- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
.
Bab 130 Kobaran Api
Kabut putih dari alat pemadam kebakaran melenyapkan sedikit api yang ada di tangga. Saat itu juga, Vivin melihat Fabian
berlari ke arahnya. Selanjutnya, pagar koridor yang ada di dekat Vivin jatuh ke bawah di antara mereka bedua, dan mereka
dipisahkan oleh api yang menyala-nyala.
“Sial!” Vivin mendengar Fabian berteriak sambil menutup mulutnya, “Vin, tunggu di sana! Aku akan datang dan
menyelamatkanmu!”
Vivin hanya bisa menganggukkan kepalanya tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu.
Tunggu. Apakah kalung milik Finno masih ada di dalam kamar?Seharusnya begitu.Kalung itu adalah harta Finno yang paling
berharga. Dia jarang membawanya ke luar. Kalung itu selalu disimpan di dalam laci rumah jika ia pergi kerja ataupun saat
melakukan perjalanan dinas.Apinya sangat besar. Setelah laci itu terbakar, pastinya kalung kristal itu akan hancur.Akankah
Finno menjadi sangat sedih?
Dia tak dapat menolak selain memikirkan bagaimana Finno selalu terlihat sedih ketika dia menggenggam kalung itu. Tiba-tiba
saja, ia merasa prihatin.
Sial, bukankan aku terlalu egois jika tak menghiraukan kalung yang sangat dihargai oleh Finno?
Dia tahu bahwa kalung itu hanyalah benda mati namun benda itu adalah sebuah barang yang mempunyai nilai sentimental dan
dia tak dapat membayangkan jika Finno sampai kehilangan kenangan terakhirnya yang sangat berharga itu!
untuk sebentar lagi sementara sampai apinya sudah sedikit mereda. Pasti akan memakan waktu beberapa lama sampai Fabian
dapat menghampirinya.
Lalu, Vivin menggertakkan giginya, menjepit hidungnya dan berteriak, “Fabian! Aku akan kembali dan mengambil sesuatu!”
Fabian yang sedang berusaha untuk memadamkan api. Mendengar ucapan Vivin, dia terkejut dan mengomel, “Vivin, apa kamu
sudah gila? Apa yang lebih berharga daripada hidupmu?”
Vivin mengabaikan ucapan Fabian. Sebagai gantinya, dia pergi untuk kembali masuk ke dalam kamar.
Tubuhnya merasakan kelemahan yang janggal namun ia tak berpikir dua kali. Sambil menggertakkan giginya, ia buru-buru
kembali ke dalam kamar dalam satu tarikan nafas.
Batuk Vivin semakin parah karena sudah banyak menghirup asap, tapi itu tidak menghentikannya. Saat sudah masuk ke dalam
kamar, dia buru-buru mendekati meja.
Dia tidak menutup pintu kamar tadi, jadi api sudah menyebar ke dalam kamar dan meja itu pun sudah terbakar. Vivin mencoba
membuka laci itu dengan tangannya yang dilapisi oleh selimut.
Dia tidak sadar bahwa sekarang, selimut itu sudah kering dan tangannya langsung melepuh kepanasan.
1/2
“Aduh!” Dia berteriak kesakitan tapi ia menahan sakitnya dan menarik laci keluar.
Dengan segera, dia menemukan kalung kristal itu.
Segera setelah Vivin menemukannya, dia langsung mengeluarkan kalung itu dan berpikir sejenak untuk mengambil sebuah foto
tapi dengan cepat foto itu tersambar api dan terbakar di atas meja.
mungkin, dia berusaha untuk bergegas keluar dari kamar.
Namun, ketika dia sampai di ambang pintu, rak buku yang ada di samping pintu rubuh dengan suara keras bruk!
Buku-buku yang ada di rak buku telah terbakar sepenuhnya menjadi abu dan rak buku itu pun jatuh tepat di seberang muka
pintu. Percikan api meletup di sekitarnya dan Vivin menjadi sangat takut seraya mengambil beberapa langkah mundur.
Apa yang harus aku lakukan....
Saat itu, pintu sudah terhalang. Bagaimana aku bisa keluar?
Dia terpikirkan untuk membungkus dirinya dengan selimut dan bergegas keluar tapi selimut itu. juga mulai terbakar.
Pada saat itu, dia jadi kesal dengan kecerobohannya.
Sepertinya aku mungkin akan berakhir dengan kehilangan kalung itu dan nyawaku sendiri!
Dia bertanya-tanya seandainya dia benar-benar mati, apakah Finno juga sangat sedih atas kematiannya atau sedih karena
kehilangan kalung itu?
Aku rasa dia lebih sedih dengan kejadian yang lalu...
Dari semuanya, dibandingkan dengan Eva orang yang sangat ia cintai, aku hanyalah orang asing yang baru menemaninya
dalam beberapa bulan terakhir.
Vivin heran dengan pemikirannya. Bisa-bisanya, di saat ini antara hidup dan matinya, dia memikirkan hal yang tidak penting
seperti itu?
Kobaran api di sekitarnya semakin membesar dan panas. Dia merasa sulit untuk melihat ke lorong karena kepulan asap yang
semakin tebal. Kemudian, dia mulai batuk-batuk dibarengi dengan mata yang berair sehingga penglihatannya menjadi kabur.
Akankah hidupku berakhir di sini?
Di saat dia bersiap untuk menerobos pintu, dia mengenakan kalung itu di lehernya untuk melindungi kalung itu.
Jika nanti tubuhnya ditemukan bersama dengan kalung itu, semoga saja, Finno akan mengerti niat baiknya dan sebagai
balasannya, Finno akan merawat ibunya.