- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1100
“Baiklah kalau begitu.” Tracy menganggukkan kepala, “Setelah ia pulih nanti, aku akan
membiarkannya tinggal di Kota Bunaken, memberinya sebuah rumah agar kalian dapat hidun dengan
tenang.”
“Ini, ini tidak perlu....”
“Jangan bicarakan ini dulu.” Tracy menyela ucapan Danny, “Seharusnya kamu berdoa agar mereka
berdua melewati masa kritis. Jika terjadi sesuatu dengan mereka, aku tidak akan melepaskanmu!”
“Baik.” Danny menundukkan kepala, tidak berani bicara.
Tiga orang menunggu di depan ruang UGD, menunggu dengan hening...
Waktu sedikit demi sedikit berlalu, tak terasa hari sudah pagi.
Tracy berdiri di koridor melihat langit di luar.
Setelah hujan badai, langit kembali cerah dan bersih.
Cahaya matahari masuk melalui jendela kaca, disertai harapan baru.
Tracy mengulurkan tangan ingin menangkap harapan itu, tetapi cahaya yang menyinari tangannya
melewati sela–sela jari tangannya...
Hatinya tidak tenang, ada perasaan tidak enak.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Sudah keluar!”
Tiba–tiba Paula berteriak.
Tracy lekas berbalik badan dan berjalan. Tabib Hansen keluar dari ruang UGD, ia melepaskan masker
dan berkata, “Terima kasih langit, Carla sudah melewati masa kritis.”
“Bagus sekali.”
Semua orang menghela napas lega, akhirnya badai berlalu.
Beban besar di dalam hati Tracy pun lepas. Sepertinya perasaan tidak enak itu hanyalah pemikirannya
yang berlebihan.
“Nona Tracy, Windy juga hampir selesai.”
Di saat ini, Naomi mendekat melapor.
Traey lekas berlari ke lantai bawah, Naomi dan yang lainnya mengikuti dari belakang.
Danny sedang menunggu di depan ruang UGD. Ketika melihat Tracy mendekat, ia lekas menyambut,
“Nona Tracy.”
“Bagaimana keadaannya?” tanya Tracy buru–buru.
“Belum keluar, tapi lampu sudah dipadamkan, seharusnya akan segera keluar.” Danny bertanya
dengan buru–buru, “Bagaimana dengan Carla?”
“Carla sudah melewati masa kritis.” Tracy menenangkannya, “Tidak apa, semuanya akan baik baik
saja.”
“Bagus, bagus.”
Danny menghela napas ketika mendengar Carla baik–baik saja, di saat bersamaan, ada sebuah
harapan baru di dalam hatinya.
“Sudah keluar.”
Tracy melihat dokter berjalan keluar dari ruang UGD, mereka lekas mendekatinya, “Dokter,
bagaimana....
“Maaf, Nona Tracy.” Dokter melepaskan masker dan berkata dengan serius, “Luka di otak Windy
sangat serius, ia dalam keadaan koma parah, takutnya...”
“Takutnya apa?” Tracy buru–buru bertanya.
“Takutnya ia tidak akan sadar dalam beberapa waktu ini.” Dokter berkata dengan serius, “Dilihat dari
sudut medis, ia sekarang mati otak, bahasa lainnya adalah ia dalam kondisi vegetatif...”
Ketika mendengar ucapan ini, kedua kaki Danny melemah, ia hampir tumbang ke lantai.
Ryan lekas memapahnya dan menenangkan, Tracy tercengang, beberapa saat kemudian
kesadarannya baru kembali, “Tidak mungkin, pasti kemampuan kalian yang kurang, pasti ada cara
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmlain.” ucapnya dengan panik.
“Juga ada kemungkinan ini.” Dokter itu bersikap rendah hati, “Dengar–dengar Tabib Hansen juga di
sini, Anda dapat memintanya untuk melihatnya.”
“Benar, Tabib Hansen....” Tracy lekas berkata kepada Noami, “Cepat panggil Tabib Hansen.”
“Tabib Hansen baru keluar dari ruang operasi, biarkan dia istirahat sejenak.” Naomi berkata dengan
santai, “Aku kumpulkan dulu hasil laporan pemeriksaan Windy, lalu aku berikan padanya, ia bisa
melihat–lihat dulu.”
“Aku punya laporannya, aku akan minta orang memberikannya padamu.”
“Terima kasih, Dokter!”
Tracy tidak menyerah, ia membawa hasil pemeriksaan Windy mencari Tabib Hansen.
Tabib Hansen mengernyitkan kening ketika melihat laporan Windy. Tanpa memedulikan istirahatnya, ia
bergegas memeriksa Windy.
Setelah satu jam, Tabib Hansen memberikan kesimpulan yang sama dengan dokter itu, tetapi ia juga
memberi sebuah harapan.
“Ilmu medis saat ini tidak dapat mengatasi mati otak, tetapi perkembangan ilmu medis sangat cepat.
Mungkin lewat beberapa tahun lagi, akan ada terobosan baru dalam bidang ini. Selama menjaganya
dengan baik, maka akan ada harapan!”