- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1081
“Ia flu, jadi makan obat flu dan tertidur lelap.”
Windy memeluk Carla dengan erat, lengannya agak gemetar karena mengeluarkan banyak tenaga,
bajunya juga basah.
“Kamu siapanya anak?” tanya petugas itu lagi.
“Bibinya.”
Ketika Windy berbicara, ada orang yang ingin mengambil koper, koper itu hampir menabrak Carla, ia
lekas menggunakan tangan melindungi kepala Carla, sehingga bagian punggung tangannya tergores
oleh koper.
Petugas bandara melihat Windy begitu menyayangi anak, jadi ia tak banyak bertanya lagi. Ia
melepaskan mereka dan mengingatkan mereka, di depan ada kereta anak bisa digunakan.
Windy berterima kasih, tetapi ia tak berani menggunakan kereta anak. Ia takut Linda akan menyakiti
Carla, jadi ia terus memeluk Carla dengan erat, tidak berani melepaskannya.
Sekelompok orang itu tiba di ruang tunggu kelas bisnis, akhirnya Windy dapat memeluk Carla sambil
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtduduk dan agak bersantai sejenak.
Linda menginstruksi kepada empat orang itu, dua orang menunggu di luar, dua orang lainnya berdiri di
belakangnya.
Linda duduk di sofa, memelototi Windy dengan dingin, lalu memperingatkan dengan suara rendah,
“Jangan ketakutan seperti itu, semua orang melihat kita. Jika menarik perhatian polisi, hidupmu akan
berakhir.”
“Kapan kamu melepaskan Kak Danny?” Windy bertanya sambil mengernyitkan kening, “Aku sudah
melakukan semua yang kamu minta, membawa Carla ke luar.”
“Begitu aku tiba di Thailand, tentu saja aku akan meminta orang melepaskan Danny.” Linda berkata
dengan dingin, “Selama aku tiba di Thailand dengan aman, kamu dan Danny akan baik–baik saja. Jika
terjadi sesuatu, ia yang mati pertama kali, lalu orang kedua adalah kamu.”
“Apa maksudmu?” Windy tercengang, “Sesuatu seperti apa?”
“Omong kosong, kamu pikir Daniel dan Tracy mudah ditaklukkan?” Linda bergumam, “Mereka sekarang
sedang mencariku, jika mereka tiba di sini, akan sangat merepotkan!”
“Tapi aku sudah melakukan hal yang kamu minta...” Windy panik, “Kamu lepaskan Kak Danny, ia terluka
dan dikurung selama sebulan olehmu. Jika begini terus, ja akan mati.”
“Untuk apa buru–buru? Tiba di Thailand dulu, baru lepaskan orang.” Linda tidak berkompromi.
“Sekarang juga lepaskan.” Windy berkata dengan serius, “Kalau tidak, aku akan berteriak.”
“Kamu....” Linda memandang para petugas polisi yang sedang berpatroli di luar. Ia menggertakkan gigi.
“Sekarang aku dan anak berada di tanganmu, kita adalah sandera berguna bagimu. Kak Danny tidak
ada gunanya untukmu, untuk apa kamu mengurungnya?” Windy berkata dengan tergesa–gesa. “Selama
kamu melepaskan dia, aku akan mendengarkan perkataanmu.”
“Bagaimana kalau kamu bermain trik?”
Linda sangat–sangat berhati–hati, setelah mengalami berbagai hal dan mengalami banyak frustasi.
Akhirnya sekarang ada orang yang membantunya, ia baru bisa memiliki kesempatan untuk melarikan
diri. Ini adalah peluang terakhirnya.
Jika terjadi sesuatu lagi, ia akan benar–benar sulit melarikan diri.
“Kamu terlalu meninggikanku.” Windy berkata sambil tersenyum pahit, “Aku hanyalah orang biasa, aku
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmbisa memainkan trik apa? Apalagi masih ada Carla, bagaimana bisa aku melarikan diri sambil
menggendongnya?”
“Coba saja kalau berani.”
Linda merasa ucapannya benar, ia selalu meremehkan Windy. Ia merasa Windy hanyalah pengikut
Tracy yang penurut, tidak ada kemampuan atau kecerdasan apa pun.
Sama sekali tidak bisa lolos dari genggaman tangannya.
Selain itu, masih ada Carla, kartu AS–nya.
Jadi, Linda menelepon, membiarkan orang itu melepaskan Danny.
“Aku ingin mendengarnya, aku ingin bicara dengan Kak Danny, memastikan dia benar–benar pergi
dengan aman.” Windy mendekat dengan semangat.
“Berisik sekali.” Linda menyerahkan ponsel kepadanya dan bergumam kesal, “Duduk sana, bau keringat,
bau sekali.”
Windy menggendong Carla sambil memegang ponsel, “Halo, Kak Danny, Kak Danny....”
“Windy....” Suara Danny sangat lemah, “Jangan pedulikan aku, aku bisa melindungi diriku….”
“Kak Danny....” Windy menangis ketika mendengar suara Danny, “Maafkan aku, aku yang melibatkanmu.
Jika bukan karena aku, kamu juga tidak akan ditangkap.”