- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1071
Thorv ridak bertanya lebih banyak lagi. Ia menurunkan kelopak matanya, berusaha memikirkan
1
sesuatu.
Setibanya di rumah, Carla yang sedang makan siang di meja makan pun segera berlari menghampiri
Maminya, “Mami, kenapa Mami pulang secepat ini?”
“Urusan Mami untuk sementara ini belum bisa diselesaikan, jadi Mami pulang lebih awal.” Tracy
menyentuh kening Carla, “Bagus, sepertinya sudah tidak demam lagi.”
“Iya, kata Kakek Hansen aku sudah sembuh.” Carla buru–buru berkata, “Seharian ini suhu badanku
tidak panas sama sekali.”
“Bagus kalau begitu,” Tracy memeluk Carla dan membawanya ke depan meja makan.
Tabib Hansen tersenyum melihat mereka, “Keadaan Carla sudah stabil. Tidak ada masalah serius.
Dalam dua hari ini, kalian cukup mengawasi keadaannya saja.”
“Terima kasih, Tabib Hansen.” Tracy meletakkan Carla di atas kursi, “Carla, habiskan makanannya ya.”
“Mami, kalau begitu apa malam ini aku boleh pergi ke tempat Papi?” Carla menatapnya penuh harap.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Tentu saja boleh.” Tracy tidak ingin mengingkari janji dengan anaknya, “Tapi, nanti malam baru bisa
pergi ke sana, karena Papi–mu pasti sibuk sekali sore ini. Bagaimana kalau tunggu ia sudah tidak sibuk
lagi, Mami baru menyuruh orang untuk mengantarmu ke sana?”
“Oke.” Carla menganggukkan kepalanya dengan patuh.
“Anak baik. Sekarang cepat makan dulu, nanti tidur siang sebentar. Setelah bangun tidur, jalani
pengobatan, lalu nonton kartun sebentar, baru berangkat ke sana.”
“Iya”
Setelah Tracy selesai membujuk Carla dan menyapa Tabib Hansen, ia pun naik menuju ruang kerjanya.
Ia merapikan seluruh dokumen proyek Ocean Wild untuk dibawa saat berangkat pada malam hari nanti.
Selagi seluruh direksi proyek menghadiri acara pemakaman malam ini, ia dapat sekaligus meminta
tanda tangan mereka, sehingga seluruh proyek ini bisa diselesaikan. Kalau tidak, ia harus mengatur
waktu untuk kembali menemui mereka.
Naomi terus membantu di sampingnya. Keduanya pun sibuk hingga pukul empat sore.
Alarm Naomi berbunyi, ia pun mengingatkan Tracy, “Nona Tracy, segera ganti pakaianmu. Sudah
waktunya untuk bersiap–siap pergi.”
“Ya.” Tracy menjawab sambil membereskan dokumen terakhir, lalu berbalik keluar ruangan,
mer
“Bereskan semua dokumennya dan bawalah.”
“Baik,” jawab Naorni sambil membereskan dokumen itu.
Tracy masuk ke dalam kamar Carla dan mendapati Carla masih tidur. Windy menemani di sampingnya
sambil membaca buku.
Melihat Tracy datang, Windy segera bangkit berdiri untuk menyambutnya, “Kak Tracy, kenapa ke sini?”
“Aku sudah mau berangkat.” Tracy melihat jam sekilas, lalu berkata kepada Windy, “Kira–kira pukul tujuh
hingga delapan nanti, aku akan mengatur orang untuk menjemputmu dan Carla.”
“Baik, aku paham,” Windy menganggukkan kepalanya.
“Angin malam biasanya kencang, bahkan mungkin akan turun hujan. Berikan Carla baju yang lebih
tebal. Kamu sendiri juga sebaiknya pakai jaket,” Tracy menepuk pundak Windy.
“Aku paham.” Windy tertawa, “Jangan khawatir. Serahkan semuanya padaku.”
“Ya.” Tracy menganggukkan kepalanya. Saat ia hendak melangkah pergi, tiba–tiba ia teringat sesuatu. Ia
pun berpaling menanyakan Windy, “Apa kamu sudah benar–benar mempertimbangkan untuk
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmengikutiku pergi ke Negara Emron? Kepergianku kali ini, mungkin tidak akan kembali lagi.”
“Aku sudah memutuskan.” Windy berkata dengan yakin, “Aku hidup tanpa beban, juga tidak memiliki
tujuan. Dengan mengikutimu, hidupku lebih bermanfaat.”
“Bagaimana dengan Danny? Bukannya kamu begitu peduli dengannya?” Tracy bertanya dengan
lembut.
Mendengar pertanyaan itu, ekspresi Windy langsung berubah, tatapan matanya pun berkilat, “Kenapa
tiba–tiba mengungkitnya?”
“Aku tahu kamu menyukainya.” Tracy sejak awal dapat melihat dari tatapan matanya, “Sangat
disayangkan ia hidup berfoya–foya, dan tidak dapat memberikanmu kebahagiaan. Namun, kamu tetap
harus menyatakan dengan jelas bagaimana perasaanmu. Kalau kamu benar–benar menyukainya, kamu
tetap harus memperjuangkannya.”
“Hubungan kita itu tidak mungkin.” Windy menundukkan kepalanya dan berkata, “Saat ini, aku hanya
ingin bersamamu meninggalkan tempat ini dan memulai hidup yang baru.”
“Baiklah.” Mendengar perkataannya itu, Tracy tidak berusaha membujuknya lagi, “Setelah kita tiba di
Negara Emron, kita akan merencanakan bagaimana memulai kehidupanmu yang baru. Kamu ingin
belajar, melanjutkan studi, atau mencari pasangan, semuanya akan kuatur untukmu.”
“Terima kasih, Kak Tracy!” Windy begitu bersemangat, “Memang kakak yang paling baik padaku!”