- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 351 Ardika Meminta Maaf
“Maaf!”
Melihat Ardika membungkukkan badannya di hadapan Elsy, Jesika sangat terkejut.
Dalam lubuk hati Ardika, dia juga mengagumi Elsy seperti yang dirasakan oleh Jesika.
Saat ini, mata Elsy tampak berkaca–kaca.
“Nggak… nggak perlu ….”
Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Saat ini, dia bahkan kesulitan untuk merangkai kata–kata.
Diam–diam, Jesika menyodorkan tisu kepada wanita itu.
Setelah Elsy tenang kembali, Ardika berkata dengan terus terang, “Saat itu, tiga keluarga besar merebut aset
Grup Bintang Darma. Sebagian dari aset perusahaan sudah menjadi Grup Kejora ini. Jadi, aku merebutnya
kembali dan mengubah namanya menjadi Grup Bintang Darma. Kamu sudah mengerti tujuanku, ‘kan?”
“Kamu mau membalaskan dendam Delvin?”
Wajah Elsy tampak bersinar.
Dia sangat cerdas.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSetelah mengetahui Ardika menyamarkan namanya menjadi Raka, dia sudah bisa menebak apa tujuan Ardika.
“Ardika, sebenarnya aku sudah sangat berterima kasih padamu, kamu sudah melakukan sebanyak ini untuk
Delvin.”
Elsy berkata, “Kamu benar–benar nggak perlu membalaskan dendam Delvin. Tiga keluarga besar sangat kuat. Saat itu, tiga keluarga besar menghancurkan Grup Bintang Darma dengan sangat cepat. Saking cepatnya, kami bahkan belum sempat bereaksi. Selama Delvin masih hidup, kamu adalah sahabat yang selalu diingatnya. Dia pasti nggak ingin melihat kamu melakukan hal berbahaya seperti ini.”
Kemampuan yang Ardika tunjukkan padanya memang membuatnya sangat terkejut.
Namun, apa yang dilakukan oleh tiga keluarga besar dua tahun yang lalu sudah meninggalkan trauma dalam hatinya. Dia masih takut pada tiga keluarga besar.
Apa Ardika akan mendengar bujukannya?
Tentu saja tidak.
Dia adalah penyebab kejadian–kejadian buruk yang menimpa Delvin sekeluarga.
Tiga keluarga besar merebut aset Grup Bintang Darma tentu saja karena keserakahan yang sudah mendarah daging dalam diri mereka.
Namun, kalau bukan karena Delvin bersikeras mengeluarkan Ardika dari rumah sakit jiwa dan ada pihak tertentu yang memberi instruksi, mungkin tiga keluarga besar tidak memiliki nyali sebesar ini.
1/3
+15 BONUS
Ardika berkata dengan sangat tegas, “Aku nggak hanya ingin membalaskan dendam Delvin, aku juga akan membersihkan namanya yang telah dicoreng oleh tiga keluarga besar. Selain itu, aku akan merebut kembali semua yang telah direbut oleh tiga keluarga besar dari sahabatku.”
“Adapun mengenal bahaya yang kamu khawatirkan, kamu sama sekali nggak perlu khawatir. Di mataku, tiga keluarga besar hanyalah butiran debul”
Saat ini, sorot mata Ardika dipenuhi dengan penantian dan intimidasi.
Elsy menatap Ardika dengan tatapan kosong. Setelah tertegun cukup lama, akhirnya dia menganggukkan kepalanya dengan tegas.
“Oke, aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku untuk membantu Delvin membersihkan namanya!”
Mata wanita itu tampak memerah.
Sebenarnya, selama dua tahun ini, dia sudah sering memimpikan momen seperti ini.
Sekarang dengan kemunculan Ardika, akhirnya dia sudah mendapatkan kesempatan untuk membalaskan dendam mantan suaminya!
“Selanjutnya, urusan perekrutan petinggi perusahaan kuserahkan padamu. Kamu lebih memahami karyawan- karyawan lama perusahaan.”
“Acara penggantian nama akan diselenggarakan lusa, akan ada banyak orang yang datang berpartisipasi. Kalau sampai petinggi perusahaan dan karyawan–karyawan penting perusahan belum
direkrut, perusahaan pasti akan menjadi bahan tertawaan orang lain.”
Pada pendirian Grup Bintang Darma kali ini, Ardika sudah meminta Henry untuk menggerakkan relasinya, mengundang banyak orang untuk menghadiri acara ini.
Ini adalah pertama kali Grup Bintang Darma muncul di hadapan publik setelah didirikan kembali, juga sebagai bentuk deklarasi perang kepada tiga keluarga besar.
Ardika ingin acara ini seheboh mungkin, bahkan sebisa mungkin menggemparkan seluruh Kota Banyuli!
Mulai hari ini, perusahaan sudah menerima banyak karangan bunga. Saat memasuki perusahaan, Ardika sudah melihat ada beberapa karangan bunga.
“Oke, aku akan berusaha menyelesaikan semuanya besok!”
Elsy segera mengiakan. Saat ini, dia benar–benar sangat bersemangat.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSeperti biasa, Ardika tetap menjadi seorang presdir yang tidak memedulikan urusan perusahaan. Setelah melakukan pengaturan pada Elsy, dengan dipandu oleh Jesika, dia mengelilingi perusahaan ini.
Karena dia menyamarkan namanya menjadi Raka demi menakut–nakuti tiga keluarga besar, jadi dia tidak mengungkapkan identitasnya.
Hanya segelintir karyawan Grup Kejora yang mengenal Ardika.
Selesai berkeliling, kebetulan sudah jam makan, Ardika pun mengajak Jesika ke kantin perusahaan untuk makan.
2/3.
1
Saat sedang makan, Jesika menerima panggilan telepon dari Henry.
“Pak Ardika, Pak Henry memintaku ke sana untuk mendiskusikan tentang daftar nama orang–orang yang diundang dalam acara penggantian nama perusahaan. Aku harus ke sana sebentar.”
“Oke, kamu pergi saja. Nanti aku akan pulang naik taksi saja.”
Ardika menganggukkan kepalanya.
Setelah Jesika pergi, Ardika melanjutkan makannya. Lagi pula, dia tidak terburu–buru pergi.
Tepat pada saat ini, seorang pria dan wanita berjalan melewati Ardika.
Saat baru melangkah dua langkah, wanita itu tiba–tiba menoleh dan menatap Ardika.
“Ardika, kenapa kamu bisa berada di sini?”
Begitu melihat Tina, Ardika juga tertegun sejenak. Dia juga bingung kenapa Tina bisa berada di sini.
Melirik Ardika yang sendirian, Tina tertawa.
“Aku dengar Luna mengatakan kamu sedang mencari pekerjaan. Apa mungkin kamu mencari pekerjaan di Grup Kejora? Tapi, Grup Kejora bergerak di bidang obat–obatan, aku takut kamu sudah salah tempat….”