- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 85
Kenal?
Bagaimana mungkin tidak kenal?
Meskipun saat itu dia tidak benar–benar menyukai Felix, namun Amelia dan Felix
menujukkan sebuah pertunjukkan yang bagus, berulang-ulang kali memainkannya.
Dia secara khusus pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes sumsum tulang belakang,
untuk mendonornya kepada Felix, namun ternyata itu hanya permainan Felix dan Amelia
belaka untuk mempermainkannya.
Dia memperlakukan Felix sebagai senior yang dia hormati.
Dia dan Amelia malah membodohinya seperti itu.
Atas dasar mereka konglomerat, dan dia datang pinggiran kota dan dia miskin?
Samara teringat kembali kenangan yang tidak menyenangkaan itu, dan sudut mulutnya
sedikit berkedut: “Ya.”
Suara sengau dengan nada yang berakhir meninggi membuat pertahanan Amelia runtuh
seketika.
Wanita berkata dia mengenalnya, tapi mengapa dia tidak mengingatkan?
Dan juga......
Jika wanita membohonginya, bagaimana dia tahu bahwa dia mengselingkuhi Felix di
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtbelakangnya?
Jika Felix tahu apa yang dia lakukan di luar sana, Felix pasti tidak akan membiarkannya.
Wajah Amelia pucat, tatapannya penuh kepanikan.
Samara mengeluarkan kartu kreditnya dan berkata kepada pelayan di toko, “Saya akan
membayar concealer ini dan memberikannya kepada nona Amelia.”
Pelayan itu menyaksikan semua kejadian antara Samara dan Amelia dengan matanya
sendiri, dan dia sangat mengagumi Samara
“Baik, tidak masalah.”
“Terima kasih.”
Setelah membayarnya, Samara dan Jane pun berjalan keluar dari toko.
Samara ingin mendiskusikan kejadian ini dengan Jane, namun dia tidak melihat Jane di
sampingnya.
Saat dia berbalik, dia baru menyadari bahwa Jane mengikutinya dari belakang seperti
penggemar
kecilnya.
“Ada apa denganmu?”
“Bu, bukankah itu sangat hebat?” Janc memuji Samara: “Emosi wanita itu menghilang
dalam waktu sekejap hanya dengan beberapa perkataanmu.”
“Semakin suka orang mengejek, semakin dia takut untuk di ejek.” Samara menggeleng dan
berkata: “Hanya saja saya tidak menyangka, dia semakin keterlaluan setelah beberapa
tahun tidak bertemu dengannya.”
“Bu, apakah kamu benar–benar mengenalnya?”
Samara mengangguk secara spontan.
“Bu, kalau begitu... kenapa dia tidak bisa mengenaliinu?”
Jane tiba–tiba mendekatinya, memperhatikan topeng wajahnya, dia merasa ada sesuatu
yang tidak beres.
Wajah Samara yang dianggap sangat jelek ini, seharusnya meninggalkan kesan jika dia
pernah melihatnya.
Namun dari perlakuan wanita itu terhadap Samara tadi, sepertinya dia sama sekali tidak
mengingatnya?
Samara mendorong wajah Jane agar dia menjauh, dan berkata dengan santai: “Saya tidak
kenal dekat dengannya dulu, sangat wajar jika dia tidak mengingatku.”
“Lalu apakah kamu akan memberitahu pacarnya, siapa itu namanya..., dan membuat kolam
ikan itu menjadi berantakan?”
Tidak perlu.” Samara mengedipkan matanya lalu berkata: “Mereka sama saja, bajingan pria
dan wanita snurahan, mereka sangat cocok.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmApakah perkataan ini terlalu kejam?
Namun, Jang sangat menyukainya, dia sudah hampir menjadikan Samara sebagai panutan.
Kakek benar–benar pandai menilai orang bisa mengajak wanita yang luar biasa seperti dia
ke unit kriminalberat sebagai konsultan forennik!
Setelah itu, Samara dan Janc berpisah, bersiap untuk pulang
Namun ia tiba ta sporing wanita datang ke mahnya dan berkata dengan penuh hormat
Samantha?
Samara sedikit terkejut: “Samantha?”
Vicky mengangguk: “Benar, saya manager dari kak Samantha. Ada yang ingin dia bicarakan
denganmu.”
“Tapi, tidak ada yang ingin saya bicarakan dengannya.”
Vicky tertegun sejenak, dia merasa malu dan matanya memerah: “Nona Samara, jika kamu
tidak ikut denganku, kak Samantha akan menyalahkanku.”
Mata Samara terus memperhatikan ekspresi Vicky.
Dia tidak berakting, dia benar–benar menangis.
Jika dipikirkan, dengan penampilan Samantha yang seperti peri namun beracun di dalam,
manajernya ini hanya umpan meriamnya saja.
“Baiklah, saya ikut.”
Previous Chapter
Next Chapter