- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 142 Ciuman Penuh Gairah
“Itu memang kalung spesial buatku.” Jawaban jujur Finno membuat Vivin kaget. Dibalik penutup. mata itu, dirinya jadi sedikit
marah. “Tapi,” lanjut Finno, “Kalau kamu dengan bodohnya membahayakan dirimu demi kalung itu lagi, lebih baik aku
merusaknya.”
Vivin terkejut.
Finno memang mengatakan hal yang sama pagi itu, tapi dia mengira itu sekedar omongan saja dan bukan hal serius.
Vivin tidak pernah mengira Finno akan mengulangi perkataan yang sama padanya, dan dengan serius pula. Perkataan Finno
membuat Vivin berdegup kencang.
“Jadi..” lanjut Finno, suaranya semakin lembut. “Mulai sekarang, apapun yang terjadi, jangan biarkan dirimu dalam bahaya
hanya demi hal itu. Kalau kamu memang peduli padaku, jaga dirimu. Karena saat ini dirimu sangat penting buatku.
Karena saat ini dirimu sangat penting buatku.
Mendengar kalimat itu, jantung Vivin seperti berhenti berdegup dan seketika terasa kepalanya mau pecah. Dia lega karena saat
itu sudah malam dan dia memakai penutup mata, jadi Finno tidak bisa melihat kepanikannya dan wajahnya yang memerah.
Awalnya dia kaget, tapi ternyata itu hanyalah tangan Finno.
“Wajahmu memanas.” Vivin mendengar Finno mengejeknya.
Bagaimana tidak, pipi Vivin yang terasa memanas beda jauh dengan jari-jari Finno yang sedingin
1.
Saat itu, Vivin berharap penutup mata itu bisa menutupi wajahnya biar dia tidak malu saat harus bertatapan dengan Finno
seperti saat itu.
Vivin mencoba menenangkan dirinya. Jangan mempermalukan dirimu! Tapi wajah Vivin masih memerah.
“Vivin.” ujar Finno..
Suara Finno yang berat dan serak membuatnya merasa seperti tersihir.
Vivin mengangkat kepalanya. Tapi belum sempat dia berbicara, sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya.
Saat itu semua terlihat gelap dan badan Vivin tegang karena sensasi yang dia rasakan saat itu,
Apa... Apa ini? Dia bingung.
1/2
Detik selanjutnya, sensasi dingin mulai terasa di bibirnya. Awalnya, terasa lembut, tapi kemudian terasa semakin memanas
napasnya.
Ini bukan pertama kalinya Finno dan Vivin berciuman. Tapi setiap kali mereka berciuman, Vivin merasa gugup dan badannya
menegang. Begitu juga saat ini. Karena matanya ditutup, indera Vivin menjadi lebih sensitif dari biasanya. Setiap sentuhan bibir
Finno semakin terasa intens sampai badannya gemetar.
Setelah beberapa saat, Finno melihat wanita di pelukannya terengah-engah karena ciumannya. Lalu dia perlahan melepaskan
pelukannya. Melihat Vivin dengan penutup matanya dan wajah yang memerah, Finno merasa sedikit menyesal. Seharusnya aku
tidak memberinya penutup mata.
Dia ingin melihat mata Vivin.
Dia pasti malu saat ini. Tapi apakah dia merasakan kebahagiaan yang aku rasakan?
Dia merasakan kehangatan badan Vivin dan aroma khas dari badannya. Finno merasa kendali dirinya seperti ditantang. Tapi
tekadnya cukup kuat, sehingga dia bisa menahannya.
Finno sadar itu bukan saat yang tepat untuk melakukannya, karena Vivin masih dalam masa pemulihan. Apalagi trauma yang
Vivin alami dua tahun lalu masih terbayang-bayang.
Saat Vivin terbaring lemah di tangan Finno, dia tidak tahu apa yang dipikirkan Finno. Dia tidak sadar bahwa dia baru saja lolos
dari sang serigala.
Finno kemudian memeluknya dan berbisik pada telinganya. “Suatu hari nanti, aku akan menyantapmu,” ujarnya.
Awalnya Vivin bingung, lalu seketika sadar apa yang dimaksud Finno. Wajahnya yang masih memerah seketika terasa panas
lagi.