- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 603 Mengembalikan Dana Sebesar Ratusan Triliun
*Abu Delvin sudah lama dibuang oleh tiga keluarga besar.”
“Karena itulah, seluruh anggota Keluarga Lukito diusir dari Vila Pelarum,
lalu tempat ini dijadikan sebagai tugu makam Delvin!” kata seorang
penonton, memberi penjelasan.
Saat ini, Robin dan Selvi memegang pakaian dan barang–barang yang pernah digunakan oleh putra mereka dengan erat, lalu memasukkan semua barang–barang itu ke dalam peti mati dengan sedih.
“Ayah, ini adalah mainan yang Ayah belikan untuk Livy….“.
Elsy menggandeng Livy, meminta putrinya untuk memasukkan sebuah
mainan bebek kecil ke dalam peti mati.
Mendengar ucapan polos bocah perempuan itu, benar–benar membuat hati orang yang mendengarnya terasa sakit.
Pada akhirnya, Elsy memutuskan untuk membawa Livy ke sini.
Bagaimanapun juga, dia adalah putri Delvin satu–satunya.
Setelah peti mati ditutup, peti mati tersebut pun dikubur.
Kemudian, sebuah batu nisan ditancapkan di sana.
“Makam Delvin Darma.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSiapa sangka, patung giok leluhur Keluarga Lukito yang berukuran besar itu, kini sudah hancur.
Kini, proses pemakaman sudah berakhir.
Mulai sekarang, Vila Pelarum yang sebelumnya menjadi tempat tinggal Keluarga Lukito turun temurun sudah berubah menjadi pemakaman Delvin.
Dua tahun yang lalu, tiga keluarga besar mencabut nyawa Delvin dan
merebut Grup Bintang Darma.
Dua tahun kemudian, tempat tinggal tiga keluarga besar secara turun
temurun berubah menjadi tempat peristirahat terakhir Delvin.
Akhirnya, nama Delvin sudah dibersihkan, dia sudah terbebas dari tuduhan
tuduhan yang tidak benar.
Sementara itu, tiga keluarga besar yang dulunya adalah penguasa Kota
Banyuli, kini berubah menjadi seperti “pengemis“.
Walaupun mereka masih hidup, tetapi dari sudut pandang lain mereka sudah hancur.
Harus diakui memang sangat ironi.
Semua orang tahu Dewa Perang sedang membantu Delvin menuntut keadilan.
Tepat pada saat ini, seorang prajurit menyampaikan sebuah pengumuman. “Perintah dari Dewa Perang!”
“Sebelumnya, demi berpartisipasi dalam acara peresmian Kapten Thomas, tiga keluarga besar, Fiona dan yang lainnya masing–masing mengeluarkan uang dua triliun untuk membeli tiket masuk, total dana yang diterima sebesar puluhan triliun.”
“Tuan Dewa Perang mengatakan bahwa tiga keluarga besar sudah
memonopoli Kota Banyuli dan merebut aset milik penduduk Kota Banyuli. Semua uang ini adalah hasil kerja keras penduduk Kota Banyuli.”
“Selanjutnya, dana bernilai puluhan triliun ini akan diserahkan semuanya kepada pemerintah Kota Banyuli, digunakan untuk pembangunan Kota Banyuli dan investasi bisnis Kota Banyuli!”
Sebelum prajurit itu menyelesaikan kalimatnya, suara sorakan keras kembali menggelegar.
Ratusan ribu orang meneriakkan Dewa Perang dengan berempak entuk penghormatan mereka.
Dana berjumlah sebesar ini, bahkan perusahaan–perusahaan besar pun nggak bisa mengeluarkan uang sebesar ini. Tiga keluarga besar pasti memperoleh uang ini dari jalur ilegal. Biarpun Dewa Perang mengambil semua uang ini, nggak ada seorang pun yang tahu. Tapi, dia malah mengembalikan semuanya kepada pemerintah Kota Banyuli. Dewa Perang benar–benar seorang penegak keadilan!”
“Dewa Perang benar–benar seorang pahlawan negara!”
Saat ini, citra dan wibawa Dewa Perang dalam hati penduduk Kota Banyuli makin baik, bahkan sudah tidak bisa dideskripsikan dengan kata “baik“.
Pada akhirnya, ratusan ribu orang ini berteriak dengan serempak, berharap agar Dewa Perang menunjukkan wajahnya.
Mereka semua sangat ingin melihat wajah Dewa Perang sekali saja.
“Maaf, demi keselamatan seluruh penduduk Kota Banyuli, setelah menjatuhkan hukuman kepada tiga keluarga besar, Tuan Dewa Perang sudah pergi.”
Ucapan prajurit itu benar–benar membuat semua orang kecewa.
Perlahan–lahan, orang–orang itu mulai membubarkan diri.
Sebelum pergi, kebanyakan dari mereka akan mempersembahkan bunga di
makam Delvin.
Tindakan mereka bukan hanya sebagai bentuk permintaan maaf mereka karena telah termakan oleh ucapan tiga keluarga besar dan pernah memarahi Delvin dulu, juga secara tidak langsung sebagai bentuk
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmungkapan terima kasih mereka kepada Dewa Perang yang telah membantu mereka menghukum tiga keluarga besar.
“Aduh, sayang sekali, aku nggak bisa bertemu dengan Dewa Perang! Huh!
Man menghela napas.
Dia berdiri cukup lama di sana dan enggan pergi.
Di sampingnya dan keluarganya, ada Luna sekeluarga,
Setelah mendengar siaran radio, mereka juga bergegas datang ke sini,
Luna mempersembahkan bunga kepada Delvin yang juga merupakan teman lamanya.
Mendengar Futari menghela napas, dia juga berkata dengan kecewa, “Kali ini, Dewa Perang menyelamatkan kita sekeluarga lagi, bahkan membantu Delvin menuntut keadilan. Sayang sekali, aku nggak bisa bertemu dengannya untuk berterima kasih padanya.”
“Huh! Orang yang ingin berterima kasih pada Tuan Dewa Perang sangat banyak! Luna, kamu pikir kamu siapa?!”
Tiba–tiba, terdengar suara orang yang seperti sedang menyindirnya dari arah sampingnya.
Mereka tidak lain adalah Wisnu dan Wulan.
Di belakang mereka, dengan dipimpin oleh Tuan Besar Basagita,
sekelompok besar anggota Keluarga Basagita juga ikut datang menyaksikan
keramaian.
Wulan juga memutar matanya dan berkata dengan nada mengejek, “Bisa- bisanya kamu berpikir untuk bertemu dengan Dewa Perang? Luna, apa kamu pikir ada giliranmu?”
Saking kesalnya, Luna menggertakkan giginya. Dia malas berbicara dengan mereka.
Tepat pada saat ini, tiba–tiba Ardika berjalan menghampiri mereka dan berkata, “Oh, maaf, Wulan. Istriku bisa bertemu denganku setiap hari!”
Bagaikan tersambar petir, semua orang menatap Ardika dengan lekat dan
berkata, “Kamu adalah Dewa Perang?!”