- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1085
Di saat ini, Carla bangun dengan linglung, karena kesehatannya buruk ditambah minum obat tidur,
sekarang ia sangat menderita.
“Carla, kamu kenapa? Baik–baik saja, kan?” Windy lekas menenangkannya.
“Bibi Windy, ini di mana?” Carla bertanya sambil menangis, “Aku sakit sekali, aku ingin Mami.…”
“Carla anak baik, Mami akan segera kemari.”
Windy sangat merasa bersalah, ia sangat bersalah kepada Tracy dan anaknya.
“Tubuhku tidak enak... Hoek...”
Tiba–tiba, Carla mulai muntah.
Windy lekas membuka kantong plastik untuknya.
Linda yang melihat adegan ini dari samping, berekspresi menjijikkan.
Di saat ini, pramugari mendekat dan bertanya, “Kenapa?”
“Dia….”
“Tidak apa–apa, hanya mual. Nanti juga membaik, cepatlah lepas landas.”
Linda memotong ucapan Windy dan mendesak dengan buru–buru.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Benar tidak apa–apa?” tanya pramugari dengan cemas.
“Sudah dibilang tidak apa, kenapa begitu berbelit?” Linda menggerutu dengan kesal, “Masih tidak
terbang juga, sedang menunggu apa?”
Pramugari tidak berani banyak bertanya lagi, ia terpaksa pergi.
Windy membuka sebotol air mineral, memberikan Carla minum.
Carla sangat kesakitan, ia menangis menginginkan Mami.
Linda merebut botol mineral itu dengan kesal, lalu memasukkan obat tidur ke dalamnya. Setelah
mengocoknya, ia hendak memberi Carla minum.
Windy menghentikan lagi, tetapi kali ini pengawal asing yang duduk di belakang menahan pundak
Windy.
Pundak Windy ditekan begitu keras membuatnya tak berani bergerak lagi.
Linda mencubit wajah Carla dan memaksakannya minum obat.
Carla mengenali wajahnya, ia membelalakkan mata sambil ketakutan, “Kamu!!! Wanita jahat, apa yang
kamu lakukan... huhu....”
Ucapan Carla belum selesai, ia langsung dipaksa Linda minum obat.
“Jangam menyakitinya.”
Windy ingin menghentikannya, namun tubuhnya terus tertahan di kursi, ia tak bisa bergerak.
“Kalian sedang apa?” Seorang penumpang merasa ada yang aneh, ia bertanya kepada Linda, “Kalian
keluarga anak ini atau bukan?”
“Tentu saja iya.” Linda lekas berkata, “Anak ini nakal, sudah sakit tak mau makan obat. Aku sedang
memberinya obat.”
“Mana ada yang memberi obat dengan paksaan seperti ini?” Penumpang itu merasa aneh.
“Kalau dia berisik dan membuat gundah seluruh penumpang, kamu yang akan menjelaskan?” Linda
bertanya balik, “Jadi orang tua sekarang sulit sekali, anak berisik, semua orang marah bilang orang tua
tidak menjaganya dengan baik. Sekarang aku beri anakku makan obat flu, kalian curiga aku sedang
melakukan kekerasan kepada
anak!”
“Kamu….”
“Sudah, sudah.” Teman orang itu menghentikan, “Jangan ikut campur, itu urusan mereka.”
Orang itu tak banyak bicara lagi.
Linda memelototi dengan bengis, lalu lanjut memaksa Carla minum obat.
Carla berusaha meronta, tenggorokannya tak berhenti menelan air, ia tak bisa bicara.
Di saat bersamaan, Daniel dan Tracy sudah mendobrak pintu kaca pintu keberangkatan, mereka
bergegas mencari pesawat itu.
Tetapi pesawat tidak berada di ujung pintu keberangkatan, melainkan berhenti di tempat lain, perlu naik
bus ke sana.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDaniel menahan seorang petugas, ia bertanya lokasi pesawat itu.
Tracy telah merebut bus antar jemput kelas bisnis, ia dan pengawal–pengawalnya hendak ke sana.
Tepat di saat ini, satpam bandara membawa pasukan besar untuk menghentikan mereka, Ryan lekas
membawa bawahannya untuk menghalangi mereka.
Daniel dan Tracy naik mobil hendak pergi menyelamatkan orang, tetapi mobil baru saja bergerak.
Pesawat yang berada tak jauh sudah lepas landas....
Ada petugas yang berteriak, “Pesawat yang kalian cari sudah lepas landas.”
Tracy memandang pesawat itu dengan tercengang, ia membeku.
“Cepat pesan pesawat ke Chiang Mai.” Daniel lekas membuat keputusan.
“Baik.” Ryan lekas mengatur.
“Jika pesan pesawat membutuhkan waktu, maka pesan penerbangan tercepat. Kita harus naik pesawat
ke sana secepatnya.”
“Paham.”
“Hubungi orang bandara, minta pesawat terbang kembali ke sini.” Tracy cemas.
“Tidak ada sinyal bahaya di pesawat, tidak boleh asal bertindak di bandara ini. Jika menunggu
pengajuan disetujui, maka mereka sudah tiba di Thailand lebih dulu.”
Previous Chapter
Next Chapter