- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 71 Dunia yang Kecil
Dengan terkejut, dia berbalik dan melihat Alin yang baru saja turun dari lantai atas, menatapnya dengan wajah sama
terkejutnya.
Hati Vivin mulai berdebar.
Dunia memang kecil! Kenapa aku harus ketemu Alin disini?
Butik ini menyediakan pelayanan jahit terbaik se-kota. Alin datang untuk membuat rancangan pakaiannya sendiri untuk pesta
akhir pekan namun siapa sangka dia akan bertemu dengan Vivin, si wanita miskin disini.
“Vivin.” Ia berjalan mendekati Vivin disertai suara high heels warna oranye kemerahmudaan-nya yang beradu dengan lantai dan
melanjutkan, “Kenapa kau ada disini? Apa kau pikir ini tempat. yang cocok untuk orang yang kikir sepertimu?”
Tidak ada siapapun disana sehingga Alin menjadi lebih percaya diri dan setiap kata yang diucapkannya kepada Vivin sangat
buruk.
Vivin hanya memandangnya dengan tatapan dingin dan sebelum dia bisa membalas ucapan wanita itu, Noah sudah maju
kedepannya dan berbicara dengan nada tegas, “Nona, tolong bicara yang sopan dengan Nyonya Normando.”
“Nyonya Normando?” Alin nampak bingung namun dia langsung sadar bahwa Noah bukanlah pria biasa sehingga dia menahan
Pada saat itu, pelayan yang bekerja di butik itu sudah selesai mengambil ukuran badan Vivin. Untuk menghindari keributan
dengan Alin, Vivin dengan cepat bilang, “Noah, ayo pergi.”
Dengan sebuah anggukan, Noah menatap tajam kearah Alin dan menemani Vivin kebawah.
Melihat bagaimana Vivin mengabaikannya, Alin menghentakkan kakinya kesal, menakuti pelayan disebelahnya yang hanya
mampu bertanya dengan gugup. “Nona Miller, apa Anda sudah siap melakukan pengukuran?”
Barulah Alin tersadar untuk kemudian bertanya pada pelayan tersebut dengan licik, “Hei, apa yang kau tahu siapa wanita
barusan?”
Alin adalah pelanggan tetap butik tersebut sehingga para pelayan tahu dengan baik sikap pernaksanya dan mereka takut akan
membuat wanita itu kesal jika tidak mengatakan yang sebenarnya. Ditambah lagi, tidak ada yang perlu disembunyikan
mengenai identitas Vivin, sehingga mereka akhirnya menjawab dengan terang-terangan, “Dia istri Tuan Normando.”
“Tuan Normando?” Tanya Alin sambil membelalakkan mata bingung. “Tuan Normando yang mana?”
“Tuan Finno Normando pemilik Grup Finnor.”
1/2
Alin sangat terkejut sampai tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh ke lantai.
Orang lain mungkin tidak kenal dengan Finno, namun sebagai tunangan Fabian, Alin mengenal pria itu dengan begitu baik.
Finno adalah paman Fabian dan juga putra termuda di keluarga Normando.
Bukankah Vivin menikah dengan orang miskin yang bahkan tidak mampu membeli sebuah cincin berlian? Kenapa orang itu jadi
Finno?
Pada akhirnya, dia sudah tidak peduli lagi dengan rancangan gaunnya dan segera turun tangga dengan dompet ditangannya.
“Bawa aku ke Majalah Glamour sekarang!”
Segera setelah dia sampai disana, Alin bergegas menuju lantai dimana perusahaan itu berada dan saat resepsionis bertanya
siapa yang dia cari dengan panik, dia tanpa pikir panjang berkata dengan tidak sabaran, “Aku mencari Kepala Editor-mu, aku
tunangannya.”
Setelah mendengar itu, resepsionis itu dengan segera mengantar Alin menuju Fabian.
Tepat saat Alin menuju ruangan Fabian, Vivin, dengan ditemani Fabian, juga baru saja sampai di lantai bawah gedung dimana
perusahaan majalah itu berada.
Segera setelah Vivin tiba di perusahaan majalah tersebut, dia menyadari kalau situasinya agak anch.
Semua orang tidak sedang sibuk mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing, tapi malah sedang berkumpul dalam jumlah
kecil, membahas sesuatu dengan bersemangat, yang dia tidak tahu apa itu..
Melihat Vivin masuk, Sandra langsung berdiri dan menyeringai, “Demi Tuhan, Vivin. Aku terkejut kau masih punya muka untuk
kembali. Tidakkah kau takut ketahuan?”
Dengan bingung, Vivin mengernyitkan alisnya pada perkataan Sandra, dan sebelum dia. mengerti, Sandra sudah memojokkan
dirinya ke sudut ruangan dan berbisik, “Vivin, apa kau tahu kalau tunangan Kepala Editor disini?”
Vivin kebingungan.
Alin disini?
Apa yang dia lakukan disini?