiba di restoran tersebut, wajah manajer restoran terlihat heran
melihat penampilan Samara.
Walaupun Jonas masih belum mewarisi tampuk kekuasaan keluarga Gandhi, tetapi tetaplah
bukan orang awam.
Penampilan wanita ini tidakkah terlalu lusuh?
Mungkin karena terlalu kaget, sehingga tatapan menilai manajer restoran tak berkedip
menatap wajah yang penuh bintik-bintik ilu.
Tidak masalah bagi Saniara.
Dia sudah terbiasa, tidak peduli dengan tatapan orang lain.
Berbeda dengan Jonas.
Dia menggunakan badannya menghalangi pandangan manajer Itu, mata dibalik kacamata
mejnberi peringalan, Yeperti berkata,
Minggir