- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 241 Mempertimbangkan Aku
Tiba–tiba, terdengar suara dingin seseorang.
Dalam sekejap, suhu di dalam ruangan itu seolah–olah turun beberapa derajat.
Semua orang segera mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara, ekspresi terkejut tampak jelas di wajah mereka.
Seorang pria bertubuh kurus dengan sorot mata tajam tampak di depan pintu.
Di wajahnya, samar–samar masih terlihat bekas luka.
Begitu melihat orang yang muncul di depan pintu, Ardika sama sekali tidak terkejut. Dia berkata dengan acuh tak acuh, “Tarno, kalau kamu telat datang sedikit saja, Showroom Mobil Neptus ini sudah aku hancurkan.”
Sudut bibir Tarno tampak berkedut, dia teringat kejadian semalam.
Dia menangkupkan kedua tangannya, sebagai bentuk permintaan maaf kepada Ardika, lalu bergegas menghampiri mereka.
“Ardika, apa ini bala bantuan yang kamu undang ke sini?”
Wisnu dan yang lainnya mencibir Ardika, mereka sama sekali tidak menganggap
serius kedatangan Tarno.
Namun, tepat pada saat ini terdengar suara menyanjung seseorang dari arah
samping mereka.
“Ah, Pak Tarno, kenapa Bapak datang ke sini?”
Begitu melihat kedatangan Tarno, sekujur tubuh Levis langsung gemetaran. Dia
bergegas menyambut kedatangan pria itu.
Pria ini tidak lain adalah manajer umum Showroom Mobil Neptus, sangat jelas. bahwa kedudukan pria itu jauh lebih tinggi dibandingkan kedudukannya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtNamun, hal yang paling membuatnya ketakutan adalah fakta bahwa Tarno
merupakan anak buah Billy!
Seseorang dengan status dan kedudukan sepertinya hanya pernah mendengar nama Billy saja, dia belum pernah bertemu sosok Billy secara langsung.
Dia hanya tahu bos besar Showroom Mobil Neptus adalah Billy.
Tarno melangkahkan kakinya ke hadapan Levis dengan santai, sedangkan Levis sedikit membungkukkan badannya dan memasang ekspresi menyanjung.
Melihat pemandangan itu, Wisnu dan yang lainnya sangat terkejut.
Wulan langsung bertanya, “Siapa orang itu? David, apa kamu mengenalnya?”
“Tentu saja, dia adalah Tarno, manajer umum Showroom Mobil Neptus sekaligus anak buah Billy,” ujar David, ekspresinya penuh dengan kebingungan.
Wisnu dan Wulan langsung merasa senang. Karena David mengenal pria yang bernama Tarno itu, maka tidak ada lagi yang perlu mereka khawatirkan.
Status dan kedudukan David jauh lebih tinggi dibandingkan Ardika.
Biarpun Tarno mengenal Ardika, pria itu pasti tidak akan mempersulit mereka.
“Plak!”
Tiba–tiba, terdengar suara tamparan yang keras. Saking terkejutnya, beberapa orang itu langsung mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara.
“Ah….”
Levis sudah tergeletak di lantai sambil memegang wajahnya. Saking kesakitannya, dia berteriak dengan histeris.
Di sisi lain, Tarno menepuk–nepuk tangannya dengan santai, lalu berkata dengan.
Kalau sampai Showroom Mobil Neptus. acuh tak acuh, “Dasar nggak tahu di dihancurkan, apa kamu bisa bertanggung jawab? Cepat pergi dari sini! Kalau kamu berani menginjakkan kakimu di Showroom Mobil Neptus lagi, aku akan
membunuhmu dan seluruh keluargamu!”
Di hadapan begitu banyak orang, Tarno mengatakan akan membunuh Levis dan keluarganya dengan santai!
Semua orang menatap Tarno dengan tatapan terkejut sekaligus ketakutan.
Tindakan pria itu benar–benar berlebihan.
Sementara itu, tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun, Levis langsung merangkak berdiri dan meninggalkan tempat ini.
Dia tidak bisa memikirkan tentang pekerjaannya lagi. Kalau dia tidak segera pergi dari sini, mungkin saja dia dan keluarganya benar–benar akan dibunuh.
Saking ketakutannya, pelayan toko dan dua satpam itu sudah terjatuh lemas dan
duduk di lantai.
Mereka tidak berani mengharapkan peruntungan mereka. Mereka bergegas mengakui kesalahan mereka di hadapan Ardika, lalu pergi. Di saat nyawa mereka. sudah terancam, bagaimana mungkin mereka bisa memikirkan pekerjaan mereka.
lagi.
Setelah mereka pergi, Tarno baru menghampiri mereka, menangkupkan tangannya,
lalu berkata, “Ardika, aku benar–benar minta maaf. Orang–orang nggak tahu diri itu
sudah mengganggu kesenanganmu.”
Mendengar pria itu memanggil namanya dengan begitu akrab, Ardika mengerutkan
keningnya.
‘Sepertinya panggilan Tarno padaku ini sedikit berlebihan.‘
Namun, dia tidak mempermasalahkan hal itu. Dia menunjuk Handoko dan berkata, ” Adik iparku menyukai Ferrari 488 dan ingin membelinya. Tapi, di toko ini mobil itu.
hanya tersisa satu
“Oh, nggak masalah. Mobil yang tersisa satu itu untuk adik iparmu saja!”
Tarno melambaikan tangannya untuk memanggil seorang staf, lalu berkata, “Bawa
mobil itu ke sini.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Hei, aku yang memesan mobil itu…” teriak Wisnu dengan tidak senang. Namun,
begitu melihat sorot mata dingin Tarno, kata–kata yang sudah sampai di ujung
lidahnya terpaksa dia telan kembali.
Wulan buru–buru menarik lengan David.
“David, bantu kami. Memang siapa Ardika itu? Atas dasar apa dia merebut mobil
kakakku?!”
David mengiakan, lalu berjalan menghampiri Tarno.
“Pak Tarno, namaku David, aku adalah anggota Keluarga Buana. Kakekku adalah
Brian Buana.
Tarno mengamati pemuda di hadapannya ini sejenak, lalu menganggukkan kepalanya dan berkata, “Oh, Tuan Besar Brian. Aku pernah bertemu dengannya.”
Begitu mendengar Tarno mengenal kakeknya, dia merasa sangat senang.
Keluarga Buana adalah keluarga kaya kelas satu, termasuk keluarga yang
terkemuka di Kota Banyuli.
David berdeham dan berkata, “Pak Tarno, sebelumnya kami sudah melakukan pembayaran lunas atas Ferrari 488 itu. Hari ini kami datang untuk mengambil mobil.
“Oh, begitu ya. Ternyata kalian sudah memesannya.”
Tarno memasang ekspresi seolah–olah baru mengerti.
Begitu mendengar ucapan Tarno, Wisnu dan Wulan langsung menatap Ardika
dengan tatapan bangga.
‘Huh, Ardika si pecundang itu ingin merebut mobil kami? Mimpi saja sana!”
David berkata, “Jadi, aku harap Pak Tarno mempertimbangkan aku….”
“Plak!”
Sebelum David sempat menyelesaikan kalimatnya, Tarno langsung melayangkan
tamparan ke wajahnya.