- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
.
Bab 56 Beritahu Aku Jika Kau Butuh Sesuatu
Tepat saat Vivin merasa sangat takut, dia mendengar suara serak yang lemah dibelakangnya. Dia lalu terangkat keatas, dan
sebelum dia bisa menyadarinya, dirinya sudah jatuh terduduk diatas pangkuan Finno.
“Finno...” ucapnya kaget.
Saat Finno menyentuh tubuh pucat nan dingin milik Vivin, hatinya seperti ditikam ribuan jarum. Dia mengusap airmata di pipi
wanita itu dan meyakinkannya, “Jangan khawatir. Aku ada disini bersamamu.”
Kalimat itu adalah ungkapan sederhana tapi tegas yang menghangatkan hati Vivin. Tentu saja, berkat kalimat itu, dia berangsur-
angsur tenang.
Tiba-tiba saja, dia merasa sangat lelah. Kali ini, dia tidak menolak dan hanya diam saja sambil mengangguk. Dengan sisa-sisa
tenaganya, dia mencoba memeluk lengan lelaki itu dan menatap kearah tulisan ‘Operasi Sedang Berjalan’ diatas pintu itu.
Saat wanita itu bersandar dilengannya, Finno bisa mencium aroma yang khas dari tubuh wanita itu. Secara tiba-tiba, dia merasa
hatinya yang sudah membeku selama bertahun-tahun mulai agak
mencair.
Vivin, yang melihat itu, langsung turun dari pangkuan Finno dan berlari menuju pintu itu. Para dokter dan perawat yang baru
keluar terlihat kelelahan.
“Dokter! 1-ibu saya...” Vivin bahkan tidak tahu harus berkata apa.
Dokter itu melihatnya kemudian tersenyum sambil berkata, “Selamat, Nona William. Operasinya berjalan lancar. Ibu Anda
mungkin akan sadar besok.”
Ibu akan sadar?
Saat itu, tubuh tegangnya menjadi tenang. Dia sangat ingin berterimakasih pada dokter itu, tapi tiba-tiba, kakinya terasa kaku
dan tubuhnya ambruk begitu saja.
Bagaimanapun, kulitnya tidak sampai bersentuhan dengan lantai yang dingin nan keras. Yang dia rasakan malah dada bidang
yang kokoh dan kuat.
Wanita itu mengangkat dagunya untuk bisa melihat wajah Finno.
Dialah yang telah melompat dari kursi rodanya dan menangkap tubuhnya tepat waktu.
Ekspresi wajahnya yang biasanya dingin juga hilang. Ada senyum kecil di wajah pria itu saat dia mengusap rambutnya lembut.
“Ini berita bagus,” ucapnya.
Kata-kata sederhana itu spontan membuat Vivin menangis. Dia sudah menahan tangisnya terlalu
lama.
Wanita itu sangat lega begitu bisa melepaskan emosinya. Dia merentangkan tangannya sebelum mengalungkannya di leher
Finno sambil menangis terharu. “Ya, ini berita bagus! Sangat bagus!”
Setelah makan malam, Finno mendapat beberapa panggilan dari pekerjaannya.
Vivin tahu kalau pria itu sudah menemaninya seharian dan dia sekarang merasa bersalah. Dia mengambil inisiatif dan berkata,
“Kenapa kau tidak kembali bekerja? Aku akan temani ibu disini.”
Finno menoleh kearahnya. Karena wanita itu makan dengan cepat sebelumnya, ada sisa saus spagetti di sudut bibirnya.
Refleks, dia membersihkan noda itu untuknya.
“Kalau begitu aku pergi dulu. Aku akan kembali besok.” Dia melanjutkan dengan suara rendah, “Beritahu aku jika kau butuh
sesuatu.”
Vivin mengangguk. Namun, ia mengerutkan dahi saat Finno tak kunjung bangkit dari duduknya. “Ada apa?”
Pria itu dengan sengaja menatapnya. Lalu, dengan santai mengangkat jari yang tadi dia gunakan untuk membersihkan bibirnya
dan menjilatnya. “Tidak ada. Aku hanya merasa kau terlihat agak serius saat mengangguk tadi.”
Vivin terus menatap pria itu. Pikirannya menjadi kosong dan dia bahkan tidak mendengar ucapan pria itu.
Ti-tidakkah itu keterlaluan?
Jika orang lain yang melakukannya, mungkin aku akan bilang dia jorok. Tapi kenapa dia terlihat sangat... sangat seksi saat
melakukannya? Jari-jari panjangnya... bibir tipisnya...
“Huh? Apa? Serius?” Pipinya kembali memerah saat dia menoleh kearah lain dan melontarkan beragam pertanyaan kepada pria
itu.